20 Januari 2017

Deadline ESAI

Standard


Menulis adalah mengayun emosi. Bagaimanapun menulis kembali sisa-sisa kenangan masalalu, membuatku harus banyak diam. Dengan diam aku merasa sunyi, dan hanya melalui sunyi, cerita ini pun mengalir, menetes seperti air dicelah-celah batu, membasahi permukannya yang mengkilap di terpa sinar mentari pagi hari.
Malam ini, di depan leptop merah, aku memejamkan mata yang memang sejatinya ia ingin terpejam, sudah tiba saatnya dia beristirahat, tapi tidak… ada hati yang terus menerus berteriak, agar ia membuka kelopak. Mengapa protes? Ada tangan-tangan lentik yang minta menari di atas keyboard demi sebuah catatan perjalanan, tentang LPDP. Bukankah ini malam deadline?
Aku lelah, aku ingin istirahat. Siang tadi perjalanan hampir 100 km kutempuh dari ujung Tasikmalaya Selatan hingga Bandung Utara, dengan mengendarai motor. Bayangkan seorang seorang perempuan, siapa yang tak lelah? Ditambah lagi ada janji yang harus ditepati, tentang amanah membimbing anak membaca permulaan, demi amal demi ilmu, rasa lelah tak boleh dirasa… lagi pula aku pun merasa malu dengan yang sudah memberi dana. Seorang awardee pantang baginya menyerah pada keadaan. Tidak mengenal kata lelah dan mengeluh, ayolah mulai mengetik bujuknya lagi.
Matapun terbuka, ia harus lebih ikhlas mmenerima segala bujukan hatinya.
Sebuah catatan perjalanan pun dirangkai, tentang air mata dan kekukuhan tekad, keangkuhan mimpi, besarnya harapan, dan tingginya cita-cita.
Lihat lah ia dulu, seorang anak SD yang bahkan tak tahu rumahnya dimana, tak tahu bagaimana nasibnya esok hari, tak mengerti dengan perihnya kehidupan yang jalani, kini ia sudah kuliah, bahkan s2. LPDP bahkan mungkin adalah bagian dari doa-doanya di masa kecil, bagaimana bisa?
Semenjak ia relakan dirinya diadopsi, sma sekali, ia tak ingin merepotkan keluarga barunya. Toh baginya, hidup dengan memiliki rumah pun sudah istimewa, kini bahkan keluarga, ia punya keluarga baru, satu harapannya ia ingin sekolah dengan tanpa merepotkan orang tua angkatnya.
Semenjak itu, tak ada yang dibacanya setiap malam kecuali doa-doa melaluii surat yasin bahkan sampai 3 kali bolak-balik, itu nasihat Emak, “Jika inginkan sesuatu pada Allah, mintalah dengan perantara  kebarokahan Surat yasin. Ya Rabb satu saja keinginannya, ingin sekolah setinggi-tingginya.
Ia melihat, ketujuh kakaknya hamper semua tamatan SD. Laki-laki menjadi buruh bangunan, perempuan jadi petani atau sekedar jadi ibu rumah tangga tanpa kemampuan ataupun keterampilan, hidup serba sulit, dan ah tentu saja kesulitan itu selalu jadi pemicu ketidak-rukunan antara satu dengan yang lain.
Kita pun mestinya sadar ya, bahwa hidup kita ini mestilah punya berbedaaan (sebuah keistimewaan), sudah waktunya melakukan sebuah tranformasi. Apa yang bisa kulakukan?
2011, Allah jawab mimpi itu dengan adanya program bidikmisi yang baru berjalan 2 tahun.
2016, Allah jawab mimpi itu dengan adanya program BPI-LPDP yang baru berjalan beberapa tahun-tahun ini juga.
Bagaikan sebuah puzzle, mimpi itu telah Allah susun dan rangkai dengan indah. Semudah itukah mendapatkannya? Tentu saja tidak, ada sebuah proses yang panjang. Pertama kalinya 2014, mulai terdengar nama LPDP dari seorang dosen, “Sekarang untuk s2 akan jauh lebih mudah karena pemerintah sudah mengalokasikannya dari dana abadi, namanya lpdp, lembaga pengelola dana pendidikan, yang dipantau langsung oleh kemetrerian keuangan.”
Hmmmmm, LPDP, S2?
S1 pun belum selesai, bahkan tersendat-sendat, keuangan bidikmisi yang berkisar Rp 600 ribu, lebih banyaknya tak mampu mengcover kebutuhan sebagai seorang mahasiswa yang hidup di kota besar. Mungkinkah bisa melanjutkan, atau…
Waktu memang seperti air disungai, satu kali lewat, ia menyentuh jemari kita, kita tak akan sanggup membuat air yang sama kembali, ia akan terus berlalu menuju muara… begitupula, perkuliahn s1 usai, dan sebagai sarjana tanpa pengalaman, mengalami masa yang disebut dengan shock society, mengalami masa transisi yang luar biasa, anatara dunia kampus, dan dunia nyata di masayarakat. Setelah wisuda, kita dihadapkan banyak pilihan. Pilihannya adalah bekerja, menikah, pulang kampong, atau sekolah lagi.
Mana yang harus kuambil? Aku melihat di sekitarku, setiap detail dan ciri idealism mulai tertanggalkan satu-satu, dunia nyata lebih menuntut kita memiliki kemampuan-kemmapuan praktis. Banyak yang banting haluan, sarjana pendidikan tapi  bekerja menjadi pegawaii , pengusaha, politikus… ah mereka bilang inilah dunia yang nyata, kampus hanyalah miniature. Jika idealism tak bisa damai dengan kenyataan, maka berdamailah dengan diri sendiri…
Aku sendiri?
Berdamai dengan kenyatan membutuhkan waktu yang lama, aku tak rela menanggalkan statusku sebagai seorang sarjana pendidikan untuk sebuah kedai ramen yang ingin kurintis. Aku berusaha merenung, apa yang kubutuhkan? Teringatlah sebuah nama yang dulu terngiang-ngiang di kelas, LPDP, lanjutkan sekolah ke s2 menambahh ilmu, membuka mata, memperluas cakrawala.
UPI Tasikmalaya, 2015, taka da satupun alumni yang berhasil mendapatkan LPDP dari kampusku. Entah, karena alasan apa, mungkin karena kebanyakan karena alumni kampus kami tidak mendaftar…
Let to be the first! Aku ingin jadi orang yang pertama, jika memang belum ada.
LPDP… terus terngiang, sampai suatu hari karena tak tahan lagi dengan dengungnya, aku terpakas mendownload panduan, memprint persyaratan yang mungkin mudah. Pertama kali yang dilakukan adalah meminta surat rekomendasi pada dosen, sebagai bentuk integritas, setidaknya kita menjaid sangat termotivasi dengan ditanda-tanganinya rekomendasi tersebut.

(Penghujung Desember 2016)
Az. 

8 Januari 2017

Assalamu'alaikum Salihah

Standard
Alhamdulillah bini'mati tatimus sholihat...
Alhamdulillah, bisa menulis lagi, membuang lagi sampah emosi di kamar blogku yang berantakan ini...

Tadinya ingin merampungkan LPJ sebuah kegiatan, tapi entah kenapa, setelah membuka laptop malah tertarik kutak ketik yang tidak jelas ini...

Sambil nunggu adzan dzuhur, yu kita buat refleksi tahun 2016 kemarin.
Tahun ujian, TOTAL.

"Allah akan menguji dengan hal yang sama, selama kita tidak tahan (kalah/menyerah) dengan ujian tsb, benar?"

Ujian seperti itu terus datang, dan aku selalu yakin pada tulisanku sebelumnya bahwa, "sosok dia datang" saat aku didera dengan "fitnah".
Dan kehadirannya saat deraan fitnah ujian cobaan ini datang, membuatku ketakutan...
Seperti sebelumnya, aku takut semua ini akan menyakitiku lagi, semuanya berlalu sebelum aku sempat melakukan apa-apa... Atau jangan jangan aku yang membuat takdir ini berubah rusak?

Naima menggigit bibirnya sendiri, ia tahu jika ia salah langkah, semuanya akan seperti kemarin lagi...
Tidak, kali ini ia harus menahan semuanya dengan kesabaran yang penuh, toh jika saja masih tak sesuai, walau ia sudah sabar, itu adalah keputusan terbaik dr Allah...

Apa yang selama ini tak mampu ia tahan, adalah lisannya... ia begitu banyak berkata tentang segala isi hatinya, harapannya... sampai-sampai tak dapat dibedakan lagi mana doa, harapan, kesedihan, atau lelucon, semuanya tersamar oleh gelak tawa candanya yang mengkhawatirkan...

Aduhai yang hatinya was-was, sudahkah kau intip bagaimana hubunganmu dengan Allah saat ini?
Ingat: ORANG DIHISAB ITU SENDIRI-SENDIRI, MASING-MASING!

Jagalah hatimu, perbaiki.
Semoga tahun ini, jad tahun yang baik untuk kita, Naima.


6 Januari 2017

2017 Sweat Years

Standard
Lima tahun yang lalu, 2012. 

de mata, yogya, 18 des 16

Masih sangat jelas, teringat, tergambar.. saat diri meneropong hidup di tahun 2017, apa yang sudah berubah denganku?
atau apakah masih ada usia.. ah lima tahun pikirku waktu itu, akan terasa sangat lama..
Lima tahun memnag tidak sebentar, kesedihan, kehilangan, kepahitan, kebahagiaan, anugerah, datang silih berganti...
hampir tak percaya akan smapai pada tahun ini, sweet 17...
Hm...
Tapi tidak, sekarang hari ini, aku hidup di tahun 2017, benar?
dengan keadaan yang masih baik-baik saja, benar?
walau jelas ku akui, dosa bertambah....benar?

2017, September
Itu dulu bulan dimana sangat kuinginkan terjadi pernikahan bulan itu tahun itu...
Sekarang cuma bisa senyum saja...
Karena apa yang kita harap kadang bisa lebih cepat, ada yang tak berharap tapi terjadi, ada yang amat berharap tapi dikabulkan lebih cepat, bisa saja...

Selamat datang 2017, semoga hati kita semakin lebih baik, kehidupan semakin manis...
Hubungan dnegan Allah pun semakin membaik, ya Rabb, aamiin.