30 Juli 2017

Lebih Cenderung Mana?

Standard
Assalamu'alaikum kamarku yang berantakan, blogku yang isinya tak karuan...hehehe
Mumpung lagi sendiri, di kosan baru (baru pindahan dua hari), and this is second night i here...!

Dear malam sebelumnya uring-uringan karena chat seseorang yang nggak membuat nyaman. Siapapun tak akan nyaman sih, jika dimintai klarifikasi atas masalalunya. Seperti Khalid bin Walid yang terus menerus dimintai tanggung jawab atas perang Uhud (yang banyak menggugurkan para syuhada) ketika ia sudah masuk islam, plis... itu gak terjadi kan? Semua orang maklum, semua orang jug abisa salah. Seperti hal nya Umar Al Khattab, musuh islam no 1 saat ia masih jahiliyah, apatah ia tak berhak jadi sahabat kesayangan Rasul? Maslalu itu tertinggal sangat jauh di belakang... siapapun sekarang dan esok berhak jadi orang baik! Maka islam melihat bukan ia di masalalu tapi kesungguhan ia di masa kini.

Kita cenderung yang mana?
Tak bisa move on dari masa lalau orang lain, lalu tak mmeberi ruang padanya untuk lebih baik. Dan dengan santai menjalani maksiat (toh yang dia katanya baik tetep aja sama kayak kita).... Runtuhnya zaman, bukan karena kedzaliman kemaksiatan semata, tapi karena diamnya orang-orang baik. Lalu, pembunuhan karakter orang baik (itu strategi syaitan) agar apa? Iya agar rusak lah teladan, lalu putus asa lah mereka, dan mereka tenang menjalankan maksiat...

Menuduh orang lain kemudian... sampai lupa bahwa setiap orang teh berhak berubah. Kalo udah negatif yang terpola di otak tentang si A, mau si A berubah sebaik apapun, tetap aja kurang meyakinkan: jangan2 ada maksud nih si A baik terus, dia munafik, pinter ya di depan baik, di belakang busuk, dan sebagainya. Tak puas juga, gunjingkan sama teman, "jangan bilang-bilang ya", masih belum puas: gunjingkan ke tetangga.

Well, wahai diriku, aku mengingatkanmu: Berilah orang lain sebuah ruang, timbanglah ia dengan sebuah neraca keadilan, tempatkan ia di tempat kosong, zero based... adillah engkau memperlakukan orang bahkan sejak engkau mempersepsikan orang itu... pandnaglah dari titik NOL.

Karena kita tak pernah tahu ujung kehidupan seseorang. Bukankah keselamatan itu di tentukan oleh ujung hayat seseorang, lebh cenderung pada kebaikan atau kemaksiatan?
Kita pun payah untuk mengistiqomahkan diri, agar tetap ada pada jalan yang diridhoiNya, dan berharap menemukan ujung usia di jalan itu... aamin... Robbana afrig 'alaina sobrow watawaffana muslimin..

Ya Allah karuniakan eli (dan yng baca tulisan ini) kesabaran, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (muslimin). Aamiin...


Az. (30/7/17) : 23:39 WBBI.