Aku pernah berkata ingin menjadi rumput saja yang tenang, tanpa melakukan apapun aku akan bahagia dan tidak mengapa terinjak sekalipun aku bertahan, aku tenang dan senang dimainkan angin.
Nayatanya pernyataanku menjadikan diri tidak bisa bersaing, aku lebih suka membiarkan orang lain menjadi terbaik sementara diri bersorak atas kemenangannya tanpa mengambil bagianku untuk bisa menjadi terbaik pula.
Inilah pangkalnya, "mangga tipayun?" aku selalu berkata demikian. Ini pangkal saat aku mulai merasa tidak berguna dan merasa tidak memiliki apapun untuk kubanggakan pada diriku sendiri.
Rupanya penyakit ini semakin lama, semakin merasuk pada jiwa. Aku mengalami banyak ketakutan, ucapanku tidak fokus, lalu aku mencari diriku. Apa yang aku inginkan, aku pun tak tahu.
Tiba-tiba saja aku merasa punya sikap untuk menjadi demikian-demikian, nyatanya aku menutup kelemahanku tentang rasa rendah diriku yang teramat dalam. Aku ketakutan.
Tekanan demi tekanan terus memaksaku menjadi rumput yang tak lagi tenang, aku bergoyang ditiup angin, berembun tersering aku menangis, orang mulai mengataiku aku rumput liar, aku rumput yang tak gna. Lalu aku mengambil hati untuk semua perkataan itu. Lalu semakin dalam lah persaan rendah diriku.
Sampai suatu ketika, dalam ambang ketakutanku, semakin tak sanggup ajalani hidup dengan mental seperti ini. Aku mencari seseorang. Seseorang itu menunjukkan aku untuk membatalkan pikiranku yang hanya ingin jadi rumput, "Berprestasilah!" tunjukkan yang kamu bisa. Dunia ini kehidupan ini seni drama, seorang aktor harus menunjukan permainannya.
Aku sadar, benar. Hidup ini perlombaan, fastabikul khairat! Tidak ada yang meang yang kalah, semua akan masuk ek garis finish, hanya akan jadi yang pertama atau terakhir.
Lalu, kemenangan sejati tidak terletak pada hasil proses. melainkan pada sikap kita menjalaninya.
Bersikaplah sebagai seorang pemenang, walau hatimu berkecamuk kencang, walau jiwamu mengacau. Sebutlah Allah sebanyak-banyaknya.
Ini hidup yang harus diperjuangkan sebagai anak tangga menuju kehidupan yang kekal.
Contohlah para istri yang luar biasa, mereka tawadhu namun berprestasi: Khadijah Al-Kubra, Aisyah binti Abu Bakar, Fatimah binti Rasullulah!
Contohlah, mereka tak pernah rendah diri, mereka percaya pada kekuatan dirinya dan melakukan yang terbaik dengan sikap yang sederhana. Tawadhu bersahaja dalam prestasi yang tak bisa diukur dunia. Keagungan bersikap. Jadilah dirimu sholeha, meski tak mampu memotivasi orang, kamu harus jadi motivasi untuk dirimu sendiri, siapa tahu menginspirasi!
Az.
Melepaskan Rasa Rendah Diri
StandardRelated Posts:
Penantian itu Perlu SabarBenar, penantian itu perlu sabar. Ketika cerpen-cerpen itu telah diedit semampunya. Kini tersendat di penerbitan. Entahlah, bagaimana ini bisa terjadi… Read More
Menulis dan Cinta "Sebegitu cintakah engkau pada menulis?" Benar, saya mencintainya. Dalam keterbatasan saya mencintainya. Ada banyak kemelut yang menggerogoti otak … Read More
Tuhan Cinta Hambanya yang Suka Menangis judul itu kupilih bukan tanpa pertimbangan. mungkin karena aku salah satu orang yang sering menagis jika menghadapi sesuatu yang menyedihkan (-_-) … Read More
Catatan Harian Zahraa (Annisa Zahraa Bidadari Allah) Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE … Read More
Lantas Salah Siapa?Siapa di dunia ini yang ingin disalahkan? Sama sekali tidak ada. Bahkan semut kecil atau nyamuk kurus yang menggigit diam-diam tidak mau disalahkan. M… Read More
:)
BalasHapusterimakasih untuk tulisannya, sob. menyentuh :)
BalasHapusThe ati semangatttttt :) kita saling menguatkan seperti bangunan yg akan kokoh jika semua berpadu dan menjalani hari dgn lebih optimis :) bismillah.
BalasHapus