Byuuuurrrr............!!!
Air di pagi
hari memang sangat menyejukan, menelan tetes-tetes kemalasan. Serasa masuk
meresap ke dalam tulang bahkan sum-sum merah melalui pori yang keriput karena
kantuk. Auhh, air ini amat dingin menyapu wajah. Berdiri dalam senyap dengan
lantunan doa dalam rukuk dan sujud, seketika pintu rahmat terbuka, udara yang
terhirup lewat celah kecil bawah pintu membawa kabar jika fajar telah bangun,
dan embun menetes perlahan di ujung pucuk jambu, rinai cahaya menyeruak masuk
pertanda diluar sudah ada kehidupan kembali, tukang sayur langganan ibu-ibu di
depan telah menjelajah jalan dengan
teriakan sayuuuuuurrrrrr!!!!
Dia tertegun
didepan cermin besar yang terletak diruang tengah, bersebrangan dengan televisi.
Cermin langganan kami, jika siap berangkat tak puas bila tidak berlenggok
sebentar. Wajahku tirus, mungkinkah
kelelahan? Tampak menonjol dahi dan tulang pipi, hueksss tapi yah bagus begini
daripada gemuk penuh lemak, susah berdiri karena bobot bokong..haaaaa!
celotehnya dalam hati. Tubuhku kecil, tinggi
paling 153,13 cm kira kira berat badanku 43 kg atau lebih sedikit lah,
sedikiiiiiiiiiiiiiiiiit. Dug, saat hatinya berkata sedikiiiiiittttt, ia
jadi teringat seseorang, yah hanya masalalu. Seseorang yang sering berkata
sedikit lagi dengan nada ditekan dan jeda yang panjang, jadi kalau dipraktekan
bunyinya sperti ini “sediiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikiiiitt” dengan gaya menghejen
kaya yang mau BAB gitu. Hehehe....
“Dari segi
fisik aku cantik meskipun yah mereka bilang aku kaya balon banana, kalo ada
angin ribut dikit pasti ikut terbang....huh itu sih kerupuk. Hidupku ya hidupku, serba serbi, rame kalau
bahasa semutnya itu FULL COLOUR (dibaca ful kolor, kenapa nggk segitiga terlarang?
Suuuuuutttss!). Karena emang aku baik turunan, jadi sipat baikku gabisa
dihilangin, meskipun aku kelihatan judes tapi hati aku itu baik banget,
penyayang lagi. Bahkan kalo liat temen ngebunuh nyamuk atau semut aku sedih
sekali, hihikzzz. Hehehe,,, beneran ihhhhh?” Huaaaa dia terperanjat kebanyakan ngomong
sendiri di depan cermin sih.
Tring, pagi
ini 28 Maret 2012 mesti berangkat pagi. Mata kuliah seni rupa UTS, tidak boleh
telat, dosennya disiplin takuuuttt yah lagian bukan kebiasaan untuk kesiangan.
Yayaya, yang suka kesiangan itu sih penghuni kamar no 4. Ups jadi ngomongin
tetangga. Dia meneruskan bisikan-bisikan halusnya, ngelamun sambil ngebenerin
kerudung warna hijaunya. Wahhh hari ini pasti cape tambah-tambah agenda hari
ini itu Mata Kuliah PBSI, kumpulan UKM AKSARA, AVAIL, BADMINTON, tambah satu
lagi gosok gigi. Ihhh ko gosok gigi?
Avail-avail
oh avail, ceria cemerlang...PLUGKEUK...ko malah nyanyi sih, terus ada nggk ya
teks yang ini dilagunya? Kok kaya puisi gini? Aduh. Avail is my everything,
insyallah dengan avail bisa jadi number one lah, bebas finansial di umur 20
tahun, laaaaaaaaaaaaaaa hari ini kan aku tepat 20 tahun? Booo? Yo wis ku awali
umur 20 tahun dengan niat tekun dengan avail, berkah dengan keringat memajukan
avail peduli sesama. Ya Allah karuniakanlah minyak jelantah pada jalanku agar
semua jadi serasa mudah dan licin, aamiin. Aduuhh salah lagi napa mesti
jelantah? Kenapa nggk oli aja. Aduhh stop!
Waduh
kelamaan, bengong ko sampe ngehabisin 10 menit, 10 menit ko malah nyasar, kalo
lamunan tadi diketik wah uda dapat satu halaman penuh ini tanpa spasi font
times new roman 12. Plus nilai A dari ibu PBSI (Ibu Hohooooo), tapi kena minus
akibat gak pake spasi, jadinya nilai Z- (baca: Zet Minus). Pusing ih
ribet.
Dia
termalu-malu saat raut mukanya ketangkap basah oleh tetangga sebelah. “Apa sih
bengong gaya mikir Einstein gitu?” Tanya sang tetangga.
“Engg ini
lagi inget kira-kira soal UTS Seni Rupa apa ya?” kilahnya berkelit. Sang
tetangga puas saja mendengar jawaban dia yang ngasal. Ohohoho, sudah jam setengah tujuh, wadohh mana belom makan, mana belom
baca buat UTS, haduh mesti cepet ke kampus nih, nangkringin bala-bala di angkat
dari wajan. Katanya dalam hati.
Berangkat
dengan teman sekelas, langkah dipercepat. Jarak kostan-kampus menghabiskan 5
menit perjalanan dengan naik pesawat Boling 700, berkapasitas 5 orang kecepatan
120 km/jam. Jangan di percaya, lah kan kalimat pertamanya juga langkah
dipercepat, jadi secara otomatis aku jalan kaki ding!
Saat pertama
itulah ya di sana, ditempat sana diantara tulisan mading itu, setiap hari aku
menunggu, dia lewat.
Dia kembali
mengingat memory lamanya, sungguh tak ingin dia mengingat itu kembali, basi dan
gak ada efek buat hidup sekarang ini. Tapi, bagaimanapun ketika moment itu
seperti terulang, seseorang lewat di hadapan Dia dengan tempat yang masih sama,
didepan mading dekat Warung Kopma itu. Itu hanya kepingan cerita kecil,
kekaguman saat mulai masuk dunia kampus, tepatnya 5 September saat masa
orientasi (MOKAKU). Iham adalah salah satu panitia yang ikut meng-ospek,
orangnya baik kalem soleh dan sepertinya cocok banget dengan kriteria selama
ini yang Dia cari, apalagi kesan pertama bertemu itu, Iham sangat ramah dan
terbuka kepada semua orang. Ketika bunga-bunga kecil tumbuh dalam dada Dia (waduh
kebayang dada kaya taman banyak bunganya), ketika simbul merah menyeruak pada
hati yang terpana kekaguman, Dia hanya mampu menunggu Iham lewat di tempat ini.
Moment yang setiap pagi Dia lakoni karena ketak mampuan mengungkap, hingga pada
suatu subuh yang sunyi masa itu, saat semua tak bisa lagi didiamkan.
Sangat
bahagia saat chat pertama di facebook, meskipun jawaban Iham hanya
waalaikumsalam. Tapi di pagi itu, dia hanya menjawab “Teteh, syukron.” Ya Allah
salahkah aku telah menyatakan aku menyukainya? Sedangkan Zulaekha sekalipun tak
mampu menahan. Entahlah semenjak itu Dia tak lagi menunggu Iham lewat didekat
mading, karena bertemu sekilas pun rasa malu menyeruak. Hampa dan melayang,
apalagi saat tahu (bukan rahasia lagi) tanggal 11 November 2011 itu Iham
melabuhkan hatinya pada wanita lain, bukan Dia. Dan sekeping CINTA itu padam
seketika, terluka dan koma (mudah-mudahan nggak mati).
Kehampaan
itu Dia biarkan berlarut, biarkan luka menganga, semua foto Iham dan harapan
yang awalnya terpampang rapi dikamarnya kini tiada. Terkikis dengan sisa
robekan. Menghilang namun terkenang sangat manis sungguh.
Habis gelap
terbitlah terang, seperti R.A. Kartini ia menyebutnya. Iham pergi Ihan pun
datang dengan membawa mawar merekah, namun entahlah karena masih hampa hingga
Ihan hanya seperti kunang yang berniat menganggu ikan di sungai, menari tapi
tak dipedulikan sama sekali. Dia masih terbengong-bengong dengan pengalaman
pahit Iham, belum sepenuhnya mampu memberi keputusan pada Ihan. Ihan adalah
teman sekelasnya yang amat baik, meskipun orangnya sangat tegas namun jangan
salah Ihan adalah orang yang punya waktu penuh untuk Dia. Tapi itu dulu,
sebelum semuanya berubah. Huaaaa,,, ternyata terasa sekali waktu berputar,
membawa perubahan pada Ihan yang semakin menjauh saat Dia mulai membuka hati.
Seandainya Ihan tahu itu.
Sudahlah
mungkin semua itu bagian perjalanan hidup, keputus asaan karena sikap Ihan yang
mejauh tak lagi diambil hati.
Namun
lagi-lagi seseorang datang, Fadhil. Fadhil adalah teman saat biasa Dia BADMINTON.
Fadhil dengan segala keadaannya, meskipun baru dekat sebentar (kalo sekedar
tahu dan kenal sih udah lama), namun entah siapa yang menggerakan lidah Dia
saat ia memutuskan menerima Fadhil jadi seseorang yang Dia panggil “abi...”.
Entahlah,
mungkin karena terlalu cape dengan perubahan Ihan atau karena merasa sepi atau
karena Fadhil mampu meyakinkan hati. Dia resmi dengan Fadhil dengan tanggal dan
bulan yang mereka rahasiakan. Meskipun
demikian kadang bayang Ihan pun hadir, tapi sudahlah tak ada waktu bertahan
dengan masalalu bisiknya saat semua kenangan teruarai kembali. Semua seperti
bagian drama, Iham, Ihan, dan Fadhil. Mereka berputar-putar. Tapi semakin
hampa, Fadhil bisiknya suatu hari, entah karena nafasku yang teramat lemah, aku
tidak tahu hubungan ini aku akan bawa kemana, entahlah. Biarlah hujan yang akan
menghijaukan, biarlah angin yang membengkokkan, dan biarkanlah matahari yang
menguatkan. Aku enggan membuat serupa janji, karena semua belum pasti. Kamu
baik, dan aku tidak tahu apa sipat keturunanku yang baik ini bisa mengimbangi
kebaikan mu ataukah tidak. Jangan sakit hati ya Fadhil kalau misalkan aku bosan
dan menjauh, atau jika aku merasa jenuh lantas kita berakhir, ini semua karena
aku masih belajar mencintai^^ (kalo tetangga sebelah denger pasti dia muntah
ketupat pake kuah tambah lagi pake toge).
Huaaa.................aku
melamun satu jam tertegun didepan mading, busyet. Haduh. UTS telat, Oh Tuhan
inikah penyakit bengongku kumat. Padahal amit-amit tokoh Dia itu gak punya
sipat bengong. Masuk kelas sudah telat mendingan ke kantin, nongkrongin
bala-bala yang sudah dingin. Dia mengerutu dalam hati.
Namun
tiba-tiba saat Dia memakan bala-bala satu suir satu suir akibat kebiasaan makan
daging suir, ada yang menyapa dari belakang, “Teh Wiwi?” Dug inikan suara Iham?
“Emmm bukan
ini Dia.” Jawab Dia gugup.
“Oh iya
maksud saya Teh Dia,” jawabnya kalem sekali.
“Iya kang?”
sahut Dia ramah.
“Selamat
Ulang Tahun yang ke 57 ya teh?” Bujug ko ke-57 sih? Aku kan masih muda. Masih
kuliah lagi. Batin Dia.
Namun tiba-tiba
dari arah samping ada yang menyapa, “Dia selamat ulang tahun ya?” waduh itukan
suara Ihan. Si Bibi tukang bala-bala melambai-lambai tangan, “ Iya bi?” seru
Dia lantang. “Uangnya neng!” Bibi tukang bala-bala tak kalah lantang. Dia sudah
makan bala-bala dua piring tapi belum dibayar, sepertinya Bibi takut kalau Dia
tidak bisa membayar, saat Dia mau mengeluarkan dompetnya yang kumal tiba-tiba
ada Fadhil datang dan bilang “STOP!”, kemudian fadhil mengeluarkan uang satu
lembar seribuan dan diberikan pada si Bibi. Oh Pemiarsa... ternyata Dia baru
habis 2 biji saja, karena terbengong sehingga ia merasa telah menyantap 2
piring. Alamakkkk kelewatan!
Iham, Ihan,
dan Fadhil kini ada di sampingnya. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun.
Sungguh mengharukan. Apalagi saat semua orang berdatangan, diawali dengan teman
sekelasnya yang telah selesai UTS Seni Rupa berdatangan, menjabat tangan Dia
bergantian, bahkan sampai terakhir Direktur UPI Kampus Tasikmalaya Bapak Prof.
Dr. H. Cece Rahmat, M.Pd. pun ikut menyalami Dia. Wah sangat ramai, hingga pada
hari ini lembaga mengeluarkan surat kebijakan libur, akibat kuliah terhalang
keramaian ulang tahun Dia.
“Teh Dia
selamat ulang tahun ya, semoga selalu selamanya menjadi istri ana yang soleha,
cantik, dan patuh!” suara doa itu masih terdengar sayup-sayup, itu suara siapa?
Dia belum bisa memastikan siapa pemilik suara itu?
...hingga
akhirnya.... TOKTOKTOKTOKTOKTOKTOKKK, dua kurcaci mengetok-ngetok kamarnya
dengan sangat kuat jam dua dini hari begini? Ada apa ini? Mereka masuk tanpa
kata, hanya senyuman dan lalu menggelar sejadah untuk solat.
Bisik Dia
dalam kekagetan: “Ya Allah ternyata semua hanya mimpi, siapapun yang
membisikkan doa dalam mimpiku tadi, dialah calon suami hamba yang Engkau
pilihkan. Terimakasih ya Allah, karena dua kurcaci ini telah membangunkan aku
dari selamanya bermimpi.”
hihi, asli ini li?? kocak gini ceritanya :D
BalasHapusAsli teteh heeee..^^
BalasHapus