26 Juli 2014

Apakah Kau Kesepian?

Standard
Jika kau kesepian, itu bukan salah orang-orang yang ada di sekitarmu, juga bukan salahmu yang memiliki sifat tertutup seperti ini. Lalu ini salah siapa?
Ini hanyalah sebuah perjalanan, dan perjalanan harus disertai dengan belajar. Sudah waktunya kita belajar.

Jika kau merasa tak dicintai, itu bukan salah lingkunganmu. Sesungguhnya hidupmu ditaburi cinta, hanya kau sering tidak merasakannya atau bahkan tidak menggubrisnya, karena cinta yang tulus kadang sering tak terlihat. Di dunia ini banya sekali hal yang harus kita percayai, meski ia tak terlihat rupanya. Untuk alasan inilah orang-orang percaya angin, orang-oarang percaya gravitasi, orang-orang percaya TUHAN. Bukan semata karena angin, garvitasi bahkan Tuhan disebutkan lalu diimani, melainkan..... keberadaannya sungguh dapat dibuktikan. Melalui tanda-tanda alam, melalui kode-kode semesta, lewat sinyal-sinyal yang harus kita tangkap, akal kita yang membacanya dan pikiran kita yang mengolahnya.

Cinta itu selalu ada untukmu, maka terbukalah.........
Lihatlah kode-kodenya, seperti melihat orang tua yang mencintaimu dengan tatapan yang lebih mendalam lagi terasa....

Az.

Catatan Di Malam Hari

Standard
Ada pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. 

Banyak....! Jangan mengeluh,  bisa kok dan akan segera kuselesaikan, dengan sungguh-sungguh. Aku ingin jadi manusia seperti halnya orang lain. Manusia yang berguna, yang tidak patah hanya karena satu kekurangan, aku adalah manusia keras kepala yang ingin memastikan akan melakukan semuanya….. Semua pekerjaan ini, walau tanpa upah.

Kuakui aku bukanlah manusia yang pintar apalagi jenius: yang tertarik pada suatu hal dan lalu hal itu menjadikan aku bisa melihat: akan jadi apa aku dimasa depan. Tidak…..
Aku hanya seorang manusia yang selalu ingin bergerak dan mencari, tak tentu arah dan selalu bosan pada setiap hal yang bersifat rutinitas. Aku selalu ingin sesuatu yang baru.. meskipun.. kadang sesuatu yang telah kualami, sering menjadi kerinduan tersendiri....
Hidupku tak pernah sunyi walaupun sepertinya terisolasi, karena pilihanku, aku menyedikitkan bergaul dengan manusia, dan lebih banyak mengurung diri bersama tumpukan buku dan manusia-manusia yang tak menjelma.
Aku lebih senang berada di dunia maya.

Itulah kekuranganku, aku tak pandai berkomunikasi verbal. Terkadang banyak orang yang mengataiku pelupa, pemalas dan lelet, lalu egois, tidak bertatakrama, tidak sabaran juga serampangan. Tak apa-apa, itu tak akan membuatku semakin lemah, justeru dengan kata itu aku akan belajar lebih giat, lebih respect, lebih sabar, lebih santun, lebih toleran, dan lebih rajin menulis agar tak mudah lupa….
Hidupku kembali, aku ingin menjadi manusia yang bersunguh-sungguh dalam setiap hal. Aku memiliki mimpi, dan mimpi ini sering menjebakku dalam fantasi setiap malam. Bahkan ketiak solat, mimpi itu terasa kurang ajar, karena terus menghantuiiiiikuuuu, aku tak tenang, jika mendiamkannya… harus kuwujudkan…
Dan pikiran ini terasa menggebu, dan bahkan telah keluar dr dunia kenyataan. Aku telah berada di puncak yang sebenarnya tak kuketahui. Aku ingin ada di suatu tempat yang tak pernah kukunjungi….
Ada suatu hal yang benar-benar menjeratku, adalah aku lebih sering terpuruk dengan tekanan perasaanku dan tak hiraukan batinku sendiri. Maka mulai kini, hidup harus ada perjuangan, harus bebas dan merdeka, aku ingin kembali, memfokuskan diriku pada hal-hal yang memang sudah selayaknya mendapat fokusku.
Tak mengapa tindakan ini terasa kecil, namun jika kesungguhan ini telah ada dalam hatiku, maka semuanya seiring waktu, aku akan mencecapnya dengan bahagia.

Sebelum langkah ini dimulai ada masalalu yang harus kubebaskan. 

Aku meminta maaf terutama pada emak dan bapak, eli belum bisa jadi anak yang solehah. Belum bisa memberi kebahagiaan yang seharusnya, belum bisa memberi materi, dan belum bisa jadi kebanggaan dalam sikap, eli masih….. belajar untuk demikian.
Eli juga meminta maaf pada ibu dan bapak, sudah membiayai eli hingga saat ini, kasih sayang tercurah dan maaf yang tak terbatas. Eli belum bisa menjadi harapan ibu dan bapak, eli masih sering plin-plan dan bermain-main, masih seringnya malas dan tak peduli dengan bapak dan ibu. Maafkan eli bu pak…
Eli juga minta maaf kepada teteh dan aa eli, selama jadi adik yang paling bungsu, eli belum berlaku selayaknya adik, sering merasa paling benar dan egois. Sering berteriak dan memperlhatkan sikap yang tidak baik, bahkan…………. Eli berani mengambil sesuatu dari kalian, sesuatu tanpa sepengathuan kalian. Maafkan adikmu ini, belum bisa menjadi apa-apa, belum bisa memberikan kebaikan untuk saudaranya, dan keseringan menyusahkan, minta ini itu….
Lalu eli juga minta maaf kepada semua guru-guru eli, sebagai seorang murid, eli tidak menunjukkan sikap yang layak, karena sikap keras kepala ini menjadi diri merasa harus setata, padahal engkaulah mulia guruku, maafkan eli, maafkan sikap dan perbuatan yang tak sesuai, maafkan kepalsuan dan kelancangan seorang murid ini, mulai saat ini aku akan belajar bagaimana menjadi seorang penuntut ilmu yang benar, yang bersikap hormat padamu…
Lalu kepada sahabat dan masyarakat seluruhnya, eli hanya seorang manusia yang terlalu fokus pada dirinya tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Maafkan, selama ini, slema 21 tahun ini, eli tak pernah memberi kontribusi apapun untuk kalian, sering bersikap acuh dan seolah tak memerlukan dirimu, tapi… itu salah, aku membutuhkanmu…………. Maafkan sikap ini, maafkan ketidakbergunaan ini… maka mulai saat ini pula ajari aku, ajari aku untuk bersungguh-sungguh agar jadi manusia yang guna…

Kini tugas berada di depan mata, kini beban mimpi terus menyakiti selama belum kuambil sebagai tindakan. Bagaimana pun juga kau harus bisa berpikir global, dan bertindak local.
Aku mesti menjadi manusia yang adil, dimana ada saatnya aku memberi keluanganku tidak sekedar untuk mimpiku yang melangit, melainkan pula untuk keluargaku yang meminta diperhatikan… maka sejak saat ini…
Walau aku tidka suka, aku harus bisa bergaul….
Aku harus bisa duduk dan tertawa diantara mereka…
Aku harus bisa membagi waktuku…
Ada tiga hal yang menjadi nasihat dari keluargaku
1.       Pelihara bahasa, bahasa mah da teu meuli, cik atuh ari basa-basa waemah..
2.       Tenaga, karena tenaga bisa dipulihkan, maka selama aku masih kuat aku harus memberi segala apa yang dapat kulakukan denga tenagaku..
3.       Doa, adalah sesuatu yang tersembunyi yang dengannya aku menjadi saksi dari doa-doaku sendiri, aku harus mendoakan kebaikan untuk orang lain….
Oleh sebab itu maka, aku bisa bahagia, aku bisa merasakan nikmat dari cinta TUHAN. Adalah kesungguhan malam ini aku menulis panjang dan berusaha kembali memfokuskan diri untuk bangkit dari mimpi, menjadi manusia yang berguna sebelum ajal menjemputku, dan berusaha memperoleh cinta Allah dalam hidup…
 Aku ingin hidupku tak sekedar hidup…………… aku ingin memberikan sesuatu yang berbeda… untuk umat islam… aku ingin memberikan sesautu…
List yang harus kuselesaikan sebelum Agustus datang….
-membereskan laporan KKN
-membereskan catatan logbook
-membereskan rekap penelitian (SD dadaha dan Gobras)
-membereskan buku kenangan KKN (2 bagian, depan dan belakang)

Ketika semua itu telah selesai, apa yang aku rasakan ?
Tentu saja kau akan merasa bahagia dan lega, lalu mulai bisa fokus menulis untuk lomba-lomba yang sangat ingin kau ikuti. Selepas itu kau pun bisa lagi menulis tentang buku “cinta”, dan kau pun bisa kembal fokus menulis cacatan-catatan yang belum rampung, atau sekedar membaca lagi mimpi-mimpi yang belum terealisasi, aku ingin menjadi seorang penulis.
Jangan omong kosong lagi eli, jangan katakan apapun lagi tentang mimpi.
Lakukan saja sesuatu. Ya apapun itu, lakukan saja. Jangan lagi bicara mimpi sebelum melakukan apa yang seharusnya jadi tugasmu. Tersenyumlah, karena engkau sangat beruntung telah menjadi manusia yang ingin berubah.  Salam sukses dan niatkanlah karena Allah. Manusia meninggal kini meninggalkan data. Perbanyak datamu yang bermanfaat dan melajulah dengan tenang dalam pelukan Tuhan. Kau terhina karena kau yang menghinakannya, maka bangunlah, meskipun kau tetap hina setidaknya kau mau mengakui kehinaanmu dihadapan Tuhan. Tersenyumlah, mari tuntaskan dirimu, dan tetap seperti itu, pelihara keinginanmu untuk terus menerus memberi…………… walau kutahu kau tak punya sesuatu untuk dibagi.

27 Juli 2014
1:09

Az.

24 Juli 2014

RESPON

Standard
(Ini hanya sebuah catatan dari buku "Cintai Aku Karena Allah by Az, Just Share before Sell)

Bismillah....

Jika sempat membaca, bacalah, semoga berkah...
Mengapa Respon? Respon adalah tanggapan, saat engkau jatuh cinta atau...terluka.

1.
Apa yang kulakukan jika cinta mengundang?
Akankah kukabarkan pada semesta
Atau hanya diam
Tapi, sungguh bodoh…
Halnya hujan, aku turun dan berteriak
Sekencangnya jika hatiku tertawan
 2.
Perasaan ini tiada berkurang dengan diam
Perasaan ini tiada menepi dengan sepi
Terkadang diam jauh lebih terhormat daripada berkata
Begitupula cinta
Ada kala harus berpura
Dan membaginya hanya kepada gerimis atau embun
Atau jika sungguh  tak tertahan
Di sana sini masih ada Tuhan, bukan?

Hal yang harus diperhatikan saat jatuh cinta, atau saat terluka adalah memeastikan respon yang benar. Cinta yang benar selalu melahirkan ketenangan, dan cinta yang berlandaskan ketenangan selalu jadi pemenang. Satu-satunya hal agar kita mampu melewati masa-masa hati terlihat kritis adalah mendiamkan, sungguh ikan akan terlihat hanya jika air tak keruh.
Ini tentang respon, tentang sikap, tentang reaksi, ini tentang langkah pribadi yang sepatutnya ditempuh. Janganlah kita berlebihan dalam setiap hal.
Mari kuumpakan tentang seorang perempuan yang jatuh cinta. Lalu tiba-tiba ia menyukai hal-hal yang melo, seperti senja, kesendirian, bintang, bangku taman kota, atau bunga. Tidak mengapa, karena memang demikian fitrahnya. Yang “mengapa-mengapa” adalah jika ia tak bisa menjaga lisannya, dan ia kabarkan pada setiap yang ia temui tentang hatinya, sepuasnya, sampai tak ada yang tersisa, tiada yang tersembunyi, dan hilanglah keindahan mencintai.
Akan ada penyesalan yang dalam, bagi mereka yang terlalu cepat membuat embun menetes. Seperti halnya buah karbitan, ia cepat masak, dan cepat pula busuk, lagi rasanya masam. Beda sekali dengan buah yang matang di pohonnya. Begitupula cinta.
Wahai diriku, cobalah pelajari ini, bagaimana respon yang baik saat jatuh cinta atau terluka.

  1. Tetaplah tenang
Kulihat dua angsa saling berpaut padu, menguntai kasih di danau biru. Tidakkah kita melihat betapa tenangnya mereka, sungguh sebenarnya: dipermukaan mereka terlihat sejuk nan diam tapi… lihat, coba kita lihat, kakinya sibuk mengayuh, kakinya sibuk mengantam gelombang, agar tak tenggelam.
Saat terluka karena cinta, atau saat bahagia ketika jatuh cinta, tetaplah tenang di permukaan. Belajar tersenyum dan sembunyikan duka. Tetap tenang, lalu hati, hati sibuklah berlari….. sibuklah berlari menempuh jalan-jalan cinta Tuhan. Tidak perlu kau katakan pada manusia sebab mulut sering berdusta, sering tak tepat janji, sering melebihkan, sering mengurangkan, senang mengkali bahkan membagi yang tak patut dibagi. Sampai-sampai pada puncaknya sesal telah terlambat: Gosip murahan beredar, dan cinta yang suci tak lagi dapat dipercayai.

  1. Biarkan ia sampai pada waktunya
Dan seseorang menulis, saat ia menemui masalah, maka ia tanamkan dalam jiwanya, bahwa semua akan ada saatnya. Begitupula cinta, ia masalah dan bukan masalah, tergantung kita memberinya waktu atau tidak. Sungguh jadi bencana jika kita terburu-buru. “Sungguh manusia itu makhluk yang tergesa-gesa.” Tak bisa sabar dalam sesuatu yang amat ia ingini. Tak perlu terburu untuk menyatakan I love you. Tak perlu terburu untuk bersama, tak perlu terburu untuk menuntaskan ingin hati yang membeludak, berkasih-kasihan, dan mencurahkan rasa sayang. Seandainya kau lihat, kemampuan untuk menikah tak ada.
Ini berbeda untuk yang telah siap, justru ia dianjurkan untuk “menyegerakan.” Tak ada yang Tuhan banggakan, kecuali seorang hamba yang men-segerakan kebaikan. Bersatu dalam himpunan cinta yang dengan karunia itu tambah-tambahlah rasa syukur kepadaNya, Tuhan akan memberikan berkah dan kemuliaan.
Dan membiarkan cinta sampai batas waktu, melatih kita untuk tenteram, damai, terhormat, dan menjaga. Biarkanlah ia indah, untai saja doa ke langit mintalah kebaikan tentangnya. Ingatlah hati, “Toh meskipun jodoh kita bukanlah ia yang selalu ada dalam doa kita. Namun semoga, jodoh kita adalah ia yang selalu menyertakan nama kita dalam doanya.”
Bunga akan mekar pada waktunya, kita hanya harus menunggu sambil menghebatkan diri. Agar jika tiba masanya, tak ada lagi alasan menunda. Belajarlah dan carilah ilmu, bergeraklah, dan berbahagialah.

  1. Berkhusnudzon
Ada yang ketakutan, ada yang tak tenang, ada yang sangat cemas, takut-takut jika cinta yang ia titipkan pada seseorang tak terbalas, terabai, bahkan hilang tiba-tiba.
“Mengapa harus diam? Aku takut,”ungkapnya.
“Apa yang kau takuti?”
“Aku takut, ia tak mengetahui hatiku. Lalu ia menjadi milik orang lain…”
“Lalu bagaimana menurutmu?”
“Ah… aku harus mengungkapkan kepadanya,”
“Lantas? Kau memberi harapan dan lalu meninggalkannya untuk menunggu?”

Sungguh kebodohan adalah meminta seseorang menunggu. Ini bukanlah cinta, melainkan keegoisan. Maka sikap terhormat adalah kau diam, memampukan diri, lalu jadi manusia yang berani.

Penyakit minta ditunggu adalah penyakit trend saat ini, bagi mereka yang mengaku cintanya terbebas nafsu. Dustalah ia! Bukankah ini pun termasuk nafsu. Kecuali menunggu barang 1 bulan atau 3 bulan, untuk kemudian menikah. Lalu meminta seseorang menunggu satu tahun bahkan lima tahun, apakah ini bisa menjamin terbebas nafsu? Adalah bentuk nista dan egoism yang tinggi.
Korban penyakit ini adalah para perempuan yang setia dan soleha, ia akan memegang janjinya, lalu tiba-tiba ada laki-laki soleh datang kepadanya, ia akan menolak karena janji menunggu. Teramat dangkal dan menyiksa.
Maka mulai saat ini, bebaskan dirimu dari ketakutan. Justru dengan membebaskan ketakutan ini, kita akan paham arti dari “berkhusnudzon pada Allah”, toh masalah jodoh tiada akan pernah tertukar.
Kita dalami bagaimana cinta Ali kepada Fatimah, juga sebaliknya cinta Fatimah kepada Ali. Tidakkah kita mau belajar?
Mereka tak pernah saling ungkap, lalu meminta saling menunggu, atau memberi pesan “tersirat” untuk menolak pinangan orang lain. Tidak pernah! Bahkan Ali diuji dengan kabar Abu Bakar dan Umar meminang perempuan pujaan hatinya itu. Apakah ia gentar? Tidak, kekuatan prasangkalah yang membuat ia tegar, Allah sungguh Maha Pengasih. Ia mengetahui hati manusia satu persatu, mendengar doa yang sangat halus tersembunyi. Seperti halnya hati Fatimah yang tersembunyi…
Maka ketika keberanian itu seolah sirna, dan Ali hampir-hampir membandingkan dirinya yang tak memiliki apa-apa dengan sahabat yang menurut ia memiliki apa-apa, Allah tanamkan kemantapan ke dalam hati Ali, dengan menunjukkan Ali untuk menghadap ayah Fatimah, ya Baginda Rasulullah.
Oh, siapalah Ali…. Begitu mungkin Ali berpikir. Seorang pemuda tanpa harta, juga tanpa kedudukan.
Namun, lihatlah, oh lihatlah, siapa yang diterima Rasulullah sebagai mantunya? Ialah Ali bin Abi Talib, pemuda yang hanya memiliki keberanian dan hati yang penuh cinta kepada Allah.
Lalu suatu ketika, saat Ali dan Fatimah telah berhimpun, Fatimah membuka rahasia hatinya… jika ia pernah jatuh cinta pada seorang pemuda, dan Ali terluka, siapa kiranya yang membuat pujaan hatinya jatuh cinta di masa lalu?
Oh mulianya sikap Fatimah, betapa agung pilihannya untuk diam di masa lalu, dan kini ia ungkapkan pada suaminya…
“Siapakah pemuda itu wahai istriku?” tanya Ali dengan beban tak terlihat.
“Pemuda itu adalah………. engkau….”
Terpujilah Allah, Engkau-lah Rabb yang menyampaikan cinta suci Fatimah pada pernikahan, ketika ia bahagia dalam sunyi yang suci, memendam cinta dalam hening yang bening.

Maka diriku, berprasangkalah dengan prasangka yang baik, Allah lah yang memantapkan keberanian itu, Allah lah yang memberi jawaban terbaik, Allah lah yang memahami kita cocok dengan siapa, Allah lah yang segalanya….
“Sungguh Allah ada bersama prasangka hamba-hambaNya.”