5 Desember 2012

Si Merah: My Notebook

Standard

Alhamdulillah nikmat Tuhan yang agung, tepatnya hari jumat tanggal 24 Agustus 2012, sebuah note book cantik berwarna merah resmi jadi sahabat baruku. Proses pembelian yang membuatku sungguh merasa mang-mang, uang didompetku hanya sekitar 3,07 juta, dan harga si merah ini….? Aku harus memberi mahar 3,049 juta.
Awalnya aku akan membiarkan si merah ini merana, namun dengan bersungguh-sungguh, teman hatiku sang calon mantan memberikan kekuatan agar aku memilih si merah ini. Ahhh sudahlah dan tanpa OS notebook merah ini  resmi ku bawa pulang.
Aku telah sepakat  memberikan mu sebuah nama. Nama ini akan menjadi panggilan untukmu duhai sahabat yang akan jadi saksi perjalanan hidupku. Apa ya nama yang pantas untuk mu? Ya betul sekali aku menamaimu Si Merah. Kamu tahu mengapa merah? Karena aku ingin jiwa ini bergelora seperti halnya kobaran api yang menyalak setiap risuh kehidupan. Lagi pula engkau berwarna merah. Mulai saat ini bantu aku ya, bantu aku untuk terus menulis. Aku tahu tulisanku biasa saja itu karena kita masih sama-sama belajar dan saling memahami.
Hari itu tepatnya tanggal 27 Agustus, aku meng-instal sahabatku yang cantik ini. Harga yang sangat cantik pula, 100 ribu dari dompet kumalku melayang. Alhasil sampai hari ini tgl 2 september aku hanya memiliki uang 10 ribu. Itu semua demi kamu notebook merahku.
Tak mengapa jika untukmu, aku ingin yang terbaik untuk si merah, karena aku selalu menggunakannya siang malam. Ia bagai pengganti sahabatku keluargaku yang nun jauh disana. Ah si merah…..si merah…kau begitu cantik.
Karena Si Merah ini tepat tanggal 04 Desember, cerpenku untuk kali pertamanya dimuat… Horee.. thanks ya, mungkin jika gak ada kamu aku tidak bisa menuliskan hari-hariku dan di share disini. Hohommhh rasanya seneng banget, aku akan jaga kamu!
Aku tahu meskipun sekarang usiamu sudah empat bulan, dan sudah layak minta diselamatkan hahamh kaya bayi saja. Tapi kamu tak pernah meminta itu. Tak pernah merajuk. Meski semalaman aku menggunakanmu untuk menghandle semua pekerjaanku, tak mengenal waktu, pagi-pagi, siang, sore malam. Ketika aku galau, dia menyemangati dengan suara merdunya lewat media winamp-nya. Ahhh Dia Luar Biasa….!!!

1 Desember 2012

Someone Like You

Standard
I heard
That your dreams came true.
Guess she gave you things
I didn't give to you

Old friend
Why are you so shy?
Ain't like you to hold back
Or hide from the light

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over

Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead,
Yeah.

 
Yes!! Right!!
Saya tahu, anda semua sudah kenal itu lirik lagu apa?  Someone Like You by Adelle. jika melihat liriknya yang sendu itu bukan bagian saya untuk mengupasnya. sudah barang tentu semuanya pada tahu, lagu ini berkisah tentang seseorang yang ditinggal menikah oleh sang pujaan hatinya. 

yang paling menarik untuk saya cermati disini adalah bahwa keikhlasan untuk melepaskan seseorang, siapapun itu, mungkin seseorang yang telah meninggalkan kita selama-lamanya adalah hal yang paling mujarab dilakukan agar hati menjadi tenang. 

semua orang akan meiliki masalalu, baik indah maupun buruk. masalahnya apakah kita selalu menjadikan masalalu itu halangan? apakah kita menjadikan masalalau itu beban? atau malah mungkin terus menerus menyesali masalalu dan berharap bisa kembali kemasalalu itu dan akan memperbaiki sikap kita pada masa itu. yups, andai kita punya doraemon yang punya alat menghentikan / memutar kembali waktu its Oke. nah buktinya sekarang kita hidup tidak dalam kartun di TV itu. Real, kehidupan nyata. Kita akan sangat merasa jauh dengan masalalu itu.... sangat jauhhh karena mustahil mengulang kembali detik yang telah terlewat.

Imam Al-Gozali pernah ditanya, hal apakah yang paling jauh? Beliau menjawab Masa lalu, karena satu detik berlalu itu takan bisa diulang, dia jadi masalalu yang menjauh selam-lamanya. So, apa yang mesti kita kerjakan? sudah ikhlaskan saja semua masalalu. baik kehilangan seseorang, orang tua, sahabat, kenangan menyebalkan, dsb..... jadikan semua itu cermin untuk tindakan kita selanjutnya. itulah alasan mengapa sejarah perlu dipelajari, agar kita tahu hal yang harus dibenahi, kita tahu hal yang harus dilakukan.. kunci kemenangan, dan lubang kelemahan. bangun, seka air mata, singsingkan lengan, berazam, maafkan diri sendiri, ikhlaskan semua hal yang telah menimpa kita dan mulai teriakan, Masa Depan I'am Coming!!!!

sesunggunya setiap perkara itu baik, sesunggunya setiap perkara itu indah. Allah menjajikan kemenangan setelah kekalahan, Allah menjajikan kemudahan sesudah kesulitan. Lakukan yang terbaik hari ini. 

Ikhlas seperti lagunya Adelle.... Good bye masalalu, a mirror of life. @Annisa Zahraa

23 September 2012

Sang Penuntut

Standard
Ini bukan tentang sang pemimpi yang diceritakan penulis terkenal Andrea Hirata, NAMUN TENTANG SEORANG ANAK KULIAHAN YANG HENDAK MENULIS BUKU. mungkin kedengarannya hanya sebuah kisah picisan, seorang remaja yang mengaku suka menulis tapi tidak konsisten untuk menulis setiap hari.

Dia merasa ini tuntutan karena niat yang tersembunyinya tak mampu dijernihkan. apabila hanya untuk sebuah popularitas ini hanya sia-sia, tujuan menulis harusnya semakin baik, semakin ikhlas, dan kata-kata itu akan jadi jujur dengan pahala. ah rasanya ini sebuah kesesuaian alam, antara niat dan tindakan. jika niatnya masih kurang, maka tindakan semakin kendor. benahi niat, ini adalah hal pertama yang harus mendapat perhatian penuh.

Namun SANG ANAK KULIAHAN itu terlalu terlena dengan kegiatan berbual bual, ia begitu sensitif dengan masalah sehari-hari, namun untuk menuliskan satu huruppun ia enggan. ah ternyata dia menuliskan nya hanya lewat hati yang pincang karena ketak jujuran.

sudahlah, ia memang sedang bermimpi dan berat untuk bangun mewujudkan. hummmmhhhh namun ada harapan, masih ada harapan :)

hei anak kuliah, bangun lah pahami dirimu,, dan mulailah menulis dengan jujur, ini bukan tuntutan, ini kesenangan! itu saja.

29 Juli 2012

Juli Bercerita

Standard
Kekosongan di bulan Juli, memaksa ku menulis. Entah bagus atau tidak hasilnya, never mind! itu bukan tanggung jawabku untuk mengatakan. Hitam-Putih said that: tanggung jawab kita adalah berusaha. Agree!! Ya ya berusaha.

Tanpa sengaja ketika sedang membereskan rumah. Aku menemukan sebuah buku. Buku warna merah jambu. Harusnya buku ini memiliki kunci, tapi rusak. Dengan rasa penasaran tinggi aku membukanya. Hiiiiip... ini kan diary aku. Oh sembarangan sekali aku menyimpannya. Diary jaman SMP dulu^^.
Halaman pertama:
Nama : Eli Nurlela Andriani
Kelas : VIII A
SMP : Y 17 Cibalong
Hobby : Membaca
Sahabat : Dewi, Sherly, Susan
Pesan : jangan lupakan aku ya!
Halaman kedua: identitas sahabatku^^
Halaman ketiga: catatan-catatan ketika akan ulangan. hee.. ternyata aku dulu sering menulis loh kalo besoknya mau ulangan. like this!!!
Oh Tuhan besok hamba akan ulangan geografi, mudahkan ya Allah, karena hamba ini sangat lemah dalam mengingat. mudah-mudahan dapat nilai 100 ya Allah. aamiin.

Humhhh, aku menarik napas panjang... kebiasaan berceloteh dengan Tuhan sebelum ujian kini hanya tinggal tulisan, aku kini sangat jauh berbeda, aku hanya sibuk dengan buku-buku yang bertumpuk tanpa sempat menulis dan bercerita dengan pemilik kemudahan itu. Arggggh.... rupanya eli kecil lebih paham jika ilmu itu semua milik Allah.  jadi kita minta ilmunya sama Allah. Argghhh... maafkan eli besar ya eli kecil? (iya, kata eli kecil tersenyum).
Kebiasaan mulia ini terlupakan karena sebuah kesombongan ku "time is study", padahal coba 10 menit saja untuk merenung sebelum aksi time is study dengan mengadukan segala-galanya kepada Allah (meskipun Allah tentunya udah tahu). Meminta kemudahan, meminta perlindungan, dan memohon kelancaran serta hati yang tenang. pasti kan belajarnya lebih enjoy, tul gak? ahaaaa..... yuk ah mulai sekarang bagi yang terlupa seperti ku untuk mulai melakukan kebiasaan ini lagi.

Halaman selanjutnya dan banyak halaman-halaman lainnya adalah kisah hidupku masa itu. tentang sekolahku, tentang sahabatku, dan tentang hatiku yang lagi menyukai sesuatu (Ahahahaha) ya aampun baca bagian ini bikin malu dan tersenyum.

Setidaknya waktu itu aku masih jujur dengn hatiku, menulis apa adanya. meluncur saja, kadang emosi: kadang senang, kadang sedih. tanpa embel-embel takut ada yang baca. benar-benar FREE!

Kini kehadiran rasa tulus dan apa adanya dalam menulis itu, sulit ! apalagi melibatkan hati dan ketulusan kejujuran. rasanya dunia tidak aman untuk ku bagi cerita. Heummmh, mungkin perasaan itu terlalu berlebihan. faktanya aku mulai menulis dan punya buku diary lagi, setelah ikut seminar di UNSIL abt Hypnolis (hypnotis Menulis). pemateri said: menulis dengan pensil/pulpen dan dengan tekun menuangkan ide di sebuah kertas jauh sangat sehat dibanding menulis di laptop. ahahah, apalagi HP yaaa? dan itu bikin kita cantik alami. waduhhh? analisis dong cari fakta nih hubungan cantik dengan menulis. hihihi

Inti tulisan yang ngeyayay ini ada dua nih sahabat: "Berharaplah hanya kepada Allah, adukan masalah kita, rasa takut dan sulit. Jngan abaikan Sang maha Pemberi kebahagiaan dan kesuksesan. Ayoo kita dekati...^^
 Jujur ya Allah, terimakasih IP hamba baik-baik, tapi kalo bisa semester 2 ini bisa lebih baik dari semester 1 ya Allah, pleaseee hehehehe..

inti yang kedua ya jelas, ayooo menulis diary lagi. meskipun udah kuno kali ya, soalnya kan udah ada laptop, nb, dan seperangkat alat canggih lainnya. tapi menulis diary jauh lebih mengajarkan kita banyak hal, kesabaran menulis, hemat energi ga perlu di charge (hahaaMH), terus tulisan jadi bagus (hihihi), kalo kita serius nulis itu diary bisa jadi novel kehidupan kita (kaya OKi Setiana Dewi, tuh bukunya aseli inspirasi her diary, keren kan?), bisa dibawa kmana-mana, dan banyak lagi deh.

Salam semangat, terimakasih telah membaca tulisan ini. alangkah baik lagi jika berkenan komentar. hee..
Writting is Everything.... SmankA.



12 Juni 2012

Bisikan di Dini Hari

Standard

          Bapak, terlalu lelah aku menyusuri jalan ini tanpamu, bisik batin menghiba. Ternyata kau lebih dekat dari angin. Kekuatan itu merayap dipenghujung malam yang enggan berdamai dengan rasa letih dan kantuk.
***
Lima tahun yang lalu tepatnya ketika aku merasa bahagia karena bapak dinyatakan sembuh dari sakitnya. Stroke yang telah lama dideritanya berangsur-angsur pulih, perawatan dan pengobatan yang benar-benar intensif. Padahal aku masih teringat saat pertama Dokter Radian menyatakan bapak mengalami stroke Januari kala itu, kemungkinan oleh dua faktor yang menyebabkan bapak stroke yang pertama karena usia bapak yang mulai menginjak 57 tahun menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit, atau karena pola makan bapak yang sembrono tidak mengiraukan kandungan kadar kolesterol, sehingga terjadi penyumbatan aliran darah yang menuju ke otak.
“...dan bapak mu mengalami stroke jenis iskemik, hal ini terjadi karena aliran darah ke otak terhenti akibat penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah, penyebabnya adalah mungkin bapak mu  pola makannya  tidak dijaga, mulai sekarang hindari makan makanan yang banyak mengandung kolesterol, semua jenis makan yang mengandung lemak hentikan, sejenis daging-dagingan dan telur,” jelasnya panjang lebar.
Bapak, mengalami stroke setelah satu tahun sepeninggalan ibu, wanita itu menghilang begitu saja. Muak sungguh jika aku mengingat dia lagi, pekerjaannya memerintah bapak layaknya seorang putri raja pada sahaya, namun bapak selalu tabah dan tersenyum, sungguh aneh. Hingga umurku  15 tahun, tak pernah sekalipun aku diperlakukan  seperti anaknya, nasibku lebih malang dibanding bapak, dia membuat peraturan kapan aku harus bangun tidur, kapan aku harus makan, dan parahnya lagi tidak ada jadwal bermain atau menonton tivi sekalipun, aku harus rodi dipasar itu. Wanita itu menghilang ghaib disuatu pagi tanpa meninggalkan jejak. Raib dalam bayangan malam yang pekat.
Kesembuhan bapak seperti emas permata yang sangat langka bagiku. Kesembuhan bapak seperti sebongkah kehidupan, cahaya yang menyala disaat mulai redup. Bagaimana tidak selama tiga tahun terakhir ini aku hidup dalam bungkam di rumah sebesar keraton ini. Sudah lama tidak ada kata yang mampu bapak ucapkan, hanya bulir-bulir air mata yang sejuk terkadang menggenang di kelopak matanya yang keriput. Oh mungkinkah bapak kecewa dengan perlakuanku saat ini, terkadang orang tua lebih sensitif saat ia sakit. Terkadang aku kebingungan saat bapak sendu tanpa alasan. Terpikirkah bapak tentang ibu?
Semua semakin terasa dekat, saat bapak mulai bisa berkata lagi, “Vira..Elvira..”, aku terlonjak karena ini adalah kata pertama bapak setelah bungkam tiga tahun, “Elvira kamu sudah besar...”, ya bapak benar sejak itu aku beranjak dewasa kematangan ku menginjak 18 tahun, bapak anak mu ini sudah besar tapi baktiku pada mu teramat sedikit, batinku terus berceloteh mengharu biru tak tentu. Aku merasa bahagia, bapakku sembuh, kedekatan kami terasa sekali saat bapak mulai belajar berjalan, belajar makan sendiri, belajar menulis pesanan dan belajar menyisir rambutnya sendiri ketika selesai ku mandikan.
Ngger1, janten anak soleha, asih pada kematian, ajrih pada Gusti Pangeran2, matur nuwun sudah ngurusi bapak selama ini, kamu anak soleha ngger”, bapak berkata dengan kata-katanya yang terbata-bata. Aku hanya terdiam dalam tangis yang tak bisa kutahan. Bapak adalah pria tegar, selama hidup dengan ibu dia rela menjadi kepanjangan telunjuk ibu, ya bapak hanyalah seorang penjual sayuran di pasar dan ibu adalah nyonya besar di rumah ini, dahulu. Bapak yang tetap tersenyum saat ibu membentaknya, bapak yang tegar menanti saat ibu pulang larut malam. Sungguh bapak ini bapak terhebat.
***
            “Bapak... bapak!” teriakku terisak-isak. Lunglai sudah, usahaku mencari bapak nihil. Tidak ada tanda-tanda bapak di dalam rumah, keadaan rumah yang besar membuatku cukup kerepotan mencari-cari. Padahal bapak baru mulai bisa berjalan, dan itupun masih dengan menggunakan tongkat, tapi kemana ia pergi. Mungkinkah di lantai atas? Tidak mungkin karena bapak belum terbiasa lagi menaiki tangga. “Bapak... bapak!” kembali aku berteriak sekuat mungkin. Oh mungkin bapak berjalan-jalan keluar berkunjung pada tetangga, sudah lama sekali bapak tidak keluar, mungkin bapak rindu pada Bi Enah langganan sayurnya di pasar, atau ke Mang Ano yang sering membawa kelapa pesanan bapak.
Rumah kami adalah paling besar di kampung ini, agak berjauhan dengan tetangga, kalau berjalan bisa mencapai lima menitan karena harus melewati dulu kebun jagung dan huma. Rumah ini didesain megah entah oleh siapa, diatas bukit. Sehingga apabila kami hendak ke tetangga harus berjalan menurun dengan pemandangan yang elok. Dan apabila Mang Ano memenuhi pesanan bapak, dia harus rela berjalan bongkok karena jalan yang menanjak. Tapi ditepi jalan itu kami dihibur pemandangan yang indah, diantara jagung dan huma itu nampak sembulan rupa dan warna bunga yang menebar aroma khas, menggoda kupu-kupu singgah dan mata enggan beralih pandang. Pemandangan yang khas disajikan, berundak-undak kebun jagung hijau siap panen, sangat rapi dan teratur. Dipadu dengan lenggang padi yang mulai menguning amat serasi. Tapi terik matahari dan perasaan yang membara karena khawatir yang teramat sangat ini membuatku melupakan nyanyian alam itu. Aku berburu waktu, bapakku dimana? Bapak harus tahu aku telah lulus hari ini.
SMA Bukit Indah hari ini membagikan kelulusan, tentu saja seharusnya bapak hadir dan bertepuk tangan diantara kursi-kursi yang berjejer didepan itu. Bapak harus bangga karena anaknya berhasil lulus dengan nilai terbaik. Namun bapakku belum sembuh benar, ia harus banyak beristirahat. Terpaksa kelulusan ini aku sendiri yang menerimanya. Tak kuasa rasanya ingin sampai di rumah, sepanjang perjalanan aku berlari dan bernyanyi meskipun jalan yang kutempuh sangat jauh dan menanjak melelahkan. Namun setibanya dirumah bapakku pun raib seperti halnya ibu. Jika ibu hilang dipagi hari, mengapa bapakku pun harus menghilang di siang hari begini.
Adzan duhur terdengar sayup saat aku ketuk rumah Bi Enah.
“Tok..tok..tok.. Bibi lihat bapak turun ga hari ini?” tanyaku memberondong Bi Enah yang belum sempat merapikan kerudungnya. “Engg... enggak neng, tidak terlihat dari tadi juga bapak neng turun. Padahal hari ini Bibi nggk kemana-mana kok;” jawab Bi Enah penuh kekagetan. Aku lunglai, jika Bi Enah mengatakan ia tidak melihat bapak itu artinya bapak tidak turun bukit, karena satu-satunya rumah yang dekat ya ini rumah Bi Enah, adapun rumah Mang Ano kami harus berjalan lebih curam lagi untuk sampai disana. Dan artinya bapak tidak mungkin ke rumah Mang Ano, karena untuk kerumah Mang Ano itu artinya bapak harus melewati rumah Bi Enah, dan Bi Enah tidak melihatnya. “Bibi benar tidak melihatnya? Mungkin bibi tadi sempat kemana?” tanyaku penasaran. “Tidak neng, tadi bibi jemur jagung di depan sini, nggk kemana-mana lagi kok, memangnya bapak neng kenapa?”
Aku terduduk lemas, bapakku kemana ya Allah bisikku sangat khawatir. “Gak tau bi, padahal tadi pagi bapak nggk kemana-mana, malah bapak minta pesanan jagung bakar”, kenangku mengingat tadi pagi bapak sangat ingin sekali aku membakar jagung muda untuknya, dan ini sangat aneh karena bapak dari dulu tidak suka jagung.
“Ya mungkin bapak di huma neng...” saran Bi Enah.
Aku segera berpamitan dan kembali kebukit, rumahku nun di puncak sana. Bapakku dimanakah engkau? Napasku terengah-engah, lari bolak balik menuruni dan menaiki bukit mengingatkan aku pada Siti Hajar yang mencari air untuk anaknya Nabi Ismail As. Tapi sekarang aku lari bolak-balik mencari bapakku ke huma-huma yang rimbun jagung dan padi. Nihil tak ada petunjuk.
Lemas dan haus, aku putuskan kembali kerumah. Air wudhu jernih dialirkan dari bukit diatas bukit menyapu wajah yang kemerahan tertimpa terik matahari. Segar dan sejuk. Aku terlambat, duhur telah berlalu sejak satu jam tadi. Ya Allah aku malah melupakan Mu. Mengapa tidak aku adukan semua ini pada mu sejak tadi? Ku reguk dua genggam air jernih ini, tak kuasa menahan haus. Kemudian kusempurnakan wudhu dengan doa yang terimpas angin sepoi.
“Allahu Akbar..” rintihku dalam kamar yang sepi dan tenang. Ku lantunkan doa-doa, merayu Nya dalam ketakutan dan kemeranaanku. Dalam sujud terakhir ku titip salam semoga Allah mengampuni dosaku, bapakku dan ibukku. “Ya Allah perkenankan lah aku mati dalam khusnul khotimah.....”
Alhamdulillah hati terasa lebih tenang jika telah mengadu kepada pemilik musibah dan barakah. Namun kemudian “brukk” dilantai atas terdengar suara aneh keras sekali, seperti sebuah benda besar yang terjatuh. Dengan tergopoh-gopoh aku berlari kelantai atas, siap tahu itu memang bapak.
“Bapak....” teriakku lemah dan sejenak tak ingat apa-apa lagi.
Bapak mengakhiri hidup dengan seutas tali pada lehernya. Ya Rabb tangisan batinku tak kuasa menahan perih, ampuni dosa-dosa bapakku.
***
            Seorang wanita itu terkapar dengan darah merah yang mengucur, hampir-hampir ususnya keluar karena tikaman itu sangat jauh melukai perutnya yang tengah hamil, tapi sangat amat lebih jauh melukai hatinya. Pada detik-detik terakhirnya, ia mengingat dan hendak mengulang kembali rekaman hidup yang telah ia lakoni. Masa kecilnya sebagai putri seorang juragan, menikah dengan seorang laki-laki berwajah jelek pendek hitam dan pesek, karena perjodohan orang tua. Dari perjodohan bodoh itu ia melahirkan seorang putra dan putri yang amat dia benci, kemudian karena tak tahan hidup dalam kepura-puraan mencintai, akhirnya selingkuh dengan mantan kekasih yang dulunya adalah pembantu di rumah orang tuanya, lelaki tampan dan polos. Suaminya pergi mengalah dengan membawa serta putranya. Namun kemudian tak puas pula dengan suami yang hanya tampan, karena ia tidak becus berusaha, ia hanya penjual sayuran, cihhhhh menyebalkan. Keputusan terakhirnya adalah menemui seseorang yang sering mengirim emas permata selama ini, seorang pria kaya yang tak tanggung-tanggung dalam masalah harta, selingkuhan berikutnya. Namun kini ia si durjana hanyalah penghancur semuanya, putrinya yang telah empat tahun tak bertemu sang ibu, habis disikat pula dengan tidak menggunakan nurani. Oh aku salah,  suamiku yang tampan pun mati di tangan si durjana ini, karena aku sering menangis dengan menyebutnya. Dan kini putriku, selama ini aku tak pernah membuat dia merasa seperti putriku yang sesunguhnya, tapi aku tak kuasa jika harus menyaksikan ia mengerang perih dalam bayang-bayang kebejatan penebar-penebar nafsu. Maafkan aku anakku.
***
            Linangan air mataku terhapus dia yang datang seperti angin, seseorang yang mengamitku pada rumah besar seperti istana. Ia menangisi keadaanku (mereka diluar sana bilang aku gila). Ia bapakku begitu ceritanya mengalir, mengusap air mataku dan menyuapiku kue yang telah ia lunakkan. Dia menggenggam tanganku yang dia sebut adalah, “Kau anakku sudah besar nak? Kalung ini masih juga kau pakai padahal kau sudah besar, masih muat nak? Badan mu kurus.”
            Aku berdiri didepan cermin besar ini mengingat masa yang tak pernah aku mengerti. Mengapa waktu berjalan lambat. Dia yang memaksaku untuk memanggilnya bapak, terburu-buru masuk ke ruangan ini yang dia sebut adalah kamarku dan tersenyum, kemudian dia membisikkan ku sesuatu “Aku bapakmu Elvira kecilku sayang.” Aku terdiam karena ini adalah kata yang paling sering aku dengar. Dia menutupi kepalaku dengan kerudung hijau, menggantikan bajuku dengan baju kurung panjang kemudian membawaku keluar ruangan.
            Ruangan beraroma obat, putih dan bersih. “Radian, bisakah kamu mengecek kesehatan Elvira, dia teramat kurus.” Aku terkejut mendapati dokter itu pun terkejut. Siapa dia tanya hatiku? Orang yang memaksakku memanggilnya bapak mengatakan Radian adalah kakakku.
***
            Ya Allah anakku telah besar, terimakasih ya Allah karena Engkau telah kumpulkan kami dalam lindungan Mu Yang Maha Luhur. Radian, Elvira, Rabbi habli minassolihin. Aamiin. (Bisiknya dini hari itu).

2 Mei 2012

Tuhan Tahu yang Terbaik Untuk Mu!

Standard
Setiap jiwa dibekali bakat dan karakter yang bebeda, karena hakikatnya manusia itu unik. Namun sedikit yang sadar dengan keunikannya itu, orang lebih cenderung selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, seperti orang yang berwajah biasa-biasa membandingkan wajahnya dengan artis korea yang putih dan cantik, dia melakukan segala cara agar wajahnya bisa sedikit mendekati. Sahabat, sadarkah kita? Terkadang ada rasa iri menyelinap dalam hati ketika kita melihat sekeliling kita banyak yang lebih beruntung, seperti ada orang yang berkata “ orang itu udah cantik bersih ramah soleha pinter, kaya lagi! Beda dengan aku udah item, jelek, hidup lagi.” Masya Allah, sahabat hati-hati dengan kata-kata itu. Jika sseorang tidak suka dengan keadaan dirinya sendiri berarti telah menghina Tuhan dong? Maha Pencipta yang lebih tahu apa yang terbaik untuk mu.
Seperti kata pepatah, rumput tetangga selalu kelihatan hijau. Padahal itu belum tentu, cantik buat kamu mungkin malah jadi derita, kaya jadi mudarat, putih jadi musibah, atau kepintaran jadi ketakutan. Dan untuk hal itu hanya Allah yang tahu, kita tidak usah menebak-nebak untung rugi apabila kita ditakdirkan seperti itu, tapi tetaplah berbaik sangka pada Nya, karena seperti firman Allah “Aku berada pada prasangka hambaku.” Tetap berhusnudhon apapun yang kita miliki saat ini adalah yang Allah percayakan pada kita, terbaik dan terindah yang tidak Allah berikan kepada selain kamu.
Perhatikanlah apa yang telah Allah berikan untukmu, banyak sekali bukan? Bahkan kalkulator tercanggih sekalipun tak tahu betapa banyak limpah curahan Allah kepada seluruh umat ini. Lalu bandingkan dengan brapa dan apa yang telah engkau lakukan untk Allah? Jika belum, ayo kita menjabat tangan ini dan memulai semuanya dengan ceria dan cemerlang!!!!
Ya Allah tunjukilah kami untuk senantisa bersyukur atas nikmat Mu ini, aamiin. Tetap semangat! Semangat tak pernah padam saat apapun, selalu optimis dalam kehidupan, sesakit apapun yang kau temui dibumi ini, ingatlah bahwa Allagh maha memgawasi dan tahu apa yang terbaik untuk kita. Semangat! (Annisa Zahraa)

30 April 2012

Perkembangan Peserta Didik (30042012) Drs. Sumardi, M.Pd.

Standard

Alhamdulilah hari ini tanggal 30 April 2012, tepat penghujung hari di bulan April. Pukul 09:45 Mr. Sumardi masuk dan memulai perkuliahan dengan salam, dilanjutkan dengan menjelaskan perkembangan karakteristik anak. Mulai dari perkembangan dan pertumbuhan hingga tugas perkembangan. Beliau menjelaskan bahwa anak itu unik, tidak ada individu di dunia ini yang sama, sekalipun kembar, termasuk sidik jari. Itulah salah satu kebesaran Yang Maha Pencipta, tambahnya.
Seseorang dalam perkembangannya tidak sama, begitu juga dengan kemampuan seseorang hal ini berhubungan dengan kemauan dan motivasi serta kepribadian.  Kepribadian itu dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam teori perkembangan bahwa perkembangan dipengaruhi 3 faktor, keluarga sekolah dan masyarakat. Dalam kata umum dipengaruhi oleh hereditas, behavioris dan konvergen.
Masalah anak jadi liar akibat kurang pedulinya orang tua, begitu pendapatnya. Meskipun dalam akhir percakapan beliau menyatakan tidak 100% menyalahkan orang tua juga. Bapak saya sering menyimak perkataan otang tua saya, tentang serba salahnya sikap mereka, dikatakan liar akibat kurang perhatian, orang tua perhatian berlebih anak jadi liar juga. So, what they do? Menurut saya kasih sayang harus lah sesuai tidak kurang dan tidak berlebih. Allah SWT. pun tidak menyukai hal yang berlebih-lebihan (isrof)^^..(-penulis).
Kesenjangan yang dirasakan anak akan menumbuhkan rasa tidak betah anak di dalam rumah, hal ini disebakan oleh komunikasi antar keluarga yang terputus. Anak adalah amanah, perlakukan ia dengan kasih sayang dan rasa peduli yang tinggi. Anak yang nakal hal ini disebabkan mereka ingin diakui eksistensinya sebagai anak, sehingga melakukan hal-hal yang akan mendapat perhatian orang tua. Seorang anak yang sering diperhatikan akan membentuk konsef diri yang baik dan bertanggung jawab terhadap orang tuanya, ini adalah akibat dari konsep didik orang tua kepada anak yang sesuai.
Robert Maltus mengatakan bahwa setiap tahun kelahiran anak semakin meningkat. Indonesia sedikit berguyon bahwa “banyak itu banyak rejeki” itu benar loh...^^..(-penulis).
Konsep-konsep diri yang diberikan pada anak harus didukung dengan perbuatan teladan. Hasil pendidikan dalam keluarga dan sekolah akan diimplementasikan dalam pergaulan masyarakat. Hal ini menentukan apakah inidvidu itu diterima atau ditolak keberadaannya dalam masyarakat, bagaimana cara individu tersebut beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Biarkanlah anak berkembang secara alami. Apabila terjadi anak yang dewasa sebelum waktunya, hal ini disebabkan oleh media teknologi dan lingkungan sekitar. (Annisa Zahra)

17 April 2012

Saat Semua Semu

Standard
Minggu malam, tanpa sengaja lewat jejaring sosial facebook aku ketikan sebuah nama, sahabat lama yang lama tak jumpa sejak perpisahan itu. Sejak kami memutuskan berpisah dan berjuang dengan impian masing-masing, saat saling berangkulan dan melepas air mata kepercayaan bahwa suatu saat kami akan berkumpul dengan penuh keharuan. Sahabat yang pertama-tama mengenalkan ku pada arti Tuhan dalam hidupku, sahabatku yang sering sms hanya untuk mengingatkan jika aku terlambat solat isya. Dulu saat kami masih berseragam abu, ketika aku menangis, dia bertanya mengapa? ketika dalam hidup yang ku lalui sendiri ia tersenyum dan menyodorkan ku Taj Mahal, mengenalkanku pada sosok Isa da Azzura. Sejak itu kedekatan  terjalin, saat ia sering bergumam sendiri dan aku mulai mencuri dengar. Ia terpejam dengan ayat-ayatnya. Selesai ia bergumam, kemudian tersenyum dan mengajakku pun untuk seperti ia. aku mulai melapalkan pula, mulai dari ayat yang pernah kuhapal, hingga mulai lah masuk pada surat "demi Malam". Ia terus memantau ku, hingga suatu hari ia mengajakku di suatu sore untuk ikut dalam sebuah pertemuan. Dalam pertemuan itu ada banyak sekali perempuan yang pendiam dan malu-malu. Ia berkata ini namanya liqo (halaqoh), aku masih tak mengerti. Dan seperti biasa aku tak pernah protes, tetap mengikuti petunjuknya, terlanjur mencintai sahabat ini.

Ia sungguh amat aku rindukan saat ini, hingga air mata ini tak terbendung lagi ketika aku mengingatnya, Dimanakah ia ya Allah. Pertemukan kami dalam indahnya ukhuwah.................

Suatu hari di Kampus yang baru aku masuki, kebetulan semester 1 ini mengkontrak mata kuliah PAI, dan di akhir semester Pak Dosennya menyarankan untuk penambah nilai UAS dengan hapalan Qur-an minimal 5 surat mulai dari As-Samsy, ya Allah dulu hamba beruntung telah melafalkannya dengan sahabat itu, sekarang di saat semua orang berpayah-payah dengan hapalannya. Allah...

Saat kenangan itu kembali, ia menghilang padahal tertanggal 4 Maret itu ia masih memberi kabar dengan smznya tentang perubahan yang hakikanya adalah kepastian itu, ia terlihat bermuram. Sahabatku kau telah ajarkanku suatu hal, ketika persahabatan ini mulai ku sadari, aku menagis ketika kau tak ada lagi. Jauh dan tak berbekas. ketika kita masih beriang ria, kau selalu duduk dibelakangku saat abu abu itu, dan bersama-sama menyanyikan lagu-lagu kesukaan mu, edcoustik tashiru dan brother. Kita pemilik suara fals dan berlantun dengan sorotan mata teman2 lain yang memandang aneh.

Dimanakah engkau sekarang aku merindukan mu duhai pemilik mata bening dengan ketegasan itu. Aku masih merindukan pisang goreng mu, atau nasi goreng pedas. Atau apalah tentang mu. Aku merindukan mu. Sungguh...

Duhai Allah, jagalah dimana pun ia berada. Agachi bunga yang berseri-seri.

27 Maret 2012

Special Edition Widya’s B’day: “Siapa Pemilik Suara Itu?” Tanya Dia

Standard

Byuuuurrrr............!!!
Air di pagi hari memang sangat menyejukan, menelan tetes-tetes kemalasan. Serasa masuk meresap ke dalam tulang bahkan sum-sum merah melalui pori yang keriput karena kantuk. Auhh, air ini amat dingin menyapu wajah. Berdiri dalam senyap dengan lantunan doa dalam rukuk dan sujud, seketika pintu rahmat terbuka, udara yang terhirup lewat celah kecil bawah pintu membawa kabar jika fajar telah bangun, dan embun menetes perlahan di ujung pucuk jambu, rinai cahaya menyeruak masuk pertanda diluar sudah ada kehidupan kembali, tukang sayur langganan ibu-ibu di depan telah menjelajah jalan  dengan teriakan sayuuuuuurrrrrr!!!!
Dia tertegun didepan cermin besar yang terletak diruang tengah, bersebrangan dengan televisi. Cermin langganan kami, jika siap berangkat tak puas bila tidak berlenggok sebentar. Wajahku tirus, mungkinkah kelelahan? Tampak menonjol dahi dan tulang pipi, hueksss tapi yah bagus begini daripada gemuk penuh lemak, susah berdiri karena bobot bokong..haaaaa! celotehnya dalam hati. Tubuhku kecil, tinggi paling 153,13 cm kira kira berat badanku 43 kg atau lebih sedikit lah, sedikiiiiiiiiiiiiiiiiit. Dug, saat hatinya berkata sedikiiiiiittttt, ia jadi teringat seseorang, yah hanya masalalu. Seseorang yang sering berkata sedikit lagi dengan nada ditekan dan jeda yang panjang, jadi kalau dipraktekan bunyinya sperti ini “sediiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikiiiitt” dengan gaya menghejen kaya yang mau BAB gitu. Hehehe....
“Dari segi fisik aku cantik meskipun yah mereka bilang aku kaya balon banana, kalo ada angin ribut dikit pasti ikut terbang....huh itu sih kerupuk.  Hidupku ya hidupku, serba serbi, rame kalau bahasa semutnya itu FULL COLOUR (dibaca ful kolor, kenapa nggk segitiga terlarang? Suuuuuutttss!). Karena emang aku baik turunan, jadi sipat baikku gabisa dihilangin, meskipun aku kelihatan judes tapi hati aku itu baik banget, penyayang lagi. Bahkan kalo liat temen ngebunuh nyamuk atau semut aku sedih sekali, hihikzzz. Hehehe,,, beneran ihhhhh?” Huaaaa dia terperanjat kebanyakan ngomong sendiri di depan cermin sih.
Tring, pagi ini 28 Maret 2012 mesti berangkat pagi. Mata kuliah seni rupa UTS, tidak boleh telat, dosennya disiplin takuuuttt yah lagian bukan kebiasaan untuk kesiangan. Yayaya, yang suka kesiangan itu sih penghuni kamar no 4. Ups jadi ngomongin tetangga. Dia meneruskan bisikan-bisikan halusnya, ngelamun sambil ngebenerin kerudung warna hijaunya. Wahhh hari ini pasti cape tambah-tambah agenda hari ini itu Mata Kuliah PBSI, kumpulan UKM AKSARA, AVAIL, BADMINTON, tambah satu lagi gosok gigi. Ihhh ko gosok gigi?
Avail-avail oh avail, ceria cemerlang...PLUGKEUK...ko malah nyanyi sih, terus ada nggk ya teks yang ini dilagunya? Kok kaya puisi gini? Aduh. Avail is my everything, insyallah dengan avail bisa jadi number one lah, bebas finansial di umur 20 tahun, laaaaaaaaaaaaaaa hari ini kan aku tepat 20 tahun? Booo? Yo wis ku awali umur 20 tahun dengan niat tekun dengan avail, berkah dengan keringat memajukan avail peduli sesama. Ya Allah karuniakanlah minyak jelantah pada jalanku agar semua jadi serasa mudah dan licin, aamiin. Aduuhh salah lagi napa mesti jelantah? Kenapa nggk oli aja. Aduhh stop!
Waduh kelamaan, bengong ko sampe ngehabisin 10 menit, 10 menit ko malah nyasar, kalo lamunan tadi diketik wah uda dapat satu halaman penuh ini tanpa spasi font times new roman 12. Plus nilai A dari ibu PBSI (Ibu Hohooooo), tapi kena minus akibat gak pake spasi, jadinya nilai Z- (baca: Zet Minus). Pusing ih ribet.
Dia termalu-malu saat raut mukanya ketangkap basah oleh tetangga sebelah. “Apa sih bengong gaya mikir Einstein gitu?” Tanya sang tetangga.
“Engg ini lagi inget kira-kira soal UTS Seni Rupa apa ya?” kilahnya berkelit. Sang tetangga puas saja mendengar jawaban dia yang ngasal. Ohohoho, sudah jam setengah tujuh, wadohh mana belom makan, mana belom baca buat UTS, haduh mesti cepet ke kampus nih, nangkringin bala-bala di angkat dari wajan. Katanya dalam hati.
Berangkat dengan teman sekelas, langkah dipercepat. Jarak kostan-kampus menghabiskan 5 menit perjalanan dengan naik pesawat Boling 700, berkapasitas 5 orang kecepatan 120 km/jam. Jangan di percaya, lah kan kalimat pertamanya juga langkah dipercepat, jadi secara otomatis aku jalan kaki ding!
Saat pertama itulah ya di sana, ditempat sana diantara tulisan mading itu, setiap hari aku menunggu, dia lewat.
Dia kembali mengingat memory lamanya, sungguh tak ingin dia mengingat itu kembali, basi dan gak ada efek buat hidup sekarang ini. Tapi, bagaimanapun ketika moment itu seperti terulang, seseorang lewat di hadapan Dia dengan tempat yang masih sama, didepan mading dekat Warung Kopma itu. Itu hanya kepingan cerita kecil, kekaguman saat mulai masuk dunia kampus, tepatnya 5 September saat masa orientasi (MOKAKU). Iham adalah salah satu panitia yang ikut meng-ospek, orangnya baik kalem soleh dan sepertinya cocok banget dengan kriteria selama ini yang Dia cari, apalagi kesan pertama bertemu itu, Iham sangat ramah dan terbuka kepada semua orang. Ketika bunga-bunga kecil tumbuh dalam dada Dia (waduh kebayang dada kaya taman banyak bunganya), ketika simbul merah menyeruak pada hati yang terpana kekaguman, Dia hanya mampu menunggu Iham lewat di tempat ini. Moment yang setiap pagi Dia lakoni karena ketak mampuan mengungkap, hingga pada suatu subuh yang sunyi masa itu, saat semua tak bisa lagi didiamkan.
Sangat bahagia saat chat pertama di facebook, meskipun jawaban Iham hanya waalaikumsalam. Tapi di pagi itu, dia hanya menjawab “Teteh, syukron.” Ya Allah salahkah aku telah menyatakan aku menyukainya? Sedangkan Zulaekha sekalipun tak mampu menahan. Entahlah semenjak itu Dia tak lagi menunggu Iham lewat didekat mading, karena bertemu sekilas pun rasa malu menyeruak. Hampa dan melayang, apalagi saat tahu (bukan rahasia lagi) tanggal 11 November 2011 itu Iham melabuhkan hatinya pada wanita lain, bukan Dia. Dan sekeping CINTA itu padam seketika, terluka dan koma (mudah-mudahan nggak mati).
Kehampaan itu Dia biarkan berlarut, biarkan luka menganga, semua foto Iham dan harapan yang awalnya terpampang rapi dikamarnya kini tiada. Terkikis dengan sisa robekan. Menghilang namun terkenang sangat manis sungguh.
Habis gelap terbitlah terang, seperti R.A. Kartini ia menyebutnya. Iham pergi Ihan pun datang dengan membawa mawar merekah, namun entahlah karena masih hampa hingga Ihan hanya seperti kunang yang berniat menganggu ikan di sungai, menari tapi tak dipedulikan sama sekali. Dia masih terbengong-bengong dengan pengalaman pahit Iham, belum sepenuhnya mampu memberi keputusan pada Ihan. Ihan adalah teman sekelasnya yang amat baik, meskipun orangnya sangat tegas namun jangan salah Ihan adalah orang yang punya waktu penuh untuk Dia. Tapi itu dulu, sebelum semuanya berubah. Huaaaa,,, ternyata terasa sekali waktu berputar, membawa perubahan pada Ihan yang semakin menjauh saat Dia mulai membuka hati. Seandainya Ihan tahu itu.
Sudahlah mungkin semua itu bagian perjalanan hidup, keputus asaan karena sikap Ihan yang mejauh tak lagi diambil hati.
Namun lagi-lagi seseorang datang, Fadhil. Fadhil adalah teman saat biasa Dia BADMINTON. Fadhil dengan segala keadaannya, meskipun baru dekat sebentar (kalo sekedar tahu dan kenal sih udah lama), namun entah siapa yang menggerakan lidah Dia saat ia memutuskan menerima Fadhil jadi seseorang yang Dia panggil “abi...”.
Entahlah, mungkin karena terlalu cape dengan perubahan Ihan atau karena merasa sepi atau karena Fadhil mampu meyakinkan hati. Dia resmi dengan Fadhil dengan tanggal dan bulan yang mereka rahasiakan.  Meskipun demikian kadang bayang Ihan pun hadir, tapi sudahlah tak ada waktu bertahan dengan masalalu bisiknya saat semua kenangan teruarai kembali. Semua seperti bagian drama, Iham, Ihan, dan Fadhil. Mereka berputar-putar. Tapi semakin hampa, Fadhil bisiknya suatu hari, entah karena nafasku yang teramat lemah, aku tidak tahu hubungan ini aku akan bawa kemana, entahlah. Biarlah hujan yang akan menghijaukan, biarlah angin yang membengkokkan, dan biarkanlah matahari yang menguatkan. Aku enggan membuat serupa janji, karena semua belum pasti. Kamu baik, dan aku tidak tahu apa sipat keturunanku yang baik ini bisa mengimbangi kebaikan mu ataukah tidak. Jangan sakit hati ya Fadhil kalau misalkan aku bosan dan menjauh, atau jika aku merasa jenuh lantas kita berakhir, ini semua karena aku masih belajar mencintai^^ (kalo tetangga sebelah denger pasti dia muntah ketupat pake kuah tambah lagi pake toge).
Huaaa.................aku melamun satu jam tertegun didepan mading, busyet. Haduh. UTS telat, Oh Tuhan inikah penyakit bengongku kumat. Padahal amit-amit tokoh Dia itu gak punya sipat bengong. Masuk kelas sudah telat mendingan ke kantin, nongkrongin bala-bala yang sudah dingin. Dia mengerutu dalam hati.
Namun tiba-tiba saat Dia memakan bala-bala satu suir satu suir akibat kebiasaan makan daging suir, ada yang menyapa dari belakang, “Teh Wiwi?” Dug inikan suara Iham?
“Emmm bukan ini Dia.” Jawab Dia gugup.
“Oh iya maksud saya Teh Dia,” jawabnya kalem sekali.
“Iya kang?” sahut Dia ramah.
“Selamat Ulang Tahun yang ke 57 ya teh?” Bujug ko ke-57 sih? Aku kan masih muda. Masih kuliah lagi. Batin Dia.
Namun tiba-tiba dari arah samping ada yang menyapa, “Dia selamat ulang tahun ya?” waduh itukan suara Ihan. Si Bibi tukang bala-bala melambai-lambai tangan, “ Iya bi?” seru Dia lantang. “Uangnya neng!” Bibi tukang bala-bala tak kalah lantang. Dia sudah makan bala-bala dua piring tapi belum dibayar, sepertinya Bibi takut kalau Dia tidak bisa membayar, saat Dia mau mengeluarkan dompetnya yang kumal tiba-tiba ada Fadhil datang dan bilang “STOP!”, kemudian fadhil mengeluarkan uang satu lembar seribuan dan diberikan pada si Bibi. Oh Pemiarsa... ternyata Dia baru habis 2 biji saja, karena terbengong sehingga ia merasa telah menyantap 2 piring. Alamakkkk kelewatan!
Iham, Ihan, dan Fadhil kini ada di sampingnya. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun. Sungguh mengharukan. Apalagi saat semua orang berdatangan, diawali dengan teman sekelasnya yang telah selesai UTS Seni Rupa berdatangan, menjabat tangan Dia bergantian, bahkan sampai terakhir Direktur UPI Kampus Tasikmalaya Bapak Prof. Dr. H. Cece Rahmat, M.Pd. pun ikut menyalami Dia. Wah sangat ramai, hingga pada hari ini lembaga mengeluarkan surat kebijakan libur, akibat kuliah terhalang keramaian ulang tahun Dia.
“Teh Dia selamat ulang tahun ya, semoga selalu selamanya menjadi istri ana yang soleha, cantik, dan patuh!” suara doa itu masih terdengar sayup-sayup, itu suara siapa? Dia belum bisa memastikan siapa pemilik suara itu?
...hingga akhirnya.... TOKTOKTOKTOKTOKTOKTOKKK, dua kurcaci mengetok-ngetok kamarnya dengan sangat kuat jam dua dini hari begini? Ada apa ini? Mereka masuk tanpa kata, hanya senyuman dan lalu menggelar sejadah untuk solat.
Bisik Dia dalam kekagetan: “Ya Allah ternyata semua hanya mimpi, siapapun yang membisikkan doa dalam mimpiku tadi, dialah calon suami hamba yang Engkau pilihkan. Terimakasih ya Allah, karena dua kurcaci ini telah membangunkan aku dari selamanya bermimpi.”

                             TO Be Continu!

21 Maret 2012

Untuk Ibuku

Standard
Ibu, anak mu belum bisa pulang ke rumah ibu disana. Anak mu yang kalah ini harus mengurung niat pulang karena harus terlebih mengabdi pada orang yang telah membuat anak mu sekolah. Ibu, namun tahukah aku sangat merindukan mu. Setiap detik yang berlalu, aku sibuk bahkan sangat sibuk untuk memikirkanmu. Ibu anakmu sangat malu untuk pulang, jejak hitam itu menyudutkanku, meskipun akhirnya kau tetap memelukku dengan tangisan. Ibu, aku hanya tahu aku ingin diberi kesempatan untuk membahagiakan mu dengan cara yang aku pun tidak tahu. Ibu.............. 
Ibu, dalam nafas yang kau tahan ada sesak. Aku tahu persis itu karena ulahku hingga kau terluka olehnya, ibu apa daya kita jika semua terkikis takdir dan kita tak bisa bersatu seperti dulu, aku anak kecil berambut pirang yang mengikuti jejak ibu dipematang sawah. Oh ibu, banyak sekali kisah yang membuat kita bercerai dalam keluarga... Ibu aku merindukan mu. Segalanya Ibu.  
Ya Allah dalam tengadahku, meskipun aku sangat malu karena noda didahiku, aku mohon berilah hamba kesempatan ya Rabb untuk membuat Ibu hamba bahagia di dunia dan Akhirat ya Rabb...ya Ghapur ya Rojak ya Salam... 
Ya Allah sehatkan lah jiwa raganya, tanamkan kebahagiaan, dan ampunilah dosa-dosanya. Ibuku. you are my everyting.

I LOVE U MOM.^^