20 September 2016

Menyongsong Agenda

Standard
Hidup kita berisi sekumpulan agenda, agenda besar maupun agenda kecil. Dalam mengisi agenda, ada yang penuh konsentrasi ada yang seadanya, sekedarnya. Dampaknya adalah pada agenda berikutnya...

Betapa banyak yang separuh hidupnya habis berputar-putar, hanya mengikuti setiap agenda tanpa mengerti mengapa ikut agenda itu ini...

Berjalan berputaran, mengikuti serangkaian agenda yang padat, dan berhenti di satu titik dimana kejenuhan itu ada... apa yang sudah kulakukan, apa tujuanku, apa? bukankah kita selalu berputar ini, bahkan cenderung cepat, karena tidak tahu harus keluar dari mana, apa tujuan kita, apakah ini yang disembut perlombaan tikus itu? Perlombaan yang harus dimenangkan... RT. Kiyosaki nampaknya benar, hidupku pun seperti perlombaan tikus, berlari tiada henti, namun kenyataannya tetap di sana, tiada beranjak.... fuuuhhhhh!

Seseorang menyarankan padaku, untuk keluar dari perlombaan tikus itu, aku harus menjadi bagian yang berbeda yang... bisa menggabungkan antara 3 elemen: aku diri, aku ideal, dan aku sosial. aku diri berkenaan dengan kelemahan dan kekurangan (apa yang menjadi passion, dsb nya), adapun aku ideal menitik beratkan pada cara pandang terhadap satu soal yang seharusnya terjadi berpusat pada kesempurnaan dan ke"norma"an, dan aku sosial berbincang terntang peran apa/kontribusi apa/manfaat apa yang bisa diberikan kepada banyak orang dari diri kita.
Coba kamu analisis SWOT diri kamu sendiri Eli... kira-kira begitu.

Akhir-akhir ini, aku menglaim diriku sendiri sebagai orang yang tidak bisa (sulit) berkonsentrasi. Bahkan lebih parah, aku berkeyakinan ada beberapa sinaps dalam otakku yang sudah terputus begitu saja, karena dosa-dosa yang kulakukan, sehingga betapa sulit aku menemukan diriku beristiqomah pada satu passion yang aku inginkan...

Contohnya, saat aku mengerjakan tulisna ini, aku teringat bahwa tugasku banyak, belum ini, itu, lalu aku berhenti menulis, lalu aku lihat jam di hp, sekalian aku cek message, lalu akau melihat informasi tentang banjir di Garut, lalu aku membuka site nya, lalu akau memberi komentar bagaimana jika penggalangan dana, setelah itu aku mengirim pesan lainnya di beberapa grup, lalu aku teringat belum membuat kado untuk pertemuan nanti siang, lalu aku mengambil kado dan siap membungkusnya, lalu aku ingat kalo aku sednag mengetik lalu aku cek laptop yang masih menyala, dan kulihat hape ku yang penuh notifikasi, lalu ku mulai pusing tugasku yang utama sebenarnya mengerjakan jurnal, menganalisisnya mengapa malah mengerjakan ini itu dulu, lalu kulihat banyak gelas dna piring kotor, oh aku belum makan, lalu aku mengambil nasi dan teh manis, lalu menyuapkannya... dan begitulah konsentrasiku entah lari kemana...

Contoh lainnya, aku duduk manis di kantin Fmipa mengobrol dengan dosenku tentang penelitian yang dulu sempat dilakukan bersama, lalu beliau bertanya sesuatu padaku yangentah apa, aku merasa otakku menguap dan aku tidak ingat bahakan dengan satu kata yang ia tanyakan

"Bagaimana mengukur seorang anak sudah lihai berbicara, satu indikator saja, yang paling dasar?"
Apa bu, kataku, bodoh.. mmm membaca?
"Ya ampun Eli, berbicara....!"
Oh berbicara ya, apa ya...

Padahal kami ngobrol hanya berdua, entah kemana pikiranku saat itu, kenapa sulit sekali mengikuti pembicaraannnya, padahal jelas-jelas aku ada di sana, menghadap kepadanya...

aku telah mengklaim diriku snediri degan hal buruk, astagfirullah hal adzim...

Ini juga tulisan loncat-loncat, aku sellau mencari cara bagaimana agar fokusku kembali, bismillah ya Rabb... "Rabii habli hukmaw wa'alhikni bissholihiin...."
Ya Allah....

Aku ingin keluar dari perlombaan tikus, aku ingin jadi diriku sendiri, mengarahkan diriku pada hal yang kuyakini itu hal terbaik dari diriku, agar bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Agenda terbedarku, adalah mengasah diriku dalam 3 hal:
1. kepekaan rasa
2. kedalaman berpikir,
3. keyakinan yang mendalam.

Agenda-agenda besar itu terpacu setelah aku membaca buku Butet Manurung "sokola rimba", entahlah kenapa dia bisa membuat aku berpikir ulang, selama ini kau menghabiskan waktu untuk apa? kok kaya tanpa satu hasil pun. Sudah 5 bulan loh aku di Bandung, dan ngapain aja?
Seolah gak ada buktinya aku telah melakukan sesuatu, apa, apa, apa? menumpuk dosa......ya?

Butet mengisi hari dengan petualangan baru, ia tidak diam, tidak diam, tapi dia mengasah dirinya sampai berdarah-darah... dia merelakan dirinya dalam bahaya, dia tidak takut, dia berdiri paling depan, dia gelisah, sama-sama gelisah sepertiku hari ini, tapi dia mengambil sikap, mengambil peran, dan dia selalu merasa bersemangat setiap hal melakukannya, dia juga tidak menafikan diri kalau dia punya kurang, dia mengaku kalo salah..... lalu ada apa denganku? apa aku adalah makhluk yang sellau benar? tidak. apa aku takut gagal? harusnya jangan.

Hajar saja, hanya aku harus ingat tujuan awalku apa, tujuanku apa, kalau kata Mas Noe (vokalis letto) tidak usah kamu berpikir muluk dan jauh, aku disini untuk apa nanti di depan, itu maish jadi misteri woyyyy, tapi kamu cukupp lakukan yang terbaik saat ini di situasi ini, kamu jangan diam, kalau kamu gelisah kamu lakukan sesuatu pada kegelisahanmu...

Bu seni bilang, li turunkan standar suksesmu, kamu harus mau mengikuti aturan mainnya, berjalan menyusuri impian itu dnegan tahapan, gak bisa tiba-tiba loncat...

Oke, cukup, rasanya kepalaku cukup terbakar!

Ada hal lain yang tidak beres dengan diriku. Aku merasa personalityku merosot jatuh, satu aku lebih tertutup (sekilas) dan terkesan arogan (ketika berbicara), aku mrasakan perubahan ini, aku menjadi manusia kok gini sih, kok cara ngomongku jadi frontal, apa aku ini kategori sombong?

Nah dititik ini aku sering menangis sendiri, aku takut dengan kesombongan, apa yang bisa aku sombongkan, tak ada.....

tapi memang aku merasa diriku kurang peka dengan maslaah orang lain, aku lebih fokus pada/; selesaikan apa yang harus aku selelsaikan, dan sisanya aku bantu jika aku mau dan mampu... bahasa besarnya memang: AKU TIDAK PEDULI. Hal ini bisa jadi bumerang, aku menjadi gelisah dengan sikapku ini, lho lho lho katanya aku ini pengen berbaur berkontribusi tapi kok nggak bisa selesai dengan diri sendiri.... kok aku bisa bisanya punya sikap seperti ini. Kalo ngomong cenderung to the point, enggak bisa memahami psikologis orang yang diajak ngomong, dan kadang mah cenderung malas ngomong, takut kalo ngomong malah anyakitin orang... susahnyaaaaa....

Curhat jadinya tulisanku ini, yah daripada curhat patah hati, curhat di PHP in, curhat apalah-apalah, mending analisis diri... Akhirnya aku sadar, tak ada manusia yang sempurna, tapi aku ingin berubah, aku tidak peduli dengan betapa aku seringkali mudah sekali berubah, yang jelas aku ingin lebih baik dari aku kemarin, aku ingin lebih halus, lebih memahami, lebih terbuka, lebih jujur, lebih mengerti, lebih sederhana, lebih sabar, lebih bersyukur, lebih menjaga lisan... uh semata bukan karena aku ingin pujian tentang "uh eli baik ya" atau apapun, aku menginginkan Allah ridho saja, cukup.

Masih terngiang rumusnya pak Musholih Direktur Nurul Fikri, agar personality kita bagus perhatikan 4 hal ini: ROOM (Rendah hati, Obyektif, Open Mind, Moderat). Hanya dengan rendah hati ilmu akan sampai pda diri kita. Ingat domg, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, jadi kalau mau ilmu rendahkan hati kita......

mungkin sekian dulu tulisannya, plooonggg!!!!!!

semoga kita lebih baik ya, aamiin ya Rabbi....
"Allahumma a'inni ala dzikrika, wa syukrika, wa husni ibadatik..."
Aaamiin....