27 Maret 2012

Special Edition Widya’s B’day: “Siapa Pemilik Suara Itu?” Tanya Dia

Standard

Byuuuurrrr............!!!
Air di pagi hari memang sangat menyejukan, menelan tetes-tetes kemalasan. Serasa masuk meresap ke dalam tulang bahkan sum-sum merah melalui pori yang keriput karena kantuk. Auhh, air ini amat dingin menyapu wajah. Berdiri dalam senyap dengan lantunan doa dalam rukuk dan sujud, seketika pintu rahmat terbuka, udara yang terhirup lewat celah kecil bawah pintu membawa kabar jika fajar telah bangun, dan embun menetes perlahan di ujung pucuk jambu, rinai cahaya menyeruak masuk pertanda diluar sudah ada kehidupan kembali, tukang sayur langganan ibu-ibu di depan telah menjelajah jalan  dengan teriakan sayuuuuuurrrrrr!!!!
Dia tertegun didepan cermin besar yang terletak diruang tengah, bersebrangan dengan televisi. Cermin langganan kami, jika siap berangkat tak puas bila tidak berlenggok sebentar. Wajahku tirus, mungkinkah kelelahan? Tampak menonjol dahi dan tulang pipi, hueksss tapi yah bagus begini daripada gemuk penuh lemak, susah berdiri karena bobot bokong..haaaaa! celotehnya dalam hati. Tubuhku kecil, tinggi paling 153,13 cm kira kira berat badanku 43 kg atau lebih sedikit lah, sedikiiiiiiiiiiiiiiiiit. Dug, saat hatinya berkata sedikiiiiiittttt, ia jadi teringat seseorang, yah hanya masalalu. Seseorang yang sering berkata sedikit lagi dengan nada ditekan dan jeda yang panjang, jadi kalau dipraktekan bunyinya sperti ini “sediiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikiiiitt” dengan gaya menghejen kaya yang mau BAB gitu. Hehehe....
“Dari segi fisik aku cantik meskipun yah mereka bilang aku kaya balon banana, kalo ada angin ribut dikit pasti ikut terbang....huh itu sih kerupuk.  Hidupku ya hidupku, serba serbi, rame kalau bahasa semutnya itu FULL COLOUR (dibaca ful kolor, kenapa nggk segitiga terlarang? Suuuuuutttss!). Karena emang aku baik turunan, jadi sipat baikku gabisa dihilangin, meskipun aku kelihatan judes tapi hati aku itu baik banget, penyayang lagi. Bahkan kalo liat temen ngebunuh nyamuk atau semut aku sedih sekali, hihikzzz. Hehehe,,, beneran ihhhhh?” Huaaaa dia terperanjat kebanyakan ngomong sendiri di depan cermin sih.
Tring, pagi ini 28 Maret 2012 mesti berangkat pagi. Mata kuliah seni rupa UTS, tidak boleh telat, dosennya disiplin takuuuttt yah lagian bukan kebiasaan untuk kesiangan. Yayaya, yang suka kesiangan itu sih penghuni kamar no 4. Ups jadi ngomongin tetangga. Dia meneruskan bisikan-bisikan halusnya, ngelamun sambil ngebenerin kerudung warna hijaunya. Wahhh hari ini pasti cape tambah-tambah agenda hari ini itu Mata Kuliah PBSI, kumpulan UKM AKSARA, AVAIL, BADMINTON, tambah satu lagi gosok gigi. Ihhh ko gosok gigi?
Avail-avail oh avail, ceria cemerlang...PLUGKEUK...ko malah nyanyi sih, terus ada nggk ya teks yang ini dilagunya? Kok kaya puisi gini? Aduh. Avail is my everything, insyallah dengan avail bisa jadi number one lah, bebas finansial di umur 20 tahun, laaaaaaaaaaaaaaa hari ini kan aku tepat 20 tahun? Booo? Yo wis ku awali umur 20 tahun dengan niat tekun dengan avail, berkah dengan keringat memajukan avail peduli sesama. Ya Allah karuniakanlah minyak jelantah pada jalanku agar semua jadi serasa mudah dan licin, aamiin. Aduuhh salah lagi napa mesti jelantah? Kenapa nggk oli aja. Aduhh stop!
Waduh kelamaan, bengong ko sampe ngehabisin 10 menit, 10 menit ko malah nyasar, kalo lamunan tadi diketik wah uda dapat satu halaman penuh ini tanpa spasi font times new roman 12. Plus nilai A dari ibu PBSI (Ibu Hohooooo), tapi kena minus akibat gak pake spasi, jadinya nilai Z- (baca: Zet Minus). Pusing ih ribet.
Dia termalu-malu saat raut mukanya ketangkap basah oleh tetangga sebelah. “Apa sih bengong gaya mikir Einstein gitu?” Tanya sang tetangga.
“Engg ini lagi inget kira-kira soal UTS Seni Rupa apa ya?” kilahnya berkelit. Sang tetangga puas saja mendengar jawaban dia yang ngasal. Ohohoho, sudah jam setengah tujuh, wadohh mana belom makan, mana belom baca buat UTS, haduh mesti cepet ke kampus nih, nangkringin bala-bala di angkat dari wajan. Katanya dalam hati.
Berangkat dengan teman sekelas, langkah dipercepat. Jarak kostan-kampus menghabiskan 5 menit perjalanan dengan naik pesawat Boling 700, berkapasitas 5 orang kecepatan 120 km/jam. Jangan di percaya, lah kan kalimat pertamanya juga langkah dipercepat, jadi secara otomatis aku jalan kaki ding!
Saat pertama itulah ya di sana, ditempat sana diantara tulisan mading itu, setiap hari aku menunggu, dia lewat.
Dia kembali mengingat memory lamanya, sungguh tak ingin dia mengingat itu kembali, basi dan gak ada efek buat hidup sekarang ini. Tapi, bagaimanapun ketika moment itu seperti terulang, seseorang lewat di hadapan Dia dengan tempat yang masih sama, didepan mading dekat Warung Kopma itu. Itu hanya kepingan cerita kecil, kekaguman saat mulai masuk dunia kampus, tepatnya 5 September saat masa orientasi (MOKAKU). Iham adalah salah satu panitia yang ikut meng-ospek, orangnya baik kalem soleh dan sepertinya cocok banget dengan kriteria selama ini yang Dia cari, apalagi kesan pertama bertemu itu, Iham sangat ramah dan terbuka kepada semua orang. Ketika bunga-bunga kecil tumbuh dalam dada Dia (waduh kebayang dada kaya taman banyak bunganya), ketika simbul merah menyeruak pada hati yang terpana kekaguman, Dia hanya mampu menunggu Iham lewat di tempat ini. Moment yang setiap pagi Dia lakoni karena ketak mampuan mengungkap, hingga pada suatu subuh yang sunyi masa itu, saat semua tak bisa lagi didiamkan.
Sangat bahagia saat chat pertama di facebook, meskipun jawaban Iham hanya waalaikumsalam. Tapi di pagi itu, dia hanya menjawab “Teteh, syukron.” Ya Allah salahkah aku telah menyatakan aku menyukainya? Sedangkan Zulaekha sekalipun tak mampu menahan. Entahlah semenjak itu Dia tak lagi menunggu Iham lewat didekat mading, karena bertemu sekilas pun rasa malu menyeruak. Hampa dan melayang, apalagi saat tahu (bukan rahasia lagi) tanggal 11 November 2011 itu Iham melabuhkan hatinya pada wanita lain, bukan Dia. Dan sekeping CINTA itu padam seketika, terluka dan koma (mudah-mudahan nggak mati).
Kehampaan itu Dia biarkan berlarut, biarkan luka menganga, semua foto Iham dan harapan yang awalnya terpampang rapi dikamarnya kini tiada. Terkikis dengan sisa robekan. Menghilang namun terkenang sangat manis sungguh.
Habis gelap terbitlah terang, seperti R.A. Kartini ia menyebutnya. Iham pergi Ihan pun datang dengan membawa mawar merekah, namun entahlah karena masih hampa hingga Ihan hanya seperti kunang yang berniat menganggu ikan di sungai, menari tapi tak dipedulikan sama sekali. Dia masih terbengong-bengong dengan pengalaman pahit Iham, belum sepenuhnya mampu memberi keputusan pada Ihan. Ihan adalah teman sekelasnya yang amat baik, meskipun orangnya sangat tegas namun jangan salah Ihan adalah orang yang punya waktu penuh untuk Dia. Tapi itu dulu, sebelum semuanya berubah. Huaaaa,,, ternyata terasa sekali waktu berputar, membawa perubahan pada Ihan yang semakin menjauh saat Dia mulai membuka hati. Seandainya Ihan tahu itu.
Sudahlah mungkin semua itu bagian perjalanan hidup, keputus asaan karena sikap Ihan yang mejauh tak lagi diambil hati.
Namun lagi-lagi seseorang datang, Fadhil. Fadhil adalah teman saat biasa Dia BADMINTON. Fadhil dengan segala keadaannya, meskipun baru dekat sebentar (kalo sekedar tahu dan kenal sih udah lama), namun entah siapa yang menggerakan lidah Dia saat ia memutuskan menerima Fadhil jadi seseorang yang Dia panggil “abi...”.
Entahlah, mungkin karena terlalu cape dengan perubahan Ihan atau karena merasa sepi atau karena Fadhil mampu meyakinkan hati. Dia resmi dengan Fadhil dengan tanggal dan bulan yang mereka rahasiakan.  Meskipun demikian kadang bayang Ihan pun hadir, tapi sudahlah tak ada waktu bertahan dengan masalalu bisiknya saat semua kenangan teruarai kembali. Semua seperti bagian drama, Iham, Ihan, dan Fadhil. Mereka berputar-putar. Tapi semakin hampa, Fadhil bisiknya suatu hari, entah karena nafasku yang teramat lemah, aku tidak tahu hubungan ini aku akan bawa kemana, entahlah. Biarlah hujan yang akan menghijaukan, biarlah angin yang membengkokkan, dan biarkanlah matahari yang menguatkan. Aku enggan membuat serupa janji, karena semua belum pasti. Kamu baik, dan aku tidak tahu apa sipat keturunanku yang baik ini bisa mengimbangi kebaikan mu ataukah tidak. Jangan sakit hati ya Fadhil kalau misalkan aku bosan dan menjauh, atau jika aku merasa jenuh lantas kita berakhir, ini semua karena aku masih belajar mencintai^^ (kalo tetangga sebelah denger pasti dia muntah ketupat pake kuah tambah lagi pake toge).
Huaaa.................aku melamun satu jam tertegun didepan mading, busyet. Haduh. UTS telat, Oh Tuhan inikah penyakit bengongku kumat. Padahal amit-amit tokoh Dia itu gak punya sipat bengong. Masuk kelas sudah telat mendingan ke kantin, nongkrongin bala-bala yang sudah dingin. Dia mengerutu dalam hati.
Namun tiba-tiba saat Dia memakan bala-bala satu suir satu suir akibat kebiasaan makan daging suir, ada yang menyapa dari belakang, “Teh Wiwi?” Dug inikan suara Iham?
“Emmm bukan ini Dia.” Jawab Dia gugup.
“Oh iya maksud saya Teh Dia,” jawabnya kalem sekali.
“Iya kang?” sahut Dia ramah.
“Selamat Ulang Tahun yang ke 57 ya teh?” Bujug ko ke-57 sih? Aku kan masih muda. Masih kuliah lagi. Batin Dia.
Namun tiba-tiba dari arah samping ada yang menyapa, “Dia selamat ulang tahun ya?” waduh itukan suara Ihan. Si Bibi tukang bala-bala melambai-lambai tangan, “ Iya bi?” seru Dia lantang. “Uangnya neng!” Bibi tukang bala-bala tak kalah lantang. Dia sudah makan bala-bala dua piring tapi belum dibayar, sepertinya Bibi takut kalau Dia tidak bisa membayar, saat Dia mau mengeluarkan dompetnya yang kumal tiba-tiba ada Fadhil datang dan bilang “STOP!”, kemudian fadhil mengeluarkan uang satu lembar seribuan dan diberikan pada si Bibi. Oh Pemiarsa... ternyata Dia baru habis 2 biji saja, karena terbengong sehingga ia merasa telah menyantap 2 piring. Alamakkkk kelewatan!
Iham, Ihan, dan Fadhil kini ada di sampingnya. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun. Sungguh mengharukan. Apalagi saat semua orang berdatangan, diawali dengan teman sekelasnya yang telah selesai UTS Seni Rupa berdatangan, menjabat tangan Dia bergantian, bahkan sampai terakhir Direktur UPI Kampus Tasikmalaya Bapak Prof. Dr. H. Cece Rahmat, M.Pd. pun ikut menyalami Dia. Wah sangat ramai, hingga pada hari ini lembaga mengeluarkan surat kebijakan libur, akibat kuliah terhalang keramaian ulang tahun Dia.
“Teh Dia selamat ulang tahun ya, semoga selalu selamanya menjadi istri ana yang soleha, cantik, dan patuh!” suara doa itu masih terdengar sayup-sayup, itu suara siapa? Dia belum bisa memastikan siapa pemilik suara itu?
...hingga akhirnya.... TOKTOKTOKTOKTOKTOKTOKKK, dua kurcaci mengetok-ngetok kamarnya dengan sangat kuat jam dua dini hari begini? Ada apa ini? Mereka masuk tanpa kata, hanya senyuman dan lalu menggelar sejadah untuk solat.
Bisik Dia dalam kekagetan: “Ya Allah ternyata semua hanya mimpi, siapapun yang membisikkan doa dalam mimpiku tadi, dialah calon suami hamba yang Engkau pilihkan. Terimakasih ya Allah, karena dua kurcaci ini telah membangunkan aku dari selamanya bermimpi.”

                             TO Be Continu!

2 komentar: