21 Maret 2012

Untuk Ibuku

Standard
Ibu, anak mu belum bisa pulang ke rumah ibu disana. Anak mu yang kalah ini harus mengurung niat pulang karena harus terlebih mengabdi pada orang yang telah membuat anak mu sekolah. Ibu, namun tahukah aku sangat merindukan mu. Setiap detik yang berlalu, aku sibuk bahkan sangat sibuk untuk memikirkanmu. Ibu anakmu sangat malu untuk pulang, jejak hitam itu menyudutkanku, meskipun akhirnya kau tetap memelukku dengan tangisan. Ibu, aku hanya tahu aku ingin diberi kesempatan untuk membahagiakan mu dengan cara yang aku pun tidak tahu. Ibu.............. 
Ibu, dalam nafas yang kau tahan ada sesak. Aku tahu persis itu karena ulahku hingga kau terluka olehnya, ibu apa daya kita jika semua terkikis takdir dan kita tak bisa bersatu seperti dulu, aku anak kecil berambut pirang yang mengikuti jejak ibu dipematang sawah. Oh ibu, banyak sekali kisah yang membuat kita bercerai dalam keluarga... Ibu aku merindukan mu. Segalanya Ibu.  
Ya Allah dalam tengadahku, meskipun aku sangat malu karena noda didahiku, aku mohon berilah hamba kesempatan ya Rabb untuk membuat Ibu hamba bahagia di dunia dan Akhirat ya Rabb...ya Ghapur ya Rojak ya Salam... 
Ya Allah sehatkan lah jiwa raganya, tanamkan kebahagiaan, dan ampunilah dosa-dosanya. Ibuku. you are my everyting.

I LOVE U MOM.^^

Related Posts:

  • Menulis dan Cinta "Sebegitu cintakah engkau pada menulis?" Benar, saya mencintainya. Dalam keterbatasan saya mencintainya. Ada banyak kemelut yang menggerogoti otak … Read More
  • Melepaskan Rasa Rendah DiriAku pernah berkata ingin menjadi rumput saja yang tenang, tanpa melakukan apapun aku akan bahagia dan tidak mengapa terinjak sekalipun aku bertahan, a… Read More
  • Menulis (lagi) Menulis adalah pekerjaan halus, ia terjadi dalam diam, duduk tanpa berkata-kata, hanya berkutat dengan pemikiran, mengheningkan diri dari… Read More
  • Gejolak Berapa hebat gejolak yang terjadi? Entah mengapa selalu ada harapan. Kita akan terus berjalan seiring harapan akan terjadi kemungkinan-kemungkinan… Read More
  • Pencitraan? Aneh, aneh sekali, saya terjangkit senang menulis di blog. Mari kita mulai lagi menulis dengan tanpa melirik. Sudah siap Zahraa? Belum, belum siap. … Read More

0 komentar:

Posting Komentar