30 Desember 2013

Menulis dan Cinta

Standard
"Sebegitu cintakah engkau pada menulis?"
Benar, saya mencintainya. Dalam keterbatasan saya mencintainya.
Ada banyak kemelut yang menggerogoti otak ini, dan bahkan hampir-hampir kepala ini pecah. Menulis adalah meledakkan semua kemelut itu. Meskipun pada awalnya pemikiran ini rumit, sangat kompleks, seperti benang kusut, maka dengan menulis dengan satu kali ledakan: Darrrrrrrrrrrrrr semua beres!

Aku melihat bahwa orang-orang mulai banyak memiliki masalah seiring bertambahnya usia. Tidak terlihat lagi keceriaan masa kecilnya, meskipun nyatanya saat menghadapi masalah mereka sering merengek tak ubahnya anak kecil.
Maka kini dengan caraku, dengan menulis aku belajar untuk tidak merengek.

Aku sering melihat bahwa orang-orang mudah melupakan setiap kejadian yang dilaluinya atau dialami orang lain. Sehingga timbul dalam jiwaku, bagaimana cara orang-orang itu tidak pernah lupa akan makna kejadian itu, tentu melalui pengalamanku yang ku refleksikan dengan pengalamannya.

Maka kini dengan caraku, aku mencintai menulis, dengan kata yang sederhana, ada saatnya aku menjadi pembelajar sukses yang takkan berhenti sampai aku tiada di bumi.

0 komentar:

Posting Komentar