Lama tidak menulis di sini, apa kabar dunia?
Baik, karena bingung terlalu banyak agenda yang harus dilakukan, dan tuntutan tugas yang mesti dikerjakan, jadi…. Lebih baik menulis dan mengheningkan diri. Berapa menit waktu yang kupunya untuk menuliskan ini? Berapa lama waktu yang kuperlukan untuk menjadi diriku sendiri dan menostalgiakan diri dengan hal-hal yang kusukai?
Baiklah…. Ayo kita mulai perjalanan ini, jangan berhenti dan banyak mendengarkan semuanya… tolong senyapkan dirimu sesaat dan jadilah diri yang diam, biarkan tangan terus menerus mengetik, dan hati yang merasakan satu persatu kata muncul sebagai sebuah firasat….
Apalagi yang tersisa dari diriku yang bisa kukatakan? Aku telah menjadi demikian terbuka pada semua hal. Tak ada yang tertutupi, tak ada yang tersembunyi, semuanya serba nyata, ketika kumarah, kecewa, bahagia, dan… tertekan. Semua seolah telah terlihat, lalu mengapa harus menulis? Bukankah menulis hanya pelarian mereka yang tak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan?
Baiklah zahraa tengok sebentar sekarang jam berapa? 2: 10, baik kuberi waktu engkau menulis sampai 2:20. Apa yang terjadi padamu hari ini Zahraa? Maafkan aku , jika harus menuliskan ini…
Kampusku, perpustakaanku, adalah tempat favorit. Saat seseorang menegurku karena mengenakan “jaket” ke ruang baca. Ya, aku merunduk dan meminta maaf atas pilihanku, “Neng, pakai baju panjang kan?” begitu tegurnya. Aku mengangguk, dan memohon maaf karena kali ini aku tak bisa melepasnya kerana kerudungku yang tidak strategis untuk diperlihatkan, terlalu pendek dalam ukuranku sehingga bagian punggungku tidak tertutupi sempurna. “Baiklah, esok lagi jangan kenakan jaket ya, pintanya.
Lantas kuberpikir, sejak 3 tahun lalu, aku di sini, baru kali ini mendengar jika pengunjung dilarang berjaket. Mana aturan tertulisnya? Baiklah jika mereka ingin tegas, entah karena alasan apa, tolong buatkan peraturan tertulis untuk perpustakaan ini, apa yang boleh dan tak boleh. Bukankah dengan demikian jauh lebih baik?
Lalu kejadian kedua hari ini yang membuat saya geli dan juga “miris” berada di kampus ini adalah……..
Ketika “jalan dijadikan arena lapangan”….
Baik, karena bingung terlalu banyak agenda yang harus dilakukan, dan tuntutan tugas yang mesti dikerjakan, jadi…. Lebih baik menulis dan mengheningkan diri. Berapa menit waktu yang kupunya untuk menuliskan ini? Berapa lama waktu yang kuperlukan untuk menjadi diriku sendiri dan menostalgiakan diri dengan hal-hal yang kusukai?
Baiklah…. Ayo kita mulai perjalanan ini, jangan berhenti dan banyak mendengarkan semuanya… tolong senyapkan dirimu sesaat dan jadilah diri yang diam, biarkan tangan terus menerus mengetik, dan hati yang merasakan satu persatu kata muncul sebagai sebuah firasat….
Apalagi yang tersisa dari diriku yang bisa kukatakan? Aku telah menjadi demikian terbuka pada semua hal. Tak ada yang tertutupi, tak ada yang tersembunyi, semuanya serba nyata, ketika kumarah, kecewa, bahagia, dan… tertekan. Semua seolah telah terlihat, lalu mengapa harus menulis? Bukankah menulis hanya pelarian mereka yang tak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan?
Baiklah zahraa tengok sebentar sekarang jam berapa? 2: 10, baik kuberi waktu engkau menulis sampai 2:20. Apa yang terjadi padamu hari ini Zahraa? Maafkan aku , jika harus menuliskan ini…
Kampusku, perpustakaanku, adalah tempat favorit. Saat seseorang menegurku karena mengenakan “jaket” ke ruang baca. Ya, aku merunduk dan meminta maaf atas pilihanku, “Neng, pakai baju panjang kan?” begitu tegurnya. Aku mengangguk, dan memohon maaf karena kali ini aku tak bisa melepasnya kerana kerudungku yang tidak strategis untuk diperlihatkan, terlalu pendek dalam ukuranku sehingga bagian punggungku tidak tertutupi sempurna. “Baiklah, esok lagi jangan kenakan jaket ya, pintanya.
Lantas kuberpikir, sejak 3 tahun lalu, aku di sini, baru kali ini mendengar jika pengunjung dilarang berjaket. Mana aturan tertulisnya? Baiklah jika mereka ingin tegas, entah karena alasan apa, tolong buatkan peraturan tertulis untuk perpustakaan ini, apa yang boleh dan tak boleh. Bukankah dengan demikian jauh lebih baik?
Lalu kejadian kedua hari ini yang membuat saya geli dan juga “miris” berada di kampus ini adalah……..
Ketika “jalan dijadikan arena lapangan”….
Saat motor mobil dan berbagai kendaraan lainnya tak bisa
lewat, sebab jalan dijadikan tempat balap lari, ini setiap mata kuliah olah
raga loh….?
Lucu bukan? Sama sekali tidak profesional “menurut saya”, yah pantas juga jika akreditasi kampus kita masih C, hehe. Padahal dibelakang sana ada lapangan bola basket, kenapa tidak lomba larinya di sana, atau dilapnagan voly. Bukankah itu sudah sesuai tempatnya? Ya… memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin tapi……… tidak sesuai konteks.
Ada hal terakhir yang sungguh membuat saya terganggu sebagai mahasiswa, entah dengan yang lain. Saat memasuki kampus siang hari, melalui gerbang satu-satunya di ujung kiri kampus. Mata saya selalu tertohok pada pemandangan kurang enak: seseorang tiduran di emperan gedung baru dengan tato di lengan. Siapakah ia? Mengapa tiduran di sana? Menggelar tikar….
Mana keamanan, ketertiban, keindahan kampus? Saya sendiri tidak berani untuk menertibkan si “seseorang” itu, karena mereka sendiri adalah penegak K3.
Ah sudahlah kampus ini memang aneh, lihat saja ke depan, mungkin ia bisa lebih baik. Jangan putus harapan untuk melihat kampus ini melesat dan bangkit. Semoga!
Lucu bukan? Sama sekali tidak profesional “menurut saya”, yah pantas juga jika akreditasi kampus kita masih C, hehe. Padahal dibelakang sana ada lapangan bola basket, kenapa tidak lomba larinya di sana, atau dilapnagan voly. Bukankah itu sudah sesuai tempatnya? Ya… memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin tapi……… tidak sesuai konteks.
Ada hal terakhir yang sungguh membuat saya terganggu sebagai mahasiswa, entah dengan yang lain. Saat memasuki kampus siang hari, melalui gerbang satu-satunya di ujung kiri kampus. Mata saya selalu tertohok pada pemandangan kurang enak: seseorang tiduran di emperan gedung baru dengan tato di lengan. Siapakah ia? Mengapa tiduran di sana? Menggelar tikar….
Mana keamanan, ketertiban, keindahan kampus? Saya sendiri tidak berani untuk menertibkan si “seseorang” itu, karena mereka sendiri adalah penegak K3.
Ah sudahlah kampus ini memang aneh, lihat saja ke depan, mungkin ia bisa lebih baik. Jangan putus harapan untuk melihat kampus ini melesat dan bangkit. Semoga!