19 November 2014

Menulis (lagi)

Standard
Menulis adalah pekerjaan halus, ia terjadi dalam diam, duduk tanpa berkata-kata, hanya berkutat dengan pemikiran, mengheningkan diri dari hiruk pikuk, lalu mendamaikan diri dalam hati yang tenang… 

Tulisan memang kadang jadi perwakilan atas ketidak hadiran seseorang, bahkan lebih jauh ia jadi wakil atas kata yang sebenarnya ada dalam hati, walau tak tergoreskan pena. Tulisan pun jadi cermin bagaimana isi hati dan emosi seseorang saat menulisnya.

Sejujurnya aku tak tahu sejak kapan aku mulai suka menulis, tapi akhir-akhir ini, tulisanku terhenti pada satu topic bernama “daun subuh dan gerimis”, sebuah novel yang harus kurampung kan di sisa tahun.

Aku berhenti, benar-benar berhenti dan terkadang ingin membuang file bernama itu. Namun, aku melihat tujuan menulisku? Akankah kandas hanya karena topic yang kutulis terlalu sensitive? Tidak, tujuan menulis ku bukan karena sesuatu.

Maka sejak kini, setelah semuanya (baik-baik-buruk-buruk) telah ku sesapi, aku mulai menata diri, untuk fokus 100% pada tujuanku pada awalnya sebagai penulis.

Aku ingin menjadi seorang penulis, bukan yang terus menerus dikungkung oleh berbagai arahan membingungkan, aku ingin menentukan arahku, biarkan aku jadi navigator atas tujuan hidupku, aku ingin menulis tanpa henti tanpa terhenti, dan membaca sebanyak aku bisa membaca.

Jadi…. Biarkan waktu memacuku dan bertanya: akankah janjimu tertepati?
Sebuah novel yang lahir dari kesusah payahan hidupku… menentang hantu bernama malas dan tidak fokus.

Lalu, Tuhan sertailah diriku, dan ampuni kebodohanku, kelemahanku, jadikanlah semuanya berkah dan indah tepat pada saatnya semua telah siap. Insya Allah 2015, bisa terwujud impian itu, menjadi pemateri untuk buku-buku yang tercipta di tahun ini. Basmallah.

"Bermimpi besar, bertindak besar, berkeyakinan kuat, dan bekerja penuh cinta." Semangat sayang.... :)

0 komentar:

Posting Komentar