22 Oktober 2016

BARU

Standard
Halo, NB baru -____-
Selamat datang di rumahku
Seneng bisa kenal sama kamu
Nama kamu apa ya kira-kira?

Gimana kalo nama kamu adalah 1410? Heheheh

Semoga kita bisa berkawan baik ya….. :D 

Senengnya yang ada notebook baru, semakin rajin ya.

09 Oktober 2016, mengakhiri hubungan baikku dengan si Marun 2012.
Maafin marun, tapi dengan kesabaran kamu selama 4 tahun kita melaluinya dengan bersama-sama penuh kesetiaan, mulai dari kamu yang dibeli bareng si masalalu, sampai simasalalu sudah berlalu, betapa kamu banyak memahami saya.

Terimakasih sudah membersamai, dan mohon maaf jika sekarang kita harus akhiri kesabaranmu mu itu, kamu mugkin sudah waktunya memiliki kawan baru yang akan lebih teliti merawatmu.

:D 

Az.

PEMUDA JANGAN SEKOLAH :D

Standard
Hallo Hari Minggu...
Ini hari minggu yang ke dua, ehm baru dua kali saya bisa rasakan menjalani hari minggu di Bandung (di bulan Sept-Oktober), karena biasanya mudik, hehe :D
Hari minggu ingin saya menulis banyak hal. Menulis apa? Mungkin sesuatu yang bisa menjadi motivasi. atau apalah unek-unek saja.

PEMUDA JANGAN SEKOLAH


"Sebagian besar pemuda Indonesia saat ini memang sedang asyik belajar, mulai dari SMP-SMA-sampai KULIAH. Program pemerintah sepertinya berhasil mengurung para pemuda di tempat-tempat yang katanya gudang ilmu. Berkat program wajib belajar 9 tahun."
Lho kok bahasanya mengurung?
Entahlah saya suka saja dengan kata itu, coba kita lihat pemuda, terkurung fisiknya (semoga tidak dengan pikirannya) di sekat-sekat tembok yang tinggi. Belajar di sebuah kotak segi panjang, dengan pensil dan buku, memindahkan rumus dari buku ke kepala dengan ajaib, dan saat keluar dari kotak mereka dituntut untuk berbicara hal lain dengan apa yang sudah mereka pelajari… mereka dihadapkan pada realita, masalah di masyarakat, missal hasil petanian yang berkurang, harga pasar yang anjlok, pengangguran, moralitas, dan seabreg masalah yang tidak bisa bimbimsalabim diselesaikan dengan rumus statistika…
LHO KOK REMAJA SMP DI SEBUT PEMUDA? itukan remaja???
Semua manusia yang sudah balig, sudah memiliki keinginan (hasrat suka) pada lawan jenis, sudah bisa dikatakan pemuda, dan seorang pemuda semestinya sudah bukan lagi tanggungan orang tuanya. Sudah bisa berpikir secara mandiri, berarti sudah siap dengan kehidupan yang akan ia jalani, sudah bisa menentukan sendiri akan kemana langkah kakinya diayunkan… dan kalo fisik mereka kita kurung bahkan kedewasaan mereka kita pertanyakan (ragukan) hallo bagaimana mereka akan jadi pemuda sesuai fitrahnya.
Saya sering berpikir, dulu saat saya SMP_SMA bahkan kuliah, betapa banyak waktu yang saya buang.. tapi saya merasa sudah mengisinya dengan baik, kini menjelang usia 25 saya bertanya: Duh sudah menghasilkan apa saya ini, usia sudah hampir seperempat abad? :((cemas)
Dan itulah, selama ini kita (eh: saya) menghabiskan waktu yang amat berharga itu dengan hal yang abstrak, hal yang tidak dimengerti mengapa kita belajar ilmu ini itu… dan kini menguapppp....
Kadang jika saya seorang pengembala, ingin rasanya saya mengeluarkan kuda-kuda itu dari kandangnya, membiarkan ia berlari kesana kemari mencari rumput sendiri, biar ototnya kuat…
Tapiii oh tidak, lihat, siapa yang keluar dari kandang hari ini, ia siap-siap saja diterkam oleh harimau jaman yang GANASNYA MINTA AMPUN. Dimana penggembala berfungsi? LIHAT PENGGEMBALA SEMESTINYA JADI PEMANDU KEMANA SI KUDA-KUDA INI AKAN BERLARI.
Penggembala adalah guru. Dan Guru sejatinya adalah mentor hidup.
LALU PEMUDA INI HARUS BAGAIMANA KADUNG ASIK DI KOTAK SEGI PANJANG?
Bagaimana? yah keluarlah dari kebiasaan....
Okelah pemuda, kamu harus sadar kamu ini pemuda, otaknya pemuda lagi bercahaya-cahayanya, fisikinya lagi sehat-sehatnya, semangatnya sedang menggebu-gebu, dan tidak ada yang tak bisa dilakukan oleh seorang bernama PEMUDA. Jika sudah tanggung tertawan oleh sekat gedung, sudah tanggung ada di system sekolah yang tanpa arah tujuan, atau tujuannya ada tapi tidak dihayati alhasil jadi hanya sebuah mekanisme pengulangan (rutinitas).... atau jelasnya sang tujuan pendidikan nasional tidak disampaikan ke pemuda:::: bahwa belajar ini tujuannya untuk apa?Ilmu masih terlalu umum dan tidak tepat sasaran, tidak bisa jadi penyelesai masalah… (Itu tuduhan untuk lembaga sekolah? Yang selama ini sudah habis mati-matian menghidupkan ilmu?) Oh tidak, ada lembaga sekolah yang keren dan memiki visi jangka panjang, sekolah peradaban...
OKE TIDAK APA-APA, LANJUTKAN SAJA AKTIVITASNYA. TAPI MARI BERGELISAH SEBENTAR.
Ini peringatan untuk pemuda, dan siapapun yang dirumahnya ada pemuda, jika sudah kadung tersandung di sekat-sekat gedung yang menjenuhkan, sebaiknya "segera cari different (pembeda) DARI DIRI KAMU". Jadikan sekolah di gedung itu sebagai syarat saja, lainnya kamu harus keluar, apa yang kamu sukai … cari ilmunya, cari masternya,, belajar ke masternya, dan berbuatlah sesuatu, apa? Berbuat sesuatu yang bisa menghentikan kegelisahanmu… bergaullah seluas-luasnya, bergaul dengan orang yang bisa mengembalikanmu pada pertanyaan: selama kamu hidup kamu ingin dikenal sebagai apa? Apa yang bisa kamu berikan kepada Allah. Jauhi sejauh-jauhnya teman yang bisa melalaikan kamu, apalagi jika serinngnya kamu yang terbawa arus, kalo kamu kuat bisa memengaruhi semua orang hajar saja semuanya….
============================
Wahai pemuda, kamu masa depan bangsa ini, sedang berbuat apa kita hari ini?
Apakah kamu bingung karena tugas kuliah yang numpuk, atau sedang tertawa-tawa karena film korea yang lucu, atau kamu lagi menghafal AlQuran?
Apapun kegiatan yang sedang kamu kerjakan, aku yakin kamu memiliki kepedulian social tentang masa depan bangsa ini ada di tangan kamu dna kawan-kawanmu.
ALANGKAH BANYAK ORANG YANG PINTAR HARI INI, TAPI SEDIKIT YANG JUJUR, SEDIKIT YANG PEDULI, SEDIKIT YANG BERADAB, SEDIKIT YANG BERAKHLAK, SEDIKIT YANG MAU MENGAMBIL KONTRIBUSI NYATA DI MASYARAKAT.
ALANGKAH BANYAK YANG BERKONTRIBUSI, TAPI HATINYA SOMBONG, SIKAPNYA AROGAN, SEDIKIT SEKALI YANG TAKUT KEPADA ALLAH.
WAHAI PEMUDA, HIDUP MEMANG SERBA SALAH, DAN KESERBA SALAHAN ITU MESTINYA MENGHANTARKAN KITA PADA KEBAIKAN-KEBAIKAN.
MARI GELISAH.
Az.

20 September 2016

Menyongsong Agenda

Standard
Hidup kita berisi sekumpulan agenda, agenda besar maupun agenda kecil. Dalam mengisi agenda, ada yang penuh konsentrasi ada yang seadanya, sekedarnya. Dampaknya adalah pada agenda berikutnya...

Betapa banyak yang separuh hidupnya habis berputar-putar, hanya mengikuti setiap agenda tanpa mengerti mengapa ikut agenda itu ini...

Berjalan berputaran, mengikuti serangkaian agenda yang padat, dan berhenti di satu titik dimana kejenuhan itu ada... apa yang sudah kulakukan, apa tujuanku, apa? bukankah kita selalu berputar ini, bahkan cenderung cepat, karena tidak tahu harus keluar dari mana, apa tujuan kita, apakah ini yang disembut perlombaan tikus itu? Perlombaan yang harus dimenangkan... RT. Kiyosaki nampaknya benar, hidupku pun seperti perlombaan tikus, berlari tiada henti, namun kenyataannya tetap di sana, tiada beranjak.... fuuuhhhhh!

Seseorang menyarankan padaku, untuk keluar dari perlombaan tikus itu, aku harus menjadi bagian yang berbeda yang... bisa menggabungkan antara 3 elemen: aku diri, aku ideal, dan aku sosial. aku diri berkenaan dengan kelemahan dan kekurangan (apa yang menjadi passion, dsb nya), adapun aku ideal menitik beratkan pada cara pandang terhadap satu soal yang seharusnya terjadi berpusat pada kesempurnaan dan ke"norma"an, dan aku sosial berbincang terntang peran apa/kontribusi apa/manfaat apa yang bisa diberikan kepada banyak orang dari diri kita.
Coba kamu analisis SWOT diri kamu sendiri Eli... kira-kira begitu.

Akhir-akhir ini, aku menglaim diriku sendiri sebagai orang yang tidak bisa (sulit) berkonsentrasi. Bahkan lebih parah, aku berkeyakinan ada beberapa sinaps dalam otakku yang sudah terputus begitu saja, karena dosa-dosa yang kulakukan, sehingga betapa sulit aku menemukan diriku beristiqomah pada satu passion yang aku inginkan...

Contohnya, saat aku mengerjakan tulisna ini, aku teringat bahwa tugasku banyak, belum ini, itu, lalu aku berhenti menulis, lalu aku lihat jam di hp, sekalian aku cek message, lalu akau melihat informasi tentang banjir di Garut, lalu aku membuka site nya, lalu akau memberi komentar bagaimana jika penggalangan dana, setelah itu aku mengirim pesan lainnya di beberapa grup, lalu aku teringat belum membuat kado untuk pertemuan nanti siang, lalu aku mengambil kado dan siap membungkusnya, lalu aku ingat kalo aku sednag mengetik lalu aku cek laptop yang masih menyala, dan kulihat hape ku yang penuh notifikasi, lalu ku mulai pusing tugasku yang utama sebenarnya mengerjakan jurnal, menganalisisnya mengapa malah mengerjakan ini itu dulu, lalu kulihat banyak gelas dna piring kotor, oh aku belum makan, lalu aku mengambil nasi dan teh manis, lalu menyuapkannya... dan begitulah konsentrasiku entah lari kemana...

Contoh lainnya, aku duduk manis di kantin Fmipa mengobrol dengan dosenku tentang penelitian yang dulu sempat dilakukan bersama, lalu beliau bertanya sesuatu padaku yangentah apa, aku merasa otakku menguap dan aku tidak ingat bahakan dengan satu kata yang ia tanyakan

"Bagaimana mengukur seorang anak sudah lihai berbicara, satu indikator saja, yang paling dasar?"
Apa bu, kataku, bodoh.. mmm membaca?
"Ya ampun Eli, berbicara....!"
Oh berbicara ya, apa ya...

Padahal kami ngobrol hanya berdua, entah kemana pikiranku saat itu, kenapa sulit sekali mengikuti pembicaraannnya, padahal jelas-jelas aku ada di sana, menghadap kepadanya...

aku telah mengklaim diriku snediri degan hal buruk, astagfirullah hal adzim...

Ini juga tulisan loncat-loncat, aku sellau mencari cara bagaimana agar fokusku kembali, bismillah ya Rabb... "Rabii habli hukmaw wa'alhikni bissholihiin...."
Ya Allah....

Aku ingin keluar dari perlombaan tikus, aku ingin jadi diriku sendiri, mengarahkan diriku pada hal yang kuyakini itu hal terbaik dari diriku, agar bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Agenda terbedarku, adalah mengasah diriku dalam 3 hal:
1. kepekaan rasa
2. kedalaman berpikir,
3. keyakinan yang mendalam.

Agenda-agenda besar itu terpacu setelah aku membaca buku Butet Manurung "sokola rimba", entahlah kenapa dia bisa membuat aku berpikir ulang, selama ini kau menghabiskan waktu untuk apa? kok kaya tanpa satu hasil pun. Sudah 5 bulan loh aku di Bandung, dan ngapain aja?
Seolah gak ada buktinya aku telah melakukan sesuatu, apa, apa, apa? menumpuk dosa......ya?

Butet mengisi hari dengan petualangan baru, ia tidak diam, tidak diam, tapi dia mengasah dirinya sampai berdarah-darah... dia merelakan dirinya dalam bahaya, dia tidak takut, dia berdiri paling depan, dia gelisah, sama-sama gelisah sepertiku hari ini, tapi dia mengambil sikap, mengambil peran, dan dia selalu merasa bersemangat setiap hal melakukannya, dia juga tidak menafikan diri kalau dia punya kurang, dia mengaku kalo salah..... lalu ada apa denganku? apa aku adalah makhluk yang sellau benar? tidak. apa aku takut gagal? harusnya jangan.

Hajar saja, hanya aku harus ingat tujuan awalku apa, tujuanku apa, kalau kata Mas Noe (vokalis letto) tidak usah kamu berpikir muluk dan jauh, aku disini untuk apa nanti di depan, itu maish jadi misteri woyyyy, tapi kamu cukupp lakukan yang terbaik saat ini di situasi ini, kamu jangan diam, kalau kamu gelisah kamu lakukan sesuatu pada kegelisahanmu...

Bu seni bilang, li turunkan standar suksesmu, kamu harus mau mengikuti aturan mainnya, berjalan menyusuri impian itu dnegan tahapan, gak bisa tiba-tiba loncat...

Oke, cukup, rasanya kepalaku cukup terbakar!

Ada hal lain yang tidak beres dengan diriku. Aku merasa personalityku merosot jatuh, satu aku lebih tertutup (sekilas) dan terkesan arogan (ketika berbicara), aku mrasakan perubahan ini, aku menjadi manusia kok gini sih, kok cara ngomongku jadi frontal, apa aku ini kategori sombong?

Nah dititik ini aku sering menangis sendiri, aku takut dengan kesombongan, apa yang bisa aku sombongkan, tak ada.....

tapi memang aku merasa diriku kurang peka dengan maslaah orang lain, aku lebih fokus pada/; selesaikan apa yang harus aku selelsaikan, dan sisanya aku bantu jika aku mau dan mampu... bahasa besarnya memang: AKU TIDAK PEDULI. Hal ini bisa jadi bumerang, aku menjadi gelisah dengan sikapku ini, lho lho lho katanya aku ini pengen berbaur berkontribusi tapi kok nggak bisa selesai dengan diri sendiri.... kok aku bisa bisanya punya sikap seperti ini. Kalo ngomong cenderung to the point, enggak bisa memahami psikologis orang yang diajak ngomong, dan kadang mah cenderung malas ngomong, takut kalo ngomong malah anyakitin orang... susahnyaaaaa....

Curhat jadinya tulisanku ini, yah daripada curhat patah hati, curhat di PHP in, curhat apalah-apalah, mending analisis diri... Akhirnya aku sadar, tak ada manusia yang sempurna, tapi aku ingin berubah, aku tidak peduli dengan betapa aku seringkali mudah sekali berubah, yang jelas aku ingin lebih baik dari aku kemarin, aku ingin lebih halus, lebih memahami, lebih terbuka, lebih jujur, lebih mengerti, lebih sederhana, lebih sabar, lebih bersyukur, lebih menjaga lisan... uh semata bukan karena aku ingin pujian tentang "uh eli baik ya" atau apapun, aku menginginkan Allah ridho saja, cukup.

Masih terngiang rumusnya pak Musholih Direktur Nurul Fikri, agar personality kita bagus perhatikan 4 hal ini: ROOM (Rendah hati, Obyektif, Open Mind, Moderat). Hanya dengan rendah hati ilmu akan sampai pda diri kita. Ingat domg, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, jadi kalau mau ilmu rendahkan hati kita......

mungkin sekian dulu tulisannya, plooonggg!!!!!!

semoga kita lebih baik ya, aamiin ya Rabbi....
"Allahumma a'inni ala dzikrika, wa syukrika, wa husni ibadatik..."
Aaamiin....










12 Mei 2016

KULIAH DENGAN FULL BEASISWA?KENAPA TIDAK!

Standard
Kalo jaman dulu sekolah jadi sesuatu yang mahal, langka, dan susah, sekarang bagaimana? Masih langka dan mahal? Mungkin aja jawabannya iya…. >_<
Saat SD dulu, apakah kita kepikiran untuk sekolah setinggi-tingginya? Saking fokus belajar (bermain maksudnya), sebagian besar dari kita tidak pernah memikirkan SMA mau dimana, kuliah dimana ambil jurusan apa, right? Yah main saja sepuasnya, merdeka!
Coba deh tanya anak SD sekarang, “De kalo udah gede mau kuliah dimana? Mau jadi apa?” Nah, mereka sudah punya jawaban lho. Aku mau kuliah ke ITB, UGM, UI, UNPAD, aku mau jadi arsitek, pilot, dan banyak jawaban lainnya.
Mereka sih belum tahu modal masuk kuliah itu kalo enggak punya uang ya mesti pinter, kalo nggak pinter juga minimal beruntunglah… Ya, itu bagus, cita-cita mereka belum dikurung oleh rasa takut.
Sekarang saya coba tanya, “Kak, mau lanjut S2 kemana kalo udah lulus dari UPI?” Walah jawabannya mesti mikir dulu ini, 1. Dananya gimana? Darimana? 2. Ambil jurusan apa? (Linier jangan ya, karir ke depan gimana?) 3. Atau nikah dulu saja? Dan pertanyaan lainnya yang bikin hati ragu, “Buat apa sih S2? Lebih baik kerja lah, nyari uang. Ya aku mau S2 buat naikin harga jual aku dong, kalo kerja kan butuh juga. AKu mau s2 kalo ada yang ngedanain hahaha…
Well, semua pertanyaan itu nggak mesti kita pertanyakan lagi kan kak?
Melanjutkan kuliah jaman sekarang lebih mudah. Kalau masalah berpenghasilan, sambil kuliah ya sambil berusaha mandiri (bagus kalo kerja part time, dan bisa ngasih ke ortu walau 50rb/bulan), dan masalah nikah? Tanya dulu, “Udah ada calonnya?” kalo belum ya jangan maksa.
Melanjutkan kuliah itu mudah? Bagaimana mudah, wong mudah sih buat yang punya banyak uang, yang bapaknya pejabat, atau konglomerat.
Kakak kayaknya terlalu sibuk belajar atau kelamaan bereksperimen di laboratorium, masa info ini belum sampai ke kakak. HARI GINI KULIAH BISA GERATIS LHO KAK!
Bukan lagi ngebahas politik ini ya. Tapi seriously, hari ini pemerintah lagi gencar-gencarnya mempromosikan “kuliah gratis” buat yang bener-bener niat. Bener-bener niatnya kita garis bawahi ya. Salahsatu program pemerintah yang lagi HIT alias KEREN ABIS adalah LPDP. LPDP itu apa? Sejenis makanan -__- Sejenis beasiswa kak! >__<
Jika kakak bener-bener niat, pasti bisa lolos program ini. Nah kenapa? Karena beasiswa LPDP ini tanpa kuota (tidak dipatok menerima sekian ratus orang missal, ya sebanyak-banyaknya saja), alias tidak ada saingan (kita saingannya sama diri sendiri saja, layak atau enggak sih buat kuliah? Niat gak sih?).
Kalo kaka niat, perhatikan hal dibawah ini ya. Bacanya boleh lanjut!
1.       LPDP memiliki 2 program, regular (jalur biasa) dan afirmasi (jalur khusus).
2.       LPDP regular diperuntukkan untuk semua orang mau kaya mau miskin, mau cantik mau ganteng, mau apapun, bisa ikutan, syaratnya yang paling penting TOEFL minimal 500 (TOEFL ITP untuk dalam negeri) dan IELTS (untuk ke luar negeri), IPK tidak diperhitungkan.
3.       LPDP afirmasi nih khusus untuk kita-kita (Alumni bidikmisi, orang dari daerah yang 3T (pedalaman), dan kaum yang tak mampu kuliah tapi memiliki prestasi (saya enggan menyebutnya miskin) :D Waduh prestasi? Ya kalian juara 3 nyanyi pop song di UPI Tasik, atau TCA, atau lomba menulis puisi se kecamatan juga bisa, apalagi buat kalian yang hobbinya berorganisasi, itu point plus, juga untuk kalian yang suka ikut acara-acara seminar atau workshop. Syaratnya jauh lebih mudah lho kak, syarat paling penting IPK kakak mesti minimal 3,5 dan minimal skor TOEFL kakak 400 (TOEFL ITP). Mudahkan?
Mudah bagaimana kak? Saya belum pernah ikut TOEFL kak (Nanya sembari nangis tersedu-sedu). Enggak usah nangis Kak, kakak bisa ikut kursus TOEFL (TOEFL preparation). Bayar dong? Ya bayar kak, jadi semangatlah menabung! Berapa kak? Tanya saja ke lembaga penyelenggara TOEFL Preparation! Kalau kakak ikut di ELTI GRAMEDIA (ups promo) sekitar 1,4 juta sudah termasuk ikut testnya. Googling saja ya! Jadwalnya pun bisa sesuaikan dengan kuliah kakak, jadwalnya dari sore sampai malam, lebih pentingnya, pembayarannya bisa dicicil kak. Hehehehe.
Kalau IPK saya kecil kak? Naikan target toeflnya menjadi 500!
Kuliah geratis juga mesti diperjuangkan, berproses namanya. Jika mudah, maka semua orang yang tak berniatpun bisa masuk. Maka proses adalah saringan untuk melihat kelayakan kita, pantaskah jadi orang sukses?
Masih berniat kuliah S2 dan S3 gratis kak?
1.       Jaga IPK minimal 3,5.
2.       Mulai belajar TOEFL (Boleh sharing strategi toefl bersama kawan-kawan yang mau ikut LPDP, jika ada usia kita latihan bersama ya kak!)
3.       Lulus dulu ya kak, skripsinya bereskan, kuliahnya kelarkan dulu!
Sembari itu kakak boleh googling syarat lainnya untuk ikut LPDP afirmasi, santai saja, jangan terburu-buru, kakak print, kakak tandai yang sudah ada dan yang belum ada. Jika kakak sudah lulus s1, kakak bisa langsung daftar LPDP di tahun itu juga, jadi bisa leluasa jika diterima, bisa milih Universitas yang mana saja.
Jika kakak sudah diterima LPDP (lolos), kakak akan mendapat program pengayaan bahasa (PB) dan TPA (jika toeflnya kurang dari 500), dan itu dibiayai kak oleh LPDP, sudah dikasih ilmu di bayar lagi, siapa yang gak mau? Persiapan bahasa dan TPA itu untuk bekal kakak masuk Universitas yang kakak inginkan. Wow! Berapa dikasih biaya/bulannya kak? Kalau kakak ikut PB di Bandung kakak mendapat Living at cost (LA) Rp 3,3 juta/bulan, kalau di Yogja Rp 2,9 juta/bulan. Berapa bulan kak ikut PB? Ada yang 3 bulan, ada yang 6 bulan tergantung skor TOEFL. As long as possible ya! >_<
Balik lagi ke topic awal. Kuliah itu mudah, tidak ada yang berhak mencuri impian kita untuk sekolah setinggi-setingginya. Apalagi jika mimpi ke luar negeri, LPDP lembaga yang kaya dan mudah sekali mengeluarkan uang (dan sulit kalo mau mengembalikan uang), kalau sudah nikah ada tunjangan untuk keluarga, jadi jangan khawatir Mblo, kalian boleh menikah, malah dikasih dana, walah.
Sekarang berjuanglah, IPK nya perhatikan, dan TOEFLnya mulai latih.
Luruskan pula niatnya, semoga S2 dan S3 nya barokah, bukan sekedar untuk menambah prestice diri (pencitraan dll), lillahi ta’ala untuk tholab ilmu agar kita lebih jelas dalam mengambil peran di masyarakat, khoirunnas anfauhum linnas, agar banyak bermanfaatnya untuk orang lain.
Semoga sukses!

(Bdg, 13/05/16, 2:36)
  

28 April 2016

Simpang Siur

Standard
Waktu datang kepadaku, meminta banyak hal, dan aku tetap termangu...
Jatuh cinta, sesuatu yang tak ingin kuulangi, dan entah ..
Adakah kehadirannya telah memberiku sebuah kesempatan untuk berpikir ulang...
Ada jendela yang terbuka di pagi hari
Terasa segar udaramu menyeruak, menelusuri relung-relung
Menyusur ruang, dan sampailah tepat didepan kamarku
Mengetuknya perlahan, sangat pelan,

Lalu aku bangkit, memastikan ketukanmu yang terlampau halus,
Dan kau tersenyum amat lekat, meraih jemariku tanpa terasa
Udaramu menggigilkanku
Betapa terlampau jauh kau masuk
Dan aku mendapati diri sendiri
bahagia...

Esok hari adalah batas waktuku ada di sini, dan aku masih tetap tak bisa memaksa diriku sendiri menjadi super. Membereskan semua hal dalam sekejap, aku adalah yang tak mungkin mengerjakan segalamya dalam waktu yang amat singkat.

Merasakan jatuh cinta, adalah satu beban :) ...
Waktuku terlampau habis untuk tersenyum sendiri,
Lalu menjadi seperti gila membaca tulisan-tulisan

Tugasku entah lah lari kemana
Hatiku meluap
Jiwaku berlarian
Waktuku berlalu tanpa terasa...

Oh, tugasku bagaimana nasibnya?
Entahlah..
Janganlah kau menertawakanku...
Aku terlalu sibuk
dengan perasaanku sendiri...

Ingin membunuhnya, tapi selalu gagal. :(
Membuat gaduh
simpang siur.

17 April 2016

TIDAK MENGAPA :)

Standard
Cinta itu tanggung jawab! by Az.


Setiap hari kita bersapaan... denganmu yang tak tersentuh...
Setiap hari kita bersitatap satu sama lain, denganmu yang tak terjamah...

dan engkau masih mendiamkanku...
seperti udara...
seperti matahari...
dan sinarmu saja...
tepat menghangatku, setiap pagi...

apa salahku?

Sampai hari ini aku menjadi sebuah pohon tanpa akar, tumbang setiap hari
Sampai saat ini aku masih menjadi ilalang, terus bergoyang  terserah angin bertiup kemana

Tidak mengapa kah?
Jika sekejap malam ini aku beristirahat dari hal-hal yang telah menguras airmataku setiap selesai mengadu, lalu menumpahkannya di danau waktu lagi...

Danau yang kuberjanji padanya tak akan lagi membuang hal-hal lain,
Aku telah berdusta
Inilah hukuman untukku...

Sejak mula telah kuketahui ini adalah permainan yang sangat kotor. Menyukai banyak orang untuk melupakan banyak hal. Aku telah kalah sejak dalam pilihan. Ini telah terlanjur kutuai, Tuhan jangan hukum aku lagi, jangan Engkau hukum aku atas kesalahan-kesalahanku,... ampuni aku, ampuni.

Aku adalah seorang yang egois....
Bagaimana mungkin aku tidak egois, karena tak bisa menjaga hati?

Ketika perasaan itu terus mendesak ke ulu hati, lalu kutumbang, dan menemuimu dalam malu, sering kumohon, "Wafatkan aku dalam taubatku ini, jangan sampai diri ini jadi sebab rasa sakit orang lain, ah ya Allah wafatkanlah aku dalam tangisanku ini, jangan biarkan dosaku bertambah... Allah... sungguh aku tidak berputus asa akan ampunanMu, tapi kumohon beri aku sebuah jalan terbaik yang bisa kulalui, tanpa rasa sakit untuk semua orang. Apa yang harus kulakukan, agar setiap orang bahagia?"

Bahkan diri sendiri, aku tak berkuasa atasnya, aku adalah sebuah boneka, dan jelmaan.
Allah, misi hidup apa yang harus segera kutunaikan, apakah hidup ini belum selesai?

Tidak mengapa, engkau menangislah zahraa..
Dan jadilah kuat, seperti permintaan setiap orang.
Dan jadilah sabar, seperti permintaan semua orang.

Tidak mengapa, engkau menulislah zahraa...
dan jadilah yang tak terjamahkan, tak terjangkau, tak terkalahkan...
Jadilah engkau yang sibuk dengan amalan yang bisa mendekatkanmu pada cita-cita teragungmu,
membahagiakan ia yang telah tiada...
Apakah kau lupa?
apakah kau sibuk?

setiap hari, surat apa yang kau baca untuk menghadiahkannya pada ibu dan bapakmu?
setiap hari, amalan apa yang sellau kau dawamkan agar amal itu samapi kepada ibu dan bapakmu?
Kau seorang piatu
kau seorang yatim
balasannya bukan sekedar harta, mereka butuh kau jadi anak soleh...
berhentilah mengurusi hal yang tidak penting

perasaan itu bukan untuk kau tangisi lagi...
kau harus kuat, kau harus kuat, kau harus kuat...

Kuingatkan lagi zahraa: jangan kau gantungkan harapan pada selain Nya.
LURUSKAN NIATMU, PEJAMKAN MATAMU, MELONCATLAH, tidak ada yang lebih mengasihimu selain ALLAH. Lalu sayangi dirimu dengan tidak terjebak perasaan sendiri, berkasih sayanglah dengan banyak orang, dan jadilah diri yang bermanfaat hentikan arogansimu, kesombonganmu, mulailah kau tawadhu dengan dirimu, qonaahkan dirimu, tekan inginmu, dan tersenyumlah, tegarlah KAU. TEGARLAH ENGKAU!

KAU tahu? KEINGINAN KITA SERING MEMENJARAKAN DIRI KITA SENDIRI.
Pastikan kau tak lagi menginginkan apa yang tak pasti, kecuali kau inginkan dirimu jadi manusia yang baik.... bersemangatlah.. Allah mencintaimu, bersemangatlah... dan engkau adalah bidadari yang hanya akan ditemukan oleh seorang pejuang, tanpa engkau harus berjuang. tenanglah, perasaanmu bahwa kau rendah dan penuh dosa tak akan mengubah ketentuan Allah, ketentuan yang terbaik untukmu, soleha....

Jadi, sudah, hapus, hapus, sesal dan air matamu...
Mari berjalan bersamaku, melewati hari ke depan dengan lebih optimis, dengan cinta yang tak habis.
Aku adalah bagian dari dirimu, yang tak sanggup lagi melihat kau sakit terus menerus.
Aku adalah dirimu.

Zahraa, tersenyumlah :)

Dear, diriku yang sudah marah-marah dan mengamuk, makasih, saranghae :*
Aku tahu sejak dahulu, kau bagian dari diriku yang selalu menguatkan.
Ya, mari kita list tugas kita ke depan, dan kita akan jadi sibuk dengan hal itu, bukan?
Apa?
Tambah hapalan?
Mulai mengerjakan soal-soal TPA?
Menulis lagi, yang lebih serius dong?

Oke, jangan paksa dirimu terlalu keras, kau tulis saja apa yang kau suka.
Jika ada yang baca?
Jangan hirau, itu hak mereka kok! Maka tulislah yang baik-baik, solusi yang baik, semoga kita jadi manusia yang bisa sama-sama membaikan satu sama lain.

Selamat tidur :)

by Eli Nurlela Andriani untuk Annisa Zahraa, my soulmate, my self.
(17 April 2016).



15 April 2016

SEPASANG

Standard
Kita adalah sepasang
manusia yang tak saling mengenal
Lalu cerita kita dipersingkat
dengan kata sapaan

Aku mengenalmu
Dan kamu mengenalku

Catat baik-baik: ada sipat buruk, yang satu-satu akan diketahui.
Catat baik-baik: ada sipat baik, yang satu-satu akan diketahui.

saat semuanya telah diterima dengan kontan
dalam satu paket
dan sebuah buket

kita akan dituntut
menjaganya
agar
tidak lagi ada kata "tak saling mengenal" kemudian hari

Kita selalu menjadi sepasang
sepasang teman
atau sepasang doa
yang sejujurnya kita rangkai melalui Nya
dan memohon agar sampai

Singkatnya, agar kita sama-sama sampai, pada pemahaman terbaik...
bahwa apa yang kita jalani adalah media terbaik untuk belajar banyak hal
Lebih mengenal karakter kita, agar disempurnakannya kebaikan dan kebaikan...

Kita adalah sepasang manusia
yang ingin saling jatuh cinta, dan dalam ridhoNya.

29 Maret 2016

Berkawan

Standard
Disampingku, terlelap seorang kawan, Vira...
Betapa alamiah, tertidur dalam lelahnya ia melewati hari...
Allah, kekuatan apa yang terdapat di dalam hatinya, menyimpan segala macam file,
Malamnya menjadi lebih pendek atau panjang
Ia bisa tidak tidur seharian, atau lelap di awal waktu...
ada selalu ada
Permaasalahn diembannya
.....
Ada banyak hal yang telah ia lakukan, kadang disertai dengan rasa ingin tahu yang tinggi, yang kekanakan, yang lucu, atau hal yang benar-benar luar biasa...
.....
Aku mengamatinya detail,
Mengapa diantara kami sering sekali ada salah paham?
Ya, karena kami tidak sungkan lagi mengatakan pendapat satu sam alain
Kadang
Karena kekontrasan sifat diantara kita, bisa menjadikan masing-masing sebagai cermin..
Katakan saja aku orang yang paling senang "membuatnya menangis"
Hatinya terlampau lembut, dan karena itu sering aku gemas berbicara padanya...
----

Kini amanah baru di pundaknya sebagai BP sebuah komunitas yangg cukup besar...
Dan ia, terlihat sangat bersemangat dengan amanahnya tersebut...
----
Dan ia yang selalu minta didoakan, dan aku yang ingin diam-diam saja...
Dan ia yang unik. Semoga Allah menjagamu, aku, kita... tidak ada visi berkawan kita selain terus ingin saling mengingatkan tentang Allah.

Dan kadang aku yang paling sering tergelincir....

Ya, jika sudah menikah kelak, aku sering berpikir, "Apakah kami akan tetap seperti ini?"
Kita saling menemukan, satu sama lain.
Selalu temukan jalan untuk kembali berkumpul, sejauh apapun mencipta jarak.

Ataukah mungkin kita akan terus menyambungnya hingga tua keriput, atau satu diantara kami meninggal?

Ini adalah amanah Allah, aku mesti mampu melengkapimu, karena kau tela sempurna melengkapi kekuranganku...
Baiklah ya: Biar kau senang lah: Uhhibbuki Fillaaah.

Az
(T_T)

28 Maret 2016

Bagiku dan Selalu Begitu

Standard
Bagiku, keringat selalu jadi semacam bahagia....

Hari ini selalu ada bahagia, alhamdulillah tidak marah ke anak, tidak kesal, tahu kenapa? Karena bundanya sedang sariawan, walau kesal cukup istigfar, tidka ada kekuatan buat marah dan berteriak.... hehehehe

Ingat, beberapa hari lalu, bunda ketuk papan tulis berkali-kali dengan tongkat ukuran 30 cm, benar-benar lepas marah... selelsai itu menyesal... berusaha mengembalikan keadaan kelas yang mencekam menjadi hingar bingar lagi...

Oke, aku selalu berekspektasi bahwa kelas yang kondusif adalah kelas yang rapi, yang ketika guru menerangkan siswa bersodekap dengan antusias tekun dan penuh minat... aku sellau mengharapkan itu sebagai kondisi yang amat ideal...
Lalu jika pada nyatanya, anak malah sering berlomba dengan bundanya ketika bersuara, bahkan tiga kali menerangkan tak masuk juga karena anak sibuk dnegan kesibukannya, mulai dari mengganggu teman sampai berteriak dan berlari sana-sini. Baiklah...

Ada seorang anak mogok sekolah, "Mah, aku gak mau sekolah, di sekolah ada teman yang suka ganggu (banyak) ketika belajar, aku jadi gak fokus!"

Bagiku, kenakalan seorang anak adalah boleh, ya boleh, tapi... "nakal yang tidak mengganggu orang lain ketika belajar."
Ketika aku memiliki konsep ini, kelasku benar-benar diuji, beberapa yang nakal ya.. memang karena mengganggu teman yang lain, kadang suka kasihan kepada yang diganggu, "sabar ya nak, inilah jihadnya belajar harus kuat menghadapi teman yang Ma sya Allah, harus kita sayangi daripada dijauhi...."

Beberapa guru mengatakan kelasku kelas yang cukup kondusif, dan aku mengerti satu per satu sipat anak, bagaimana beberapa anak cukup membuat hari-hariku semakin berkeringat. Ya, mereka telah mengujiku, menguji kesabaranku, menguji ketulsan dan keikhlasanku, menguji prinsif hidupku....
mereka sebenarnya baik, dari rumah mereka adalah anak-anak yang baik, tidak ada satu pun anak yang tidak aku sayangi...

dulu sebelum ini, aku pernah mendeskriminasikan seorang anak, "Ya Allah kok ada anak begini?"
Tapi kucoba dekati (walaupun mulanya sangat takut dan enggan karena anak sering beraroma khas), mengaji bersama, diberi tambahan bersama, makan bersama, dan menemui ibu dan bapaknya.... akhirnya tumbuhlah cinta kepadanya, aku mencintainya kini, bahkan walupun ia tak menuliskan satu hurup pun hari ini, aku akn terus memakluminya, saat tiba-tiba hari itu ia dapat menyelasiakan tulisannya dengan susah payah, selesai satu wacana ditulisnya... walau tulisannya tidak terbaca, ma say Allah sennagnya....

hal yang menyenagkan memang sellau dari hal yang sulit seklai pada mulanya.

AKhir-akhir ini, aku merasa gagal menjadi diriku, mulai tidak nyaman dnegan pembelajaran di kelas, aku tidak cukup tahu untuk beberapa materi hapalan, ah apalagi mereka... aku gagal saat mereka bertanya dan aku menjawab tidka tahu...

aku menjadi manusia robot tanpa inovasi, tidak kreatif, dan membosankan, coba kalian pikir, aku harus datang ke kelas meneteng buku yang kubuka itu lagi itu lagi... ayo buka halaman sekian, kita belajar ini itu...

kemana larinya media? kemana larinya metode?
kemana?

inilah kejenuhan yang tidak hanya dirasakan olehku, tapi juga oleh anak-anakkku...

Bunda merasa gagal menajdi guru yang baik.

astagfirullah 'adzim...

Bagiku memang hal seperti ini sering datang, lalu aku ingin berhenti, dan ketika sudah berhenti lalu ingin skeolah, ada apa denganku ini?

Dua hari lalu, aku berkunjung ke rumah kakak, dengan anaknya 3,5 tahun 2 orang, aku menyaksikan bagaimana aktivitas anak sangat menjenuhkan, sehingga mereka mengganggu ayah ibunya... mereka merengek, mereka mencari perhatian dengan menangis minta jajan, atau menyebutkan barang-barang yang ingin mereka miliki...

ya, anak-anak kekurangan aktivitas belajar bersam aorang tuanya...
aku melihat sebagian anak yang lain beruntung, memiliki ayah atau ibu yang tahu "anak memerlukan aktivitas" yang menyenangkan...

aku sering merasa gagal ah kalau aku jadi ibu bagaimana aku, dan apa yang bisa aku lakukan pada mereka anakku...

Hari itu sedang keranjingan baca buku, dan keponakanku terus mengajakku bermain, bertanya ini itu, dan lainnya, mencari perhatianku, dan aku bibinya malah merasa terganggu dna asik dnegan bacaanku... setelah itu menyesal... aku telah salah...

Ya mungkin tidak tersirat kekecewaan mereka., tapi aku telah menyiakan masa emas mereka...
Hana dan Qoni berkali-kali bertanya seperti ini: "Bibi, bibi teh nuju naooooooooonnnnn?"

"Bibi nuju baca soleha..."

sudha sepuluh kali bertanya, aku baru tersadar itu bukan hanya sekedar tanya. Bagiku tentang anak-anak, selalu begitu: tahu bahwa mereka memerlukan yang terbaik, dan aku sellau salah memilih sikapku padanya... Allahu Rabbi, teguhkan dan kuatkanlah.

(Az, 28-03-2016)


11 Maret 2016

Pagi yang Hectic

Standard
Kau tahu aku sedang apa hari ini?
Selesai print skripsi bab 4 dan lembar pengesahan proposal bina desa, abi sempat ingin meramaikan blog, sambil cuci piring dan sebelah kiri gagang sapu...
Coba pekerjaan macam apa ini, jam 08.30 maunya udah siap berangkat ke kampus.

Okelah  hari ini amat menyenangkan. :)

28 Januari 2016

Rp 0 Biang kerok

Standard
Sebelum ini, sempat sekali berpikir tentang sesutau yang wah, tentang tema menulis di blog. Tapi ketika sudah ada waktunya kini menulis, sesuatu yang wah itu entah menguap kemana...
Sebagiannya sudah tertindih lagi oleh bagian-bagian lain, peristiwa sehari-hari yang bisa dibilang begitu cepat bergulir...
Hari kemarin alhamdulillah bisa merasakan lagi menangis sambil abwa motor, tenang.... pasalnya bukan patah hati...
kemarin sore sengaja berkunjung ke salah satu temanku, bercakap tentang sesuatu yang tak bisa kukendalikan,,,, mengapa mulut ini begitu mudah mengucapkan penghakiman kepada seseorang yang bahkan sebenarnya ia memiliki hati yang mulia...

Ku katakan padanya, sesuatu yang melukainya.
Aku tak suka tulisannya di mading tentang Rp 0....
aku juga tak suka status fb nya tentang profesional itu...
Lalu kuutarakan sesautu, dan ia menangis,
Aku merasa kejam telah jadi hakim
kesalahanku adalah terlalu ikut campur....


Ia jelas menangis di bahuku, dan aku menangis, "Kok dunia ini kaya kejam banget ya mempermainkan perasan kitanya, keterlaluan!!!!!"

Posisiku memang terjepit.
Satu diantara dua yang tak bisa saling terbuka...

Satu merasa benar. Dua juga sama.
Kalo sudah begitu, tak akan ketemu titik selesai. Kecuali mengusahakn salha satu dari keduanya untuk merasa diri salah, dan mau memperbaiki diri. Itu yang sedang kulakaukan, kepadanya, karena tahu posisi ia (ruhani) lebih kuat dari yang lainnya....

Dan ia kembali bbm, dengan cerianya menyapaku, syukurlah ia sudah sembuh!
Semoga kita dihindarkan dari pengaruh syaitan yang emebisiki kesalahan.


13 Januari 2016

Terbaik

Standard
Menjadi pemeran utama kadang tak enak, bahkan bisa menjadi beban pula.
Padahal kita sejatinya satu-satunya, pemegang lakon utama panggung hidup kita sendiri, bukan?
Selepas wisuda kemarin tanggal 15 Desember 2015, kemarin? bukannya hari ini sudah Januari tengah Bu?---kehidupan masih belum bnayak berubah, masih tetap sama, ya sama berjalan, sesuai tatanannya...
Satu-satunya yang berubah adalah status seorang sahabat, asalnya lajang menjadi "sudah menggenap".
Lagi-lagi membahas ini Zet?
Sebenarnya sudah sangat giung dengan tema menggenap, tetapi baiklah menjadi tetap bersikap netral.
Oktober lalu, setahun lalu, sempat ingin memberikan kesempatan pada seseorang untuk menjalani proses yang serius, tetapi desember awal kemarin, proses itu dengan penuh kesadaran sepenuhnya kuhentikan, lalu mengapa?
Pada mulanya seorang itu datang dengan maksud mulia, menggenapi.
Lalu i'tikad itu mulai berpudar seiring waktu, tak kunjung pula ia menentukan sikap, yang jelas ia malah meminta belajar bersama.
Bukan hanya belajar bersama, seolah aku pun mesti terus berkomunikasi dengannya.
Demi Allah, bukan itu yang diinginkan oleh hatiku.
Maka tak boleh ada yang bertentangan dengan syariat sesuai yang kupahami, walaupun seringnya ia berkali-kali mengatakan agama itu luwes.
Namun maaf, untuk masalah satu ini, keluwesan itu tak berlaku.

Aku benar-benar menginginkan keberkahan, jalan yang berkah, jika harus menyakiti diri sendiri pun, tak mengapa.
Jalan itu terus kulalui, seiring waktu....
Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik, dan semoga niat ia menggenap menyampaikannya pula pada orang yang lebih baik daripada diriku yang fakir ilmu, fakir amal ini, dan lebih siap tentunya.

Januari menjelang, dan sempat pula menatapnya dengan sedikit ragu, "Allah ampuni atas ketidak mampuan diri melakukan yang terbaik".

Yang kupahami itulah yang mesti kujalani.