13 Desember 2013

Penantian itu Perlu Sabar

Standard
Benar, penantian itu perlu sabar. Ketika cerpen-cerpen itu telah diedit semampunya. Kini tersendat di penerbitan. Entahlah, bagaimana ini bisa terjadi.

Kesal, hanya sesal. "Iya, nanti dikirim dulu ya, lay outnya."

Tapi gak muncul-muncul juga diemail.

Aduhh, zahraa ayo belajar memancing, biar lebih sabar :)

Antologi cerpen ayooolah lahir, daku tak sabar T_T

Related Posts:

  • Terlahir lagi dengan Lagu Kematian Sudah sejak 2 tahun lalu, aku vakum menulis cerpen, dulu masa yang membanggakan mungkin, 2012. saat beberapa kali cerpen-cerpen itu dimuat di media l… Read More
  • Menulis (lagi) Menulis adalah pekerjaan halus, ia terjadi dalam diam, duduk tanpa berkata-kata, hanya berkutat dengan pemikiran, mengheningkan diri dari… Read More
  • Gejolak Berapa hebat gejolak yang terjadi? Entah mengapa selalu ada harapan. Kita akan terus berjalan seiring harapan akan terjadi kemungkinan-kemungkinan… Read More
  • Melepaskan Rasa Rendah DiriAku pernah berkata ingin menjadi rumput saja yang tenang, tanpa melakukan apapun aku akan bahagia dan tidak mengapa terinjak sekalipun aku bertahan, a… Read More
  • Pencitraan? Aneh, aneh sekali, saya terjangkit senang menulis di blog. Mari kita mulai lagi menulis dengan tanpa melirik. Sudah siap Zahraa? Belum, belum siap. … Read More

0 komentar:

Posting Komentar