23 Desember 2014

Berhenti Berharap

Standard
Mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu-lagu lama. Menatap awan, ditengah keramaian, ini? aku banget! 
Perkejaan yang tiada henti.... Come on, santai sekejap dan tersenyum :D
Berhenti Berharap (Shela on 7)
Aku tak percaya lagi
Dengan apa yang kau beri
Aku terdampar di sini
Tersudut menunggu mati

Aku tak percaya lagi
Akan guna matahari
Dengan mampu menerangi
Sudut gelap hati ini

Aku berhenti berharap
Dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat
Tak ada cinta kudapat

Kenapa ada derita
Bila bahagia tercipta
Kenapa ada sang hitam
Bila putih menyenangkan

Aku pulang, tanpa dendam
Kuterima, kekalahanku
Aku pulang, tanpa dendam
Kusalutkan, kemenanganmu

Kau ajarkan aku bahagia
Kau ajarkan aku derita
Kau tunjukkan aku bahagia

Kau tunjukkan aku derita
Kau berikan aku bahagia
Kau berikan aku derita

Aku pulang, tanpa dendam
Kuterima, kekalahanku
Aku pulang, tanpa dendam
Kusalutkan, kemenanganmu

Selamat deh, kamu memang pemenang! Aku sakut! hehehe

10 Desember 2014

Terlahir lagi dengan Lagu Kematian

Standard
Sudah sejak 2 tahun lalu, aku vakum menulis cerpen, dulu masa yang membanggakan mungkin, 2012. saat beberapa kali cerpen-cerpen itu dimuat di media lokal. Ada rasa bahagia, tak percaya, kok aku bisa menulis?

Aku tidak tahu, jariku hanya bergerak, dan kepalaku terus mengayuh, mencari pembenaran atas imajinasi yang tak bisa kubatasi. aku melamunkan diriku sendiri dan melamunkan banyak hal, terutama hal-hal yang memang ingin kusampaikan dengan cara yang tak biasa. katakanlah lagu kematian, cerpen ini telah mengganggu waktu normalku, ia terus menghentka-hentak minta dituliskan.

temanya hanya sederhana: kematian, tapi dibalik kematian itu aku ingin menyampaikan betapa banyak mati yang konyol sia-sia, padahal untuk sebuah nyawa kita rela membayar jutaan di rumah sakit yang tiada segan menarifkan harga tak kira-tanpakasih.

lebih jauh, aku menyindir diriku sendiri, yang kere dengan karya, aku tak menghasilkan apa-apa, tidak sebuah cerita bahkan tidka pula uang.

Lalu, aku terus menulis saja sesukaku, merasa terlahirkan. Adapun ide utama tentang Bunda, adalah nyata. Beliau adalah sahabat dari emak yang amat kusayangi yang teah terebih dahulu berpamit 1 Agustus lalu. Bulan ini, hari ibu, aku ingin menulis cerpen lagi tentang ibu, tentang ibu, mungkin setelah lagu kematian ini, aku akan menulis lagi cerpen yang lainnya, Ibu, Jas Hujan, Nun, kebun bayam, sampai skripsi yang tak kelar.

Seorang cerpenis mestilah humanis, aku hanya berusaha mewujudkan itu, biarkan aku menajdi hujan, atau api, atau udara, atau tanah, dan menyatulah diriku dalam kara-kata.

Untuk hidup yang tak boleh biasa, aku kembali akan menulis cerpen, aku akan hidup dengannya, bermesra dengannya. Mungkin, jika tak bisa denganmu, aku bisa menuliskan satu nama dalam cerpenku, semauku bukan? dan nama itu kupinjam sebagai seseorang.

Selamat lahir lagi Az.
Biarkan lagu kematian sebagai penghantar, karena kematian hanyalah awalan, bukan?

LIFE is WAY

Standard


Jika hidup ini sebuah cermin, lantas isyarat apa yang mampu menyiratkan hidup, bahwa kehidupan adalah sosok kita… atau… sesosok kehidupan adalah penampakan dari wujud kita yang telah terpantulkan melalui lembaran-lembaran perjalanan… Maka, jika hidup ini sebuah cermin, seharusnya kita lebih mengerti dan memahami hidup apa dan bagaimana yang telah dan akan dilalui, agar mampu menempatkan diri padanya. Maka, bila hidup ini layaknya sebuah cermin, seharusnya kita dapat bersentuhan lebih dekat padanya, agar kita mengetahui dengan jelas benar, segala kekurangan yang terpantul dari cermin itu. Namun sayang, kita sering mengangap jika hidup adalah cermin cembung yang melebih-lebihkan kekurangan dan mengurang-ngurangkan segala kelebihan yang kita miliki. Atau…. Kita sering menganggap bahwahidup ini adalah cermin cekung, yang selalu memberikan kekecewaan pada apa yang dipantulkannya.dan menganggap cermin kehidupan….adalah wujud yang lari dari kenyataan.
Bismillah adiku semua, Assalamualaikum wr wb… Ahlan wa sahlan di kampus tercinta UPI Tasikmalaya ini. MOKAKU adalah langkah pertama dari sebuah babak juang yang akan ditempuh, empat tahun mendatang engkau akan selalu berada di sini, menuntut ilmu, mencurahkan segenap kemampuan, dan mencari jati diri yang sebenarnya, sebelum akhirnya kembali ke masyarakat sebagai pribadi baru yang diliputi oleh ilmu, yang dituntut menebar manfaat dan bersinergis dengan berbagai kepribadian manusia yang berbeda-beda.
Adikku , kita kembali pada perjalanan awal, sebagai sebuah titik awal perjuangan, sudahkah kita luruskan niat? Mengapa engkau berada di sini? Di UPI Tasik ini? Ya, percayalah ini bukan kebetulan, ini bukan tanpa perjuangan, ini bukan sekedar salah memilih, salah contreng, atau paksaan orang tua, semua ini adalah…. Ya ini adalah kehendak Allah, atas ijin Allah, atas iradat Nya kita berada di sini. Lalu, apa yang diinginkan Allah dari kita sehingga mentakdirkan kita berada di UPI Tasik ini? Benar adikku, Allah menghendaki kehidupan terbaik dari diri kita. Luruskan niat, jika semata-mata kita di sini adalah untuk mencari ilmu agar mendapat Ridho Allah Swt, untuk memperbaiki kualitas diri, untuk menjadi hamba Allah yang lebih bermanfaat untuk orang lain, dan berbagai niat baik lain…
Ah selamat memulai perjalanan adikku, tetap bawa dan gunakan Kompas Al-Quran sebagai penunjuk jalan, Allah telah menyiapkan segalanya di sana. Sertai langkah kakimu dalam Jemaah yang soleh dan salihah, karena mereka adalah pengganti dan pemotivasi jika kakimu mulai kendur, jika kepalamu mulai pening… dan Jemaah yag akan sealu memngingatkanmu akan tujuan perjalan kehidupan. Ohh iya adikku, bawalah selalu cermin.. bercerminlah dari kehidupan manusia di sekitarmu, agar hidup selalu penuh dengan kebaikan.
Andai kita mampu melihat cermin kehidupan kita seperti cermin datar… yang setiap hari kita berkaca padanya, melihat noda hitam di wajah dengan jelas, dan pelan-pelan menutupnya dengan polesan bedak atau sekedar lotion, bukankah itu lebih mudah? Berapa kali kita bercermin untuk sekedar memperindah penampilan jasad? Namun, ketika itu, sudahkah kita bercemin pada kehidupan?
Menutupi kesalahan  dengan amal soleh yang kita perbuat, dan menjadikan kelebihan sebagai jalan untuk dekat denganNya seperti yang setiap hari kita lakukan. Sudahkah?
Atau jangan-jangan, ya mungkin memang KITA MALU UNTUK MELIHAT segala kekurangan kita, melalui cermin kehidupan yang ada di depan mata…. 
 
 (Az., 29/08/14)

19 November 2014

Menulis (lagi)

Standard
Menulis adalah pekerjaan halus, ia terjadi dalam diam, duduk tanpa berkata-kata, hanya berkutat dengan pemikiran, mengheningkan diri dari hiruk pikuk, lalu mendamaikan diri dalam hati yang tenang… 

Tulisan memang kadang jadi perwakilan atas ketidak hadiran seseorang, bahkan lebih jauh ia jadi wakil atas kata yang sebenarnya ada dalam hati, walau tak tergoreskan pena. Tulisan pun jadi cermin bagaimana isi hati dan emosi seseorang saat menulisnya.

Sejujurnya aku tak tahu sejak kapan aku mulai suka menulis, tapi akhir-akhir ini, tulisanku terhenti pada satu topic bernama “daun subuh dan gerimis”, sebuah novel yang harus kurampung kan di sisa tahun.

Aku berhenti, benar-benar berhenti dan terkadang ingin membuang file bernama itu. Namun, aku melihat tujuan menulisku? Akankah kandas hanya karena topic yang kutulis terlalu sensitive? Tidak, tujuan menulis ku bukan karena sesuatu.

Maka sejak kini, setelah semuanya (baik-baik-buruk-buruk) telah ku sesapi, aku mulai menata diri, untuk fokus 100% pada tujuanku pada awalnya sebagai penulis.

Aku ingin menjadi seorang penulis, bukan yang terus menerus dikungkung oleh berbagai arahan membingungkan, aku ingin menentukan arahku, biarkan aku jadi navigator atas tujuan hidupku, aku ingin menulis tanpa henti tanpa terhenti, dan membaca sebanyak aku bisa membaca.

Jadi…. Biarkan waktu memacuku dan bertanya: akankah janjimu tertepati?
Sebuah novel yang lahir dari kesusah payahan hidupku… menentang hantu bernama malas dan tidak fokus.

Lalu, Tuhan sertailah diriku, dan ampuni kebodohanku, kelemahanku, jadikanlah semuanya berkah dan indah tepat pada saatnya semua telah siap. Insya Allah 2015, bisa terwujud impian itu, menjadi pemateri untuk buku-buku yang tercipta di tahun ini. Basmallah.

"Bermimpi besar, bertindak besar, berkeyakinan kuat, dan bekerja penuh cinta." Semangat sayang.... :)

4 November 2014

Gejolak

Standard
Berapa hebat gejolak yang terjadi?

Entah mengapa selalu ada harapan. Kita akan terus berjalan seiring harapan akan terjadi kemungkinan-kemungkinan yang terbaik. Entahlah Tuhan, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi kepada, namun ada selalu ada harapan. Bukan?

Bagaimanapun, kita hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Terkadang ada sisi prustasi, dan ingin berteriak......................

Lalu berpengaruh pada sikap yang sangat tidak menyenangkan di pandang mata. Sudah sepantasnya kita sadar: harus bisa lebih dewasa menyikapi ini...
 
Ruang di sekitar akan nampak panas dan gersang jika kita mengisi pikiran kita dengan bibit api dan kering kesabaran...

Melajulah, hidup ini sebentar. Bersabarlah dan tetap menjadi dirimu.

11 Oktober 2014

GURU SD

Standard
Masih ingat, waktu itu saya kelas enam SD, diminta menulis biodata di sebuah buku harian teman. Cita-cita: saya dengan sangat percaya diri menulis Guru.
Waktu itu yang saya tahu, menjadi guru itu enak, tugasnya mudah... hanya mengajar dan berkumpul dengan kami, istirahat di kantor lalu pulang, jika ada kegiatan sekali-kali melatih kami, ato kalo mau apa-apa tinggal "nyuruh" ke murid, enak banget pokoknya.....

Lalu cita-cita itu mulai goyah waktu SMA, saat teman-teman saya ingin menjadi arsitek, dokter, pengacara, bahkan master IT, atau malah ingin jadi ahli hukum... saya mulai ciut, meskipun ada yang menjadi guru, tapi memilih menjadi guru SD..... tidak banyak.
Guru matematika, fisika, kimia, biologi... bahkan memilih jadi guru sejarah atau bahasa Indonesia dipandnag sebelah, apalagi guru SD... itulah pemikiran waktu SMA..

Waktu itu saya konsul ke seorang guru yang biasa jadi rival diskusi, Pak Ucep guru PPKN, yang tidak segan-segan mengurangi nilai PPKN karena tulisan saya menurutnya berbahaya: saat menulis artikel Malaysia atau Maling sia? waktu ulangan harian kelas 2 SMA.

"Pak, saya harus jadi apa ya, dengan karakter saya ini?"
"Kamu ilay, jadi pengacara saja, atau kalu kamu mau ke pendidikan kamu jadi pengamat saja, atau ke hukum..."

Saya diam seribu bahasa, memang sih keras kepala ini harusnya bermanfaat.
Lalu saat akan mengisi lembar snmptn sempat jari saya akan mengklik UNPAD lalu memilih hukum atau hubungan internasional, atau mengklik UIN Yogyakarta dan memilih Pendidikan Kimia wah pokoknya yang nampak keren di mata saya... Lalu ingatlah kepada orang tua di rumah... T_T.

Beliau meminta saya menjadi bidan atau perawat, atau analis, atau jadi guru SD. Pilihan yang membuat bingung. Di sisi lain menjadi bidan atau perawat membutuhkan pendanaan yang banyak, dan itu harus jadi perhitungan, keluarga kami tidak memiliki cukup uang T_T (jangan sampai untuk sekolah ibu dan bapak harus jual kebun atau sawah, oh No!), jadilah mulai memburu beasiswa, dan mulai memilih pilihan yang "realistis".

Waktu itu saya tetap memilih ingin jadi guru biologi dan memilih PGSD Tasikmalaya sebagai pilihan kedua. bismillah, sliiiiiiiiiiiiing... berkas beasiswa itu terkirim...

Selamat anda di terima di PGSD UPI Tasikmalaya. Tulisan yang harus saya telan pahit, sedang orang tua sangat bahagia. Pilihan ini sangat mengikat, saya tak bisa mundur, karena beasiswa bidikmisi harus diambil. Baiklah, jalani saja, toh takdir tak akan lari kemana...

Menjadi guru SD, adalah cita-cita yang saya tulis saat SD. Begitu yakin saya dapat menjadi seorang guru SD... dan kini saat S1 PGSD hampir saya selesaikan, seorang dosen bertanya kepada saya:
"Eli kamu mau jadi apa? Guru SD, Dosen, penulis, atau pengusaha?"
Dan kepala saya menggeleng lagi... ya Allah....
Mengapa diri ini seolah tiada puas-puasnya?
Mengapa masih tak mau jadi guru SD? Jika dulu saya bercita-cita jadi guru SD karena dianggap mudah, kini rasa berat jadi guru SD adalah karena karakter saya yang begitu sulit... astagfirullah ya Rabb...

Lalu setiap hari saya mencoba menyukai anak kecil, kebetulan kedua kakak saya memiliki si kecil berumur dua tahunan keduanya perempuan. Hana dan Qonita, setiap saya mudik saya gendong keduanya bergantian, saya peluk saya mandikan saya ciumi, saya ajak bermain, saya tidurkan.... dan rasa cinta itu muncul...
tetapi untuk mengajarinya? saya saya saya.....

Lalu setiap ada kesempatan saya baca terus bagaimana memperlakukan anak-anak, bagaimana mereka tumbuh, bagaimana mereka belajar... tapi untuk masuk lemabag formal bernama sekolah, saya saya saya.........

Lalu setiap ada catatan tentang betapa bahagianya belajar dengan anak-anak, saya baca, siapa tahu termotivasi, ya benar saya iri, kok mereka bisa begitu dicintai dan dekat dengan manusia manusia polos itu?
Menjadi Guru SD, bukan pekerjaan mudah, saya belum ahli... lalu seorang kakak berkata: tenang Li, kamu belum PLP jadi ruh nya belum keluar...

Satu-satunya harapan saya ada di PLP, akan kah ruh itu benar-benar hadir? Bagaimana jika saya tak menikmatinya? Bagaimana jika saya malah disibukkan dnegan administrasi yang menjengkelkan?

Seorang trainer berkata pada saya, dulu saya seorang guru, lalu saya berhenti, saya ingin bertanya, tetapi beliau seperti tahu pertanyaan saya...
"Ya, kerana jadi guru mendidik bukan hanya dibatasi oleh sebuah kotak persegi bernama kelas.  Mungkin saya berhenti mendidik 30 anak dikelas, untuk bertemu dengan 3000 anak di seluruh pelosok negeri ini."

Guru SD? Saya masih percaya mereka lah pendulang-pendulang emas, yang akan kaya raya hatinya oleh kebajikan dan pengabdian.
Tapi hati ini, mengapa hati ini sangat "egois"?
Sejujurnya saya orang yang suka berbicara, dan ini modal baik untuk menjadi guru, namun menyadari toh jadi guru itu yang penting bukan hanya "kata-kata" tapi "hati yang menyertai". Jadi faktor suka berbicara ini bukan pertimbangan.

Tapi jujur kok, saya sadar jika kita adalah agen dakwah sebelum jadi apapun, kita adalah guru sebelum jadi apapun. Menjadi guru itu sebuah kepastian, jadi panggilan untuk berbagi itu ada di dada, saya suka sharing apapun, saya suka jadi pendidik, bangga malah....
Jadilah ini cita-cita sekolah yang ingin saya wujudkan... Sekolah Alam... Mewujudkan sekolah alam, itulah cita-citaku kini... berbaur dengan anak-anak yang berjiwa bebas, berpartner dengan manusia-manusia yang tidak terkungkung oleh sistem.. Itulah cita-cita saya, adakah yang mau dukung? Silakan sabotase impian ini, untuk kita wujudkan...

Saat kelas mengurung anak-anak kita, saya ingin alam yang terbentang luas ini jadi kelas anak-anak kami...
Namun, cita-cita biarlah jadi harapan, adakah jiwa ini mulai merasa terpanggil?

Az.

Seminar ESQ di BTH

Standard
Assalamualaikum, jumpa lagi...^^

Saya siap sharing-kan ilmu yang saya dapat tadi pagi-siang, mengikuti training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) di Stikes BTH Tasikmalaya-Cilolohan.
Amazing Spiritual Training (AST).
Oke hidup ini memang seperti dandelion ya, terus bergulir diterbangkan angin, berhenti lalu diterbangkan lagi.

Mengisi hari Sabtu, bukan tanpa agenda, dengan menyengaja datang ke acara tersebut... hendak menambah-nambah pengetahuan, bismillah... noatabene peserta adalah mahasiswa baru, ini (ya aku) hanya diri ini saja tingkat 4 yang bercampur aduk dengan mereka yang masih muda dan segar T_T.

Saat training akan dimulai, terpampang pertanyaan di layar. Siapa Kalian? Siapa kamu?
Aku, tentu dengan gaya sok muda, celingukan dan bertanya pada diri, eh iya siapa aku ini?
Siapa kalian???
Mungkin ada yang menjawab aku mahasiswa UPI, aku peserta seminar, aku pencari ilmu, aku seorang anak, aku hamba Allah, aku.............
tapi saat itu repleks dengan sedikit (agar) berteriak aku berkata: aku seorang penulis (acieeee) jadi malu lulululu... ^^

Untuk apa kalian hadir di sini? Duh ini pertanyaan kedua, memerlukan jawaban yang panjang....... untuk mencari ilmu, untuk menambah teman, dan ada seorang peserta menjawab untuk mencari Ridho Allah, euh subhanallah..........

Apakah kalian mahasiswa? Ini sih, yes!
Apa peran mahasisa itu, pertanyaan berikutnya... dijawab kembali oleh pemateri (Bapak Acep Taufik Ismail):
1. Iron stock
2. Agent of Change
3. Social Control, dan
4. Moral force (gerakan moral).

"pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan"

Lalu pertanyaan berikutnya: Apakah sukses itu? Ada yang menjawab bahagia dunia akhirat, khusnul khotimah, ada yang menjawab sukses adalah apabila dapat membuat ibu bapak bangga dan bahagia, dan ada yang menjawab sukses itu bermanfaat bagi orang lain..........dll.

Nah, untuk sukses ada rumusnya loh,
1. Memiliki tujuan yang jelas
2. Motivasi yang tinggi
3. Keterampilan (skill)
4. Aksi (tindakan nyata).

Sukses adalah mampu mengoptimalkan potensi, potensi menjadi kompetensi, apa saja potensi manusia itu, secara umum:
1. Potensi spiritual
2. Potensi emosional
3. Potensi intelektual
4. Potensi fisik
5. Potensi adversitas (ketahan-malangan)

"Jika kekurangan diibaratkan rem, maka rem bukan untuk menahan gerakan melainkan untuk melecutkan kecepatan, bayangkan jika motor tak ada rem, masih maukah Valentino Rossi tancap gas?"
"Jadi lebih baik sekarang kita berkeringat, susah payah, lelah... daripada nanti di medan perang kita bersimbah darah...."

Potensi yang jarang seklai mendpat perhatian adalah potensi ketahan-malangan. Ada tiga tipe manusia menghadapi ujian dna tantangan:
1. Tipe Quitter, yang kalah sebelum berperang, takut dengan bayangannya sendiri.
2. Tipe Comfert, yang merasa nyaman dnegan hidupnya sampai terlalaikan, terlalu menikmati kehidupan yang indah, akhirnya saat ada tantangan ia jatuh terpuruk.
3.  Tipe climber, penyuka tantangan, ia adalah generasi yang terus mengoptimalkan semua potensinya untuk mendapatkan yang terbaik.

Selepas mendapat materi luar biasa tersebut, kami masuk sesi 2, yapz training spiritual....
Luar biasa, tak mampu berkata-kata, mesti hadir saja di sesi trainingnya, dan rasakan jika cinta Allah mengalir dalam hidup kita, tiada henti ^^
Memutuskan untuk dekat dan terhubung dengan Allah adalah piliha tepat yang anda tak perlu berpikir untuk memilihnya.....

Selepas dari training tersebut ada tekad dalam dada bahwa: bukan hanya sukses dengan memiliki prinsif yang teguh dan sikap yang tegas, melainkan pula sukses dengan memiliki hati yang lembut, sikap yang rendah hati, jiwa yang penyayang,  dan sukma yang tenang.

Apapun yang menjadi tugas amanah atau ujian, lakukan dan jalani semuanya dengan hati!
Jadikan kejujuran sebagai senjata, kesabaran sebagai pertahanan (benteng), dan jadikan syukur sebagai penyembuh (obat). Tetap semangat!

Pelajaran terakhir nih ^^:
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertakwa, orang yang kaya, dan orang yang tidak pamer." (HR. Muslim).
"Bukanlah orang yang kaya itu dengan banyaknya harta, namun orang kaya itu adalah kaya jiwa / hati." (HR. Bukhari).

Az.

9 Oktober 2014

Seminar Sumpah Pemuda di BSI

Standard
Mengapa selalu pertanyaan itu yang keluar...

Detik ini dengan agak jengkel saya meng"close" tab akun facebook dan fokus menulis di laman blog. Jengkel juga lama-lama... loh kenapa?

Sudah hampir dua minggu ini, selalu saja ditanya: teh sudah nikah, semua tentang jodoh. Hiy, malas balas.

Mulai dari orang baru yang invite BBm dan bertanya demikian, lalu tetangga sebelah yang bilang: neng udah punya calon? Kalo belum mau dijodohin sama saudara ibu, orang kaya, 30 tahunan. Aduh, apalagi ini?

Sampai Prof X_X, Gusti: jodoh-jodohin orang membuat saya alergi dengan kata "jodoh".

Hallo, saya masih muda, belum tua sampai harus diingetin buat nikah!

Tapi, oke makasih udah nanya, semoga jadi doa untuk menyegerakan menikah dengan manusia yang tepat (tentunya).

Hari ini (malam ini) saya share tentang pengalaman seminarr di BSI tadi siang.

Seminar apa sih?

Awalnya saya suudzon sama seminar ini, soalnya dijadwal jam 13, nah nah sudah hampir jam 14.00 masih saja promosi kampus BSI.

Tapi tayangannya keren, tidak membuat bosan. Nah sampai tiba-tiba, materi akan dimulai, saya lirik kiri kanan, mana ya pematerinya?

Huaaa, ternyata pemateri luar biasa itu adalah sosok bapak yang mulanya saya komentarin dalam hati: heum keterlaluan ini BSI, operatornya kok bapak-bapak, gak ada lagi apa anak muda?

Ini dia, ternyata sang operator ini adalah PEMATERInya....

Makanya pelajaran 1. Jangan nilai seseorang dari luar.

Ketika seminar akan dimulai sudha terasa aura seminar ini akan keren, pemateri minta perhatian dengan mengsilent hp, menegur peserta, dan mengatakan semata-mata ia lakukan itu karena ingin menyelamatakan kami.... agar tidak korup terhadap uang yang kami keluarkan untuk ikut seninar ini.

Bapak Yulee, begitu panggilan akrab beliau, mulai menghipnotis kami dengan materinya, pasti pada penasaran.

Materi dimulai dengan peringatan bahwa tinggal 2 bulan lagi kita akan terjajah, 2015 AEC (Asean Economy Community) terjadi.

Jika Indonesia 350 tahun di jajah oleh VOC (sebuah perusahaan loh) bukan negara belanda secara keseluruhan. Kini kita harus bersiap di jajah oleh MNC (multi perusahaan, nah nah loh) banyak banget. 

Jika pemuda pada tidur, bagaimana nasib negeri ini?

Katanya kita negara paling luas di asean dgn luas lima juta km persegi, kita juga negara maritim, agraris. Tapi siapakah penghasil keledai terbanyak di dunia? Amerika. Siapa penghasil garam? 

Bahkan untuk kurban idul adha kemarin, kita impor sapi dari Australia....

Lalu lihat perusahaan-perusahaan yang menguasai tanah ini mulai dari sabang sampai merauke, semua asing!!!!

Dimana para pemuda?

Maka begitu hipnotisnya: Beli Indonesia dengan cara:
  1. Membeli produk Indonesia (Bukan karena lebih baik, lebih murah, tapi karena milik bangsa Indonesia).
  2. Membela bangsa Indonesia (Sikap jelas dalam pembelaan, membela martabat bangsa, membela kejayaan bangsa).
  3. Menghidupkan semangat persaudaraan (Aku ada untuk kamu, kamu ada untuk aku, kita ada untuk tolong-menolong).
Dan yang paling berkesan adalah: beliau mengajak semua orang untuk jadi pengusaha, yeah mendirikan C. Company, perusahaan........... 

Selain itu diseminar ini juga dibahas tentang pengembangan diri-sampai ingin jadi apa anda dimasa depan?
Kutipan favorit saya diseminar ini adalah:
"Seburuk apapun masalalu, masadepan kita masih suci...."
"One talent is more than enough to make your success!"

Di sesi-sesi akhir beliau menayangkan sebuah film pendek tentang bahaya narkotika, dan seluruh ruangan gelap karena lampu dimatikan untuk memfokuskan tayangan. Beliau lalu mendekat, tanpa berkata apapun memberikan sebuah buku kepangkuan saya: "Subhanallah, ada apa ini?" dalam hati bertanya, sambil tiada henti istigfar, takut-takut saya jadi takabbur dan lain-lain. Ada alasan disetiap yang terjadi, dan Allah (mungkin) menginginkan saya membaca buku beliau. Ketika smeinar ditutup, panitia membolehkan peserta seminar langsung meminta ttd pemateri. 

Ya sudah sekalian saja saya minta pesan beliau: Lalu dengan sungguh-sungguh beliau menulis (dengan tinta biru) "Change your action and change your life". Selepas menulis itu beliau bertanya, namanya siapa? "Eli" jawab saya datar, malu tidak tentu. Lalu beliau menulis lagi: Special for Eli, Mas Yulee.

Banyak sekali ilmu dari seminar ini, saya bersyukur kepada Allah diberi niat dan kecondongan hati untuk datang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari takdir dan skenario Nya. Insya Allah, aku bisa!

"Hidup ini sekali, jika tidak hari ini, kapan lagi? Jika tidak segera bertindak, mau kapan? Hidup tak boleh seperti benalu, harus malu jika minta melulu."

Pemuda harus bangkit, Allahu Akbar!

Az. (10-10-14, 00:21)

18 September 2014

Kampusku

Standard
Lama tidak menulis di sini, apa kabar dunia?

Baik, karena bingung terlalu banyak agenda yang harus dilakukan, dan tuntutan tugas yang mesti dikerjakan, jadi….  Lebih baik menulis dan mengheningkan diri. Berapa menit waktu yang kupunya untuk menuliskan ini? Berapa lama waktu yang kuperlukan untuk menjadi diriku sendiri dan menostalgiakan diri dengan hal-hal yang kusukai?

Baiklah…. Ayo kita mulai perjalanan ini, jangan berhenti dan banyak mendengarkan semuanya… tolong senyapkan dirimu sesaat dan jadilah diri yang diam, biarkan tangan terus menerus mengetik, dan hati yang merasakan satu persatu kata muncul sebagai sebuah firasat….

Apalagi yang tersisa dari diriku yang bisa kukatakan? Aku telah menjadi demikian terbuka pada semua hal. Tak ada yang tertutupi, tak ada yang tersembunyi, semuanya serba nyata, ketika kumarah, kecewa, bahagia, dan… tertekan. Semua seolah telah terlihat, lalu mengapa harus menulis? Bukankah menulis hanya pelarian mereka yang tak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan?

Baiklah zahraa tengok sebentar sekarang jam berapa? 2: 10, baik kuberi waktu engkau menulis sampai 2:20. Apa yang terjadi padamu hari ini Zahraa? Maafkan aku , jika harus menuliskan ini…

Kampusku, perpustakaanku, adalah tempat favorit. Saat seseorang menegurku karena mengenakan “jaket” ke ruang baca. Ya, aku merunduk dan meminta maaf atas pilihanku, “Neng, pakai baju panjang kan?” begitu tegurnya. Aku mengangguk, dan memohon maaf karena kali ini aku tak bisa melepasnya kerana kerudungku yang tidak strategis untuk diperlihatkan, terlalu pendek dalam ukuranku sehingga bagian punggungku tidak tertutupi sempurna. “Baiklah, esok lagi jangan kenakan jaket ya, pintanya.

Lantas kuberpikir, sejak 3 tahun lalu, aku di sini, baru kali ini mendengar jika pengunjung dilarang berjaket. Mana aturan tertulisnya? Baiklah jika mereka ingin tegas, entah karena alasan apa, tolong buatkan peraturan tertulis untuk perpustakaan ini, apa yang boleh dan tak boleh. Bukankah dengan demikian jauh lebih baik?

Lalu kejadian kedua hari ini yang membuat saya geli dan juga “miris” berada di kampus ini adalah……..

Ketika “jalan dijadikan arena lapangan”….
Saat motor mobil dan berbagai kendaraan lainnya tak bisa lewat, sebab jalan dijadikan tempat balap lari, ini setiap mata kuliah olah raga loh….?

Lucu bukan? Sama sekali tidak profesional “menurut saya”, yah pantas juga jika akreditasi kampus kita masih C, hehe. Padahal dibelakang sana ada lapangan bola basket, kenapa tidak lomba larinya di sana, atau dilapnagan voly. Bukankah itu sudah sesuai tempatnya? Ya… memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin tapi……… tidak sesuai konteks.

Ada hal terakhir yang sungguh membuat saya terganggu sebagai mahasiswa, entah dengan yang lain. Saat memasuki kampus siang hari, melalui gerbang satu-satunya di ujung kiri kampus. Mata saya selalu tertohok pada pemandangan kurang enak: seseorang tiduran di emperan gedung baru dengan tato di lengan. Siapakah ia? Mengapa tiduran di sana? Menggelar tikar….

Mana keamanan, ketertiban, keindahan kampus? Saya sendiri tidak berani untuk menertibkan si “seseorang” itu, karena mereka sendiri adalah penegak K3.

Ah sudahlah kampus ini memang aneh, lihat saja ke depan, mungkin ia bisa lebih baik. Jangan putus harapan untuk melihat kampus ini melesat dan bangkit. Semoga!

26 Juli 2014

Apakah Kau Kesepian?

Standard
Jika kau kesepian, itu bukan salah orang-orang yang ada di sekitarmu, juga bukan salahmu yang memiliki sifat tertutup seperti ini. Lalu ini salah siapa?
Ini hanyalah sebuah perjalanan, dan perjalanan harus disertai dengan belajar. Sudah waktunya kita belajar.

Jika kau merasa tak dicintai, itu bukan salah lingkunganmu. Sesungguhnya hidupmu ditaburi cinta, hanya kau sering tidak merasakannya atau bahkan tidak menggubrisnya, karena cinta yang tulus kadang sering tak terlihat. Di dunia ini banya sekali hal yang harus kita percayai, meski ia tak terlihat rupanya. Untuk alasan inilah orang-orang percaya angin, orang-oarang percaya gravitasi, orang-orang percaya TUHAN. Bukan semata karena angin, garvitasi bahkan Tuhan disebutkan lalu diimani, melainkan..... keberadaannya sungguh dapat dibuktikan. Melalui tanda-tanda alam, melalui kode-kode semesta, lewat sinyal-sinyal yang harus kita tangkap, akal kita yang membacanya dan pikiran kita yang mengolahnya.

Cinta itu selalu ada untukmu, maka terbukalah.........
Lihatlah kode-kodenya, seperti melihat orang tua yang mencintaimu dengan tatapan yang lebih mendalam lagi terasa....

Az.

Catatan Di Malam Hari

Standard
Ada pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. 

Banyak....! Jangan mengeluh,  bisa kok dan akan segera kuselesaikan, dengan sungguh-sungguh. Aku ingin jadi manusia seperti halnya orang lain. Manusia yang berguna, yang tidak patah hanya karena satu kekurangan, aku adalah manusia keras kepala yang ingin memastikan akan melakukan semuanya….. Semua pekerjaan ini, walau tanpa upah.

Kuakui aku bukanlah manusia yang pintar apalagi jenius: yang tertarik pada suatu hal dan lalu hal itu menjadikan aku bisa melihat: akan jadi apa aku dimasa depan. Tidak…..
Aku hanya seorang manusia yang selalu ingin bergerak dan mencari, tak tentu arah dan selalu bosan pada setiap hal yang bersifat rutinitas. Aku selalu ingin sesuatu yang baru.. meskipun.. kadang sesuatu yang telah kualami, sering menjadi kerinduan tersendiri....
Hidupku tak pernah sunyi walaupun sepertinya terisolasi, karena pilihanku, aku menyedikitkan bergaul dengan manusia, dan lebih banyak mengurung diri bersama tumpukan buku dan manusia-manusia yang tak menjelma.
Aku lebih senang berada di dunia maya.

Itulah kekuranganku, aku tak pandai berkomunikasi verbal. Terkadang banyak orang yang mengataiku pelupa, pemalas dan lelet, lalu egois, tidak bertatakrama, tidak sabaran juga serampangan. Tak apa-apa, itu tak akan membuatku semakin lemah, justeru dengan kata itu aku akan belajar lebih giat, lebih respect, lebih sabar, lebih santun, lebih toleran, dan lebih rajin menulis agar tak mudah lupa….
Hidupku kembali, aku ingin menjadi manusia yang bersunguh-sungguh dalam setiap hal. Aku memiliki mimpi, dan mimpi ini sering menjebakku dalam fantasi setiap malam. Bahkan ketiak solat, mimpi itu terasa kurang ajar, karena terus menghantuiiiiikuuuu, aku tak tenang, jika mendiamkannya… harus kuwujudkan…
Dan pikiran ini terasa menggebu, dan bahkan telah keluar dr dunia kenyataan. Aku telah berada di puncak yang sebenarnya tak kuketahui. Aku ingin ada di suatu tempat yang tak pernah kukunjungi….
Ada suatu hal yang benar-benar menjeratku, adalah aku lebih sering terpuruk dengan tekanan perasaanku dan tak hiraukan batinku sendiri. Maka mulai kini, hidup harus ada perjuangan, harus bebas dan merdeka, aku ingin kembali, memfokuskan diriku pada hal-hal yang memang sudah selayaknya mendapat fokusku.
Tak mengapa tindakan ini terasa kecil, namun jika kesungguhan ini telah ada dalam hatiku, maka semuanya seiring waktu, aku akan mencecapnya dengan bahagia.

Sebelum langkah ini dimulai ada masalalu yang harus kubebaskan. 

Aku meminta maaf terutama pada emak dan bapak, eli belum bisa jadi anak yang solehah. Belum bisa memberi kebahagiaan yang seharusnya, belum bisa memberi materi, dan belum bisa jadi kebanggaan dalam sikap, eli masih….. belajar untuk demikian.
Eli juga meminta maaf pada ibu dan bapak, sudah membiayai eli hingga saat ini, kasih sayang tercurah dan maaf yang tak terbatas. Eli belum bisa menjadi harapan ibu dan bapak, eli masih sering plin-plan dan bermain-main, masih seringnya malas dan tak peduli dengan bapak dan ibu. Maafkan eli bu pak…
Eli juga minta maaf kepada teteh dan aa eli, selama jadi adik yang paling bungsu, eli belum berlaku selayaknya adik, sering merasa paling benar dan egois. Sering berteriak dan memperlhatkan sikap yang tidak baik, bahkan…………. Eli berani mengambil sesuatu dari kalian, sesuatu tanpa sepengathuan kalian. Maafkan adikmu ini, belum bisa menjadi apa-apa, belum bisa memberikan kebaikan untuk saudaranya, dan keseringan menyusahkan, minta ini itu….
Lalu eli juga minta maaf kepada semua guru-guru eli, sebagai seorang murid, eli tidak menunjukkan sikap yang layak, karena sikap keras kepala ini menjadi diri merasa harus setata, padahal engkaulah mulia guruku, maafkan eli, maafkan sikap dan perbuatan yang tak sesuai, maafkan kepalsuan dan kelancangan seorang murid ini, mulai saat ini aku akan belajar bagaimana menjadi seorang penuntut ilmu yang benar, yang bersikap hormat padamu…
Lalu kepada sahabat dan masyarakat seluruhnya, eli hanya seorang manusia yang terlalu fokus pada dirinya tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Maafkan, selama ini, slema 21 tahun ini, eli tak pernah memberi kontribusi apapun untuk kalian, sering bersikap acuh dan seolah tak memerlukan dirimu, tapi… itu salah, aku membutuhkanmu…………. Maafkan sikap ini, maafkan ketidakbergunaan ini… maka mulai saat ini pula ajari aku, ajari aku untuk bersungguh-sungguh agar jadi manusia yang guna…

Kini tugas berada di depan mata, kini beban mimpi terus menyakiti selama belum kuambil sebagai tindakan. Bagaimana pun juga kau harus bisa berpikir global, dan bertindak local.
Aku mesti menjadi manusia yang adil, dimana ada saatnya aku memberi keluanganku tidak sekedar untuk mimpiku yang melangit, melainkan pula untuk keluargaku yang meminta diperhatikan… maka sejak saat ini…
Walau aku tidka suka, aku harus bisa bergaul….
Aku harus bisa duduk dan tertawa diantara mereka…
Aku harus bisa membagi waktuku…
Ada tiga hal yang menjadi nasihat dari keluargaku
1.       Pelihara bahasa, bahasa mah da teu meuli, cik atuh ari basa-basa waemah..
2.       Tenaga, karena tenaga bisa dipulihkan, maka selama aku masih kuat aku harus memberi segala apa yang dapat kulakukan denga tenagaku..
3.       Doa, adalah sesuatu yang tersembunyi yang dengannya aku menjadi saksi dari doa-doaku sendiri, aku harus mendoakan kebaikan untuk orang lain….
Oleh sebab itu maka, aku bisa bahagia, aku bisa merasakan nikmat dari cinta TUHAN. Adalah kesungguhan malam ini aku menulis panjang dan berusaha kembali memfokuskan diri untuk bangkit dari mimpi, menjadi manusia yang berguna sebelum ajal menjemputku, dan berusaha memperoleh cinta Allah dalam hidup…
 Aku ingin hidupku tak sekedar hidup…………… aku ingin memberikan sesuatu yang berbeda… untuk umat islam… aku ingin memberikan sesautu…
List yang harus kuselesaikan sebelum Agustus datang….
-membereskan laporan KKN
-membereskan catatan logbook
-membereskan rekap penelitian (SD dadaha dan Gobras)
-membereskan buku kenangan KKN (2 bagian, depan dan belakang)

Ketika semua itu telah selesai, apa yang aku rasakan ?
Tentu saja kau akan merasa bahagia dan lega, lalu mulai bisa fokus menulis untuk lomba-lomba yang sangat ingin kau ikuti. Selepas itu kau pun bisa lagi menulis tentang buku “cinta”, dan kau pun bisa kembal fokus menulis cacatan-catatan yang belum rampung, atau sekedar membaca lagi mimpi-mimpi yang belum terealisasi, aku ingin menjadi seorang penulis.
Jangan omong kosong lagi eli, jangan katakan apapun lagi tentang mimpi.
Lakukan saja sesuatu. Ya apapun itu, lakukan saja. Jangan lagi bicara mimpi sebelum melakukan apa yang seharusnya jadi tugasmu. Tersenyumlah, karena engkau sangat beruntung telah menjadi manusia yang ingin berubah.  Salam sukses dan niatkanlah karena Allah. Manusia meninggal kini meninggalkan data. Perbanyak datamu yang bermanfaat dan melajulah dengan tenang dalam pelukan Tuhan. Kau terhina karena kau yang menghinakannya, maka bangunlah, meskipun kau tetap hina setidaknya kau mau mengakui kehinaanmu dihadapan Tuhan. Tersenyumlah, mari tuntaskan dirimu, dan tetap seperti itu, pelihara keinginanmu untuk terus menerus memberi…………… walau kutahu kau tak punya sesuatu untuk dibagi.

27 Juli 2014
1:09

Az.