13 Maret 2017

Cahaya Bulan

Standard
Hari ini aku bertanya, pada diriku yang sendirian di tengah keramaian diantara mobil yang mendenging, klakson yang menusuk telinga, membelah jalanan kota... aku terus bertanya pada diriku, siapa aku, menagpa aku di sini, apa yang kucari, siapa aku sekarang, mengapa aku sibuk sendiri?

Tiba-tiba saja, perasaan berat itu ada di dalam dadaku, memukul seperti godam, sampai terasa sesak.
Aku sendirian, sedangkan aku kecil, ku tatap langit dari celah jendela, benar betapa aku lemah, lihat... jika mobil ini masuk jurang, sedang aku ada di dalamnya, lalu aku bisa apa? 
Segera kutepis pikiran buruk itu, ada apa denganku, mengapa pikiranku meracau.

Buih-buih kegamangan itu masih tersisa, semestinya aku sudah berubah, bukan lagi manusia bimbang dan galau, apalagi kembali dari titik nol, titik aku mencari diriku... atau akan terus kucari sesautu hal, apa yang kucari, aku tak mau mencari apa yang bertentangan dengan hatiku.

Wajah Mu menyapaku, desiran angin menyelinap, tuas-tuas jendela yang dibuka mengabarkannya...
Aku sadar tentang keputusanku hari ini, akan menjadi tidak mudah untuk di jalani, karena aku akan berkali-kali membunuh diriku, melukai hatiku, dan terus seperti itu sampai aku yakin merasa terbebas. Siapa yang akan membebaskanku?

Jika boleh aku menoleh atau mengintip jalan hidup orang lain, aku melihat dalam usianya yang sama dneganku 24 menuju 25, sudah nampak sisi kedewasaan dalam dirinya, apa yang ia pikirkan bukan lagi soal mati-matian berada pada jalan yang benar, tapi bagaimana menebar jalan kebenaran itu agar dapat dinikmati banyak orang. Ah, Allah, rupanya aku masih belum selesai dengan diri sendiri.

Aku termenung di tepi danau, menatap lekat ketenangan yang biru, jernih air gemericik, permukannya mengkilau di basahi cahaya bulan. Aku sendirian, dalam alam pikiran. Menemui seseorang yang bernama kekosongan, memulai bercakap dengannya dengan bahasa isyarat.

Lalu aku tak mampu melanjutkan tulisan ini, mataku berkaca-kaca. Pipiku basah, ini kah sajak kerinduan itu, juga sajak takut yang ku bacakan setiap malam.

Aku takut kehilangan wajahMu, karena banyak sebab.
Aku takut hatiku melupa, karena hal lain, -kepada Mu aku meminta perlindungan`

Sayangilah aku ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah kebaikan, jika Engkau sudah menyayangi seorang hamba. 

Semoga cahaya bulan ini, adalah utusanMu untuk menenangkan jiwaku.


0 komentar:

Posting Komentar